Liputan6.com, Jakarta - Kabupaten Blitar, salah satu wilayah yang berada di bagian barat daya Jawa Timur. kabupaten ini berbatasan dengan Kabupaten Kediri dan Kabupaten Malang di utara, Kabupaten Malang di timur, samudera Indonesia di selatan, Kabupaten Tulungagung dan Kabupaten Kediri di barat.
Di kabupaten ini terdapat sungai yang membagi wilayahnya menjadi dua, yaitu Sungai Brantas. Sungai ini membagi Kabupaten Blitar menjadi bagian, yaitu Blitar Selatan dan Blitar Utara.
Mengutip dari laman resmi Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Blitar, blitarkab.go.di, kawasan Blitar selatan merupakan kawasan yang tidak cukup subur karena letaknya yang berada di daerah pegunungan berbatu cenderung berkapur yang menyebabkan tandus dan menyebabkan tanahnya sulit untuk ditanami.
Advertisement
Advertisement
Baca Juga
Tak seperti bagian selatan, Blitar utara mempunyai tanah yang subur dan menyebabkan tanaman tumbuh subur. Faktor penting yang mengakibatkan tanah di Blitar utara subur adalah adanya Gunung Kelud yang aktif dan banyaknya aliran sungai. Gunung berapi dan sungai berfungsi untuk menyebarkan zat hara.
Namun, pernahkah Anda bertanya-tanya bagaimana awal mula adanya Kabupaten Blitar? Kali ini Liputan6.com akan membahas sejarah Kabupaten Blitar mengutip dari blitarkab.go.id.
Merunut sejarah, awal mula adanya Kabupaten Blitar tertuang dalam peninggalan-peninggalan pada zaman dulu. Dari berbagai prasasti yang ada, tak satupun tertulis “Blitar” sebagai pusat pemerintahan. Namun, beberapa desa di Kabupaten Blitar sekarang tertuang di dalam prasasti-prasasti tersebut.
Kabupaten Blitar yang paling tua tercatat dalam prasasti Kinewu yang dipahat pada bagian belakang arca Ganesa dari abad ke-X. Dalam prasasti menunjukkan, wilayah Kabupaten Blitar adalah bagian Kerajaan Balitung yang berpusat di Jawa Tengah.
Pada abad ke-X sampai akhir abad ke-XII, beberapa wilayah yang sekarang termasuk Kabupaten Blitar tertulis dalam prasasti-prasasti Pandelegan I 1117, Panumbangan I 1120, Geneng I 1128, Talang 1136, Japun 1144, Pandelegan II 1159, Mleri 1169, Jaring 1181, Semanding 1182, Palah 1197, Subhasita 1198, Mleri I 1198 dan Tuliskriyo 1202.
Pada masa Kerajaan Singasari berkembang, terdapat beberapa prasasti yang berkaitan dengan Kabupaten Blitar sekarang, salah satunya adalah Prasasti Petung Ombo pada 1260 M. Prasasti tersebut dikeluarkan saat pemerintahan Raja Kertanegara (1268 – 1292 M). Peninggalan zaman Kerajaan Singasari di antaranya Patung Ganesa dari Boro dan Candi Sawentar menjadi bukti saat pemerintahan raja-raja Singasari, Kabupaten Blitar memegang peran penting.
Hal itulah yang menjadi bukti sebagian wilayah di Blitar sudah menjadi pusat kehidupan masyarakat yang terbilang penting sekitar sepuluh abad yang lalu. Blitar sebagai pusat pemerintahan diperkirakan sejak awal pemerintahan raja-raja Majapahit.
Hal ini dibuktikan oleh sejarah mengenai Kerajaan Majapahit yang lahir setelah Raden Wijaya berhasil mengusir pasukan tentara Tartar Ku Bilai Khan pada 1293 M (Pararaton: 33). Raja yang pertama kali memimpin Kerajaan Majapahit adalah Raden Wijaya yang dikenal dengan nama Kertarajasa Jayawardhana (1294 – 1309). Sebagai negara baru, Majapahit berpusat di dekat Mojokerta.
Di Desa Kotes, Kecamatan Gandusari, Kabupaten Blitar, Jawa Timur terdapat peninggalan bangunan suci yang diyakini sebagai penghubung sejarah awal mula adanya daerah Blitar. Pada bangunan tertulis tahun 1222 Saka dan 1223 Saka atau 1300 dan 1301 Masehi (Knebel 1908:355). Hal ini menunjukkan tahun tersebut adalah zaman di mana raja pertama Majapahit menjabat.
Selain itu terdapat Candi Kotes yang didirikan pada masa Kerajaan Majapahit di bawah pemerintahan Raden Wijaya. Candi tersebut terletak di Suruhwadang, Blitar, Jawa Timur.
Di kawasan sepanjang lembah Gunung Kawi sebelah barat, terdapat sejumlah prasasti abad ke-XII. Dengan demikian, masyarakat diperkirakan kehidupannya makmur karena terdapat beberapa perkebunan. Jumlah penduduk tumbuh dan berkembang dengan waktu yang singkat.
Meskipun tidak ada data jumlah penduduk di bagian timur ini, tapi diperkirakan sumber daya manusia berperan penting sehingga daerah ini menjadi salah satu daerah penting. Cukupnya sumber daya manusia merupakan jaminan untuk menggerakkan pasukan dengan mudah, baik untuk pertahana maupun serangan.
Saat Raja Raden Wijaya meninggal pada 1309, putranya, Jayanegara (1309 – 1328) menjabat sebagai raja Majapahit kedua. Dalam Prasasti Tuhanyaru disebutkan, anugerah tanah kepada beberapa pejabat kerajaan karena mereka berjasa kepada raja, maka prasasti Blitar pun tertulis pernyataan yang sama.
Oleh karena itu, diketahui hubungan Raja Jayanegara dengan warga Blitar istimewa. Hal ini dibuktikan dengan para pejabat yang diberikan tanah karena kesetiaan desa Blitar kepada sang raja.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini
Candi Penataran
Dalam kitab Negarakertagama yang ditulis Empu Prapanca dan kitab Pararaton yang tidak diketahui penulisnya, dengan singkat Negarakertagama menjelaskan masa pemerintahan yang berlangsung sekitar 1309 – 1328 M.
Didalam Pupuh XLVII Prapanca melukiskan yang terjemahan dalam Bahasa Indonesia sebagai berikut:
Beliau meninggalkan Jayanegara sebagai raja Wilatikta dan keturunan adiknya rajapadhi utama yang tiada bandingya, Dua puteri amat cantik, bagai Ratih kembar mengalahkan Bidadari yang sulung rani di Jiwana, sedangkan yang bungsu jadirani di Daha.Tersebut pada Tahun Saka : Muti-guna-memaksa rupa bulan-madu, Baginda Jayanegara berangkat menyirnakan musuh ke Lumajang, Katanya Pajarakan dirusak, Nambi sekeluarga dibinasakan, Giris miris segenap jagad melihat kepiawaian Sri Baginda.Tahun Saka : bulatan memanah suryah beliau pulang, Segera dimakamkan di dalam pura, berlambang arca Wisnuparama. Di sela Petak dan Bubat tertegak area Wisnuparama. Di sela Petak dan Bubat tertegak area Wisnu-lambang-tara-inda.
Di Sukalila arca Buda permai sebagai Amoga sidi-menjilma (Slamet Mulyana, 1953 : 42).Dengan demikian, dapat disimpulkan selama pemerintahan Jayanegara menghancurkan dan memadamkan pemberontakan Nambi. Namun, pada 1316 dan 1317 muncul kembali pemberontakan yang dipimpin oleh Kuti dan Seni.
Akibatnya, Raja Jayanegara menghindar ke Desa Bedander lengkap dengan pengwalan pasukan Bhayangkara yang dipimpin Gajah Mada. Raja Jayanegara berhasil naik tahta berkat siasat Gajah Mada, Kuti dan Seni pun dibinasakan (Pararaton: 80-83).
Adanya kejadian-kejadian tersebut menunjukkan Raja Jayanegara mengalami masa sulit pada tahun pertama pemerintahannya. Hal ini memberikan keternagan mengapa Jayanegara mengeluarkan prasastinya di Blitar. Hal itu merupakan peristiwa penting setelah Jayanegara meresmikan berdirinya Swastanca Blitar di bawah naungan kekuasaan Majapahit saat dipimpin Jayanegara.
Dua peristiwa bersejarah tersebut sesuai unsur penggalan dalam prasasti pada masa pemerintahan Raja Jayanegara, Prasasti Blitar I yang bertarikh “Swasti sakawarsatita 1246 Srawanamasa tithi pancadasi Suklapaksa wu para wara ….” atau 5 Agustus 1324 Masehi. Prasasti ini memuat saat berdirinya Blitar sebagai daerah Swatantra.
Kemudian, saat pemerintahan raja-raja Majapahit, nama Blitar tertulis beberapa kali dalam kitab Negarakertagama. Dalam kitab Negarakertagama menyebutkan raja keempat Majapahit, Raja Hayam Wuruk bersama Mahapatih Gajahmada menyambangi Blitar dan tempat lain di Jawa Timur dimulai pada 1357.
Kemudian, beberapa peninggalan berupa candi menjadi bukti bahwa pada abad ke-XIV sampai akhir abad ke-XV, Blitar memiliki kedudukan penting. Salah satu buktinya adalah Candi Penataran yang menjadi candi negara sebagian besar berasal dari pemerintahan Jayanegara hingga Wikramawardhana (1389 – 1429).
Candi yang juga sebagai peninggalan terakhir ini terletak di lereng Gunung Kelud yang terkenal dengan nama Candi Gambar Wetan (1429 M). Dengan demikian, dapat ditarik kesimpulan Kabupaten Blitar lahir pada 5 Agustus 1324.
(Shafa Tasha Fadhila - Mahasiswa PNJ)
Advertisement