Serunya Lomba Tangkap Lele di Festival Sawah Trenggalek

Festival ini mengambil dua jenis kegiatan bergenre sayembara tradisional, yakni gogo bebek (lomba menangkap bebek) dan gogo lele (lomba menangkap lele).

oleh Liputan6.com diperbarui 16 Feb 2020, 14:00 WIB
Diterbitkan 16 Feb 2020, 14:00 WIB
Mengenal dan Mengendalikan Hama Tanaman Tembakau Memanfaatkan Teknologi Digital
Para petani tembakau di lahan perkebunan mereka di Desa Jatiguwi, Kabupaten Malang (Liputan6.com/Zainul Arifin)

Liputan6.com, Jakarta - Komunitas pecinta literasi dan budaya di Kabupaten Trenggalek, Jawa Timur menggelar Festival Sawah 2020 yang digelar di areal persawahan Desa Ngadirenggo, Kecamatan Pogalan pada Sabtu, 15 Februari 2020.

Mengambil dua jenis kegiatan bergenre sayembara tradisional, yakni gogo bebek (lomba menangkap bebek) dan gogo lele (lomba menangkap lele), acara yang digelar di tengah pematang penuh lumpur berair itu menjadi perhatian ratusan warga yang sengaja datang menyaksikan kegiatan dalam rangkaian SatusFest Kabupaten Trenggalek, Jawa Timur tersebut.

"Ini akan menjadi sesuatu yang menarik bila disuguhkan kepada tamu mancanegara, karena sesuatu hal yang baru bagi mereka," kata Bupati Trenggalek, Mochamad Nur Arifin yang hadir bersama istri Novita Hardini Mochamad.

Petak sawah di Kecamatan Pogalan itu dijadikan arena ajang tangkap bebek. Dengan ibu-ibu yang dijadikan segmen sasaran peserta, lomba itu menjadi meriah, dilansir dari Antara.

Penyelenggara menyediakan doorprize menarik bagi peserta yang bisa menangkap bebek yang dilepas bebas oleh panitia.

Gogo sendiri dalam istilah Jawa berarti menangkap sesuatu dengan media air. Banyak keseruan yang terjadi, termasuk kelucuan yang ditampilkan peserta.

"Sudah sewajarnya bila budaya kearifan lokal warisan turun-temurun ini diangkat agar terjaga kelestariannya, sekaligus ditujukan untuk mengenalkan sawah sebagai kearifan lokal yang perlu dijaga kepada generasi penerus bangsa," kata Nur Arifin menambahkan.

Kata dia, topografi Trenggalek yang berada di antara pegunungan menjadikan daerah itu sebuah lokasi yang strategis untuk pertanian.

 

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini

Berlangsung Dua Hari

sawah
Ilustrasi luas lahan yang siap digarap para petani.

Festival Sawah dijadwalkan berlangsung dua hari, yakni mulai Sabtu-Minggu. Hari pertama diisi dengan lomba gogo bebek yang diikuti ibu-ibu dan kelompok anak.

Sementara pada hari kedua diisi dengan sayembara gogo lele, lomba menangkap ikan lele sebanyak-banyaknya yang ditebar di sawah berair.

Sayembara gogo lele ini pesertanya anak-anak. Mereka yang ikut serta dalam lomba gogo lele wajib menangkap ikan lele sebanyak-banyaknya menggunakan tangan. Tidak diperkenankan menggunakan alat bantu apapun.

"Tentunya tidak mudah untuk mendapatkan seekor ikan, perlu perjuangan keras dan siap siap bermandikan lumpur sawah," ujar Raka, warga yang ikut menyaksikan lomba tersebut.

Untuk mendokumentasikan kemeriahan lomba, panitia melombakan karya fotografi terbaik dalam dalam festival ini, dengan mengundang para pecinta fotografi lokal untuk berkarya menyajikan karya terbaiknya, selama ajang itu berlangsung.

Menggandeng komunitas literasi, panitia juga melombakan karya literasi, seperti cipta puisi dan cerpen dengan tema sawah, untuk mengenalkan sawah kepada generasi muda saat ini, sekaligus meningkatkan minat baca pada anak-anak.

 

Sedekah Buku dan Festival Pranoto Mongso

Subak di Bali
Teras sawah Jatiluwih di Bali. (Creative Commons)

Dalam hal ini beberapa pejabat di Trenggalek menyumbangkan sejumlah buku, termasuk Bupati Trenggalek Mochamad Nur Arifin. Salah satu buku yang disumbangkan oleh pemimpin muda Trenggalek tersebut berjudul Mustika Rasa Resep, buku resep masakan ala Bung Karno.

"Bisa khatam buku ini, anda bisa sukses membuka rumah makan. Karena Bung Karno meminta kepada menterinya untuk mencatat resep berbagai masakan dari seluruh sudut negeri untuk dikemas dalam buku ini," ujar suami Novita Hardini ini.

Dalam kesempatan itu, Bupati berharap dengan sedekah buku, bisa ada pojok baca di Balai Desa Ngadirenggo, sehingga masyarakat bisa menambah wawasannya melalui membaca buku.

Dalam kesempatan itu juga bupati termuda ini menyampaikan bahwasannya festival sawah ini merupakan festival kedua di tahun ini setelah Festival Gong 2020.

"Kami ingin mengangkat semua potensi petani, yang jualan kuliner, hasil pertanian menjadi laku," ujarnya.

Novita Hardini Mochamad, yang ikut hadir mendampingi Bupati menambahkan, "Saya sangat bersyukur pada Tahun 2020 ini, bila melihat 100 festival tentunya akan berdampak terhadap semua unsur masyarakat dan tidak ada yang tidak bermanfaat".

"Harapan saya tahun pertama 100 festival ini bisa menjadi fondasi, seperti kata Pak Bupati, fondasi positif terhadap seluruh warga masyarakat yang ada, untuk menuju ekonomi yang meroket," tuturnya.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya