Liputan6.com, Jakarta - Dinas Kesehatan (Dinkes) Jawa Timur (Jatim) melihat penyakit demam berdarah (DBD) masih menjadi masalah kesehatan masyarakat Jatim dengan jumlah penderita yang fluktuaktif. Oleh karena itu, Dinkes Jawa Timur melakukan berbagai upaya untuk mencegah penyakit DBD.
Berdasarkan catatan Dinkes Jatim, total penderita demam berdarah dengue (DBD) pada Januari-Februari 2020 sebanyak 1.759 orang. Jumlah kematian karena penyakit ini mencapai 15 orang. Pada Januari 2020 ada sebanyak 811 penderita dengan kematian enam orang dan Februari 2020 sebanyak 949 penderita dengan kematian sembilan orang.
Jumlah penderita DBD terbanyak antara lain di Kabupaten Malang ada 218, Kabupaten Pacitan ada 208, Kabupaten Trenggalek ada 166, Kabupaten Kediri ada 100 dan Kabupaten Probolinggo ada 97.
Advertisement
Baca Juga
Kepala Dinas Kesehatan Jawa Timur, Herlin Ferliana menuturkan, sejumlah upaya dilakukan untuk mengendalikan demam berdarah dengue (DBD). Hal yang telah diupayakan antara lain penggiatan pemberantasan sarang nyamuk (PSN) 3M yaitu menguras, menutup tempat penampungan air, menyingkirkan atau memanfaatkan, mendaur ulang barang bekas.
Selai itu, menghindari gigitan nyamuk dengan pemakaian lotion anti nyamuk, menggunakan kelambu, memasang kawat kasa, ikanisasi pemakan jentik, dan lainnya dengan melaksanakan kegiatan Gerakan satu rumah satu jumantik di semua wilayah.
“Penatalaksanaan kasus DBD yang adekuat di fasilitas pelayanan kesehatan dan pemantauan kasus DBD di kabupaten atau kota,” ujar dia, seperti dikutip dari keterangan tertulis Rabu (11/3/2020).
Selain itu, juga menyiapkan petugas, sarana, dan prasarana logistik demam berdarah dengue (DBD) di kabupaten/kota. Pihaknya juga mengimbau kepada masyarakat untuk melakukan pemberantasan sarang nyamuk (PSN) seminggu sekali secara rutin, bermutu dan berkesinambungan.
Kemudian segera merujuk pasien ke fasilitas pelayanan kesehatan puskesmas/rumah sakit bila keadaan pasien tidak membaik, dan meningkatkan pola hidup bersih dan sehat (PHBS).
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini
Angka DBD Menurun di Surabaya
Sementara itu, Dinas Kesehatan Kota Surabaya mencatat, jumlah warga yang terkena demam berdarah (DBD) menurun hingga Februari 2020 dibandingkan periode sama tahun sebelumnya. Ini didorong peran kader dan seluruh masyarakat melaksanakan pemberantasan sarang nyamuk (PSN).
Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Surabaya, Febria Rachmanita menuturkan, pasien DBD di Surabaya menurun. Berdasarkan catatan Dinkes Kota Surabaya, pasien DBD pada Januari dan Februari 2020 masing-masing sebanyak 2 dan 7 pasien. Angka ini menurun dibandingkan periode sama tahun lalu dengan jumlah pasien sebanyak 33 pasien pada Januari 2019 dan 66 pasien pada Februari 2019.
"Menurun karena setiap Jumat ada kader,dan seluruh masyarakat melaksanakan PSN," ujar dia saat dihubungi Liputan6.com lewat pesan singkat.
Ia menuturkan, kasus DBD pada Januari hingga Maret cenderung meningkat karena faktor hujan dan cuaca yang tidak teratur. Oleh karena itu, Pemerintah Kota Surabaya pun mengoptimalkan pencegahan sejak tahun lalu. Pencegahan dilakukan dengan penerbitan surat edaran wali kota tentang kewaspadaan DBD. Surat edaran tersebut bisa tiga kali diedarkan oleh wali kota Surabaa dalam setahun dan menjadi kinerja kecamatan.
Selain itu juga ada sosialisasi dan penyuluhan kepada masyarakat. Hingga peran juru pemantau jentik (jumantik) dengan programnya Gerakan satu rumah satu jumantik. Dinas Kesehatan Surabaya melakukan pendampingan dan monitoring Gerakan satu rumah satu jumantik dengan 22.995 orang kader jumantik di bawah koordinasi puskesmas, camat dan lurah.
"Jadi DBD bisa dicegah asal masyarakat rajin PSN. Kami selalu (melakukan PSN-red) setiap Jumat meski kasus turun, karena harus menjadi budaya (PSN-red), " tutur dia.
Advertisement