Kata-Kata Bijak Gus Dur Terkait Kehidupan hingga Anak Muda

Lebih dari satu dekade Gus Dur meninggalkan kita, tetapi ide-ide besar dan gagasannya masih relevan hingga kini.

oleh Erik diperbarui 15 Okt 2020, 08:58 WIB
Diterbitkan 15 Okt 2020, 04:00 WIB
Bicara tentang kelakar Gus Dur tentunya banyak yang masih terkenang di ingatan masyarakat.
(Sumber nu.or.id)

Liputan6.com, Jakarta - KH Abdurrahman Wahid, akrab disapa Gus Dur adalah sosok yang sulit didefinisikan. Dirinya pernah berada pada ujung pemerintahan, di satu sisi juga pernah menjadi manusia biasa, bahkan harus berpindah kontrakan berkali-kali.

Menyebut Gus Dur sebagai mantan presiden saja, mungkin terlalu mengecilkan kebesarannya. Cucu pendiri Nahdlatul Ulama (NU) ini juga seorang kiai. Ilmu agamanya disebut sudah makrifat, bahkan tak sedikit yang menyebutnya wali.

Jika menyebutnya sebagai kiai saja, rasanya juga kurang pas. Mantan ketua NU tiga periode ini juga aktif menyuarakan pluralisme di Indonesia. Sebuah gagasan yang kurang umum di kalangan pemuka agama.

Lantas, apa definisi Gus Dur yang paling tepat? Rasanya tak perlu repot membatasi kebesarannya dengan definisi. Mengutip ucapan Gus Dur paling populer “Gitu aja kok repot”, mungkin cocok untuk masuk ke pintu perkenalan dengannya.

Dr. (H.C.) K. H. Abdurrahman Wahid lahir di Jombang, Jawa Timur pada 7 September 1940 dari pasangan Wahid Hasyim dan Solichah. Gus Dur adalah putra pertama dari enam bersaudara.

Gus Dur lahir dari keluarga yang sangat dihormati di komunitas muslim Indonesia, khususnya di wilayah Jawa Timur. Kakek dari pihak bapak, K.H. Hasyim Asyari merupakan pendiri Nahdlatul Ulama (NU), sementara kakek dari pihak ibu, K.H. Bisri Syansuri, adalah pengajar pesantren pertama yang mengajarkan kelas pada perempuan.

Ayah Gus Dur, K.H. Wahid Hasyim, terlibat dalam Gerakan Nasionalis dan menjadi Menteri Agama tahun 1949. Ibunya, Ny. Hj. Sholehah, adalah putri pendiri Pondok Pesantren Denanyar Jombang.

Saudaranya adalah Salahuddin Wahid dan Lily Wahid. Ia menikah dengan Sinta Nuriyah dan dikaruniai empat putri: Alisa, Yenny, Anita, dan Inayah.

Pada Rabu, 30 Desember 2009, di usianya yang ke-69, Gus Dur menghembuskan nafas terakhir di Jakarta. Sebelumnya, dirinya sempat mengalami serangan stroke, diabetes dan gangguan ginjal.

Lebih dari satu dekade jasadnya meninggalkan kita, tetapi ide-ide besar dan gagasannya masih relevan hingga kini. Berikut kutipan kata-kata penuh makna dari Gus Dur yang dirangkum dari berbagai sumber, ditulis Kamis, (15/10/2020):

 

Saksikan Video Menarik Berikut Ini

Kata-kata Gus Dur untuk Anak Muda

Gus Dur
Abdurrahman Wahid

"Kalau Anda tidak ingin dibatasi, janganlah Anda membatasi. Kita sendirilah yang harusnya tahu batas kita masing-masing.”

"Bukankah dengan demikian menjadi jelas bagi kita bahwa menerima perbedaan pendapat dan asal muasal bukanlah tanda kelemahan melainkan awal dari kekuatan."

"Menyesali nasib tidak akan mengubah keadaan. Terus berkarya dan bekerjalah yang membuat kita berharga.”

"Tentang kecintaan, kasih sayang, penghargaan yang tulus kepada umat manusia, apa pun agama atau keyakinannya pada dasarnya sama-sama mengabdi pada manusia. Hanya ajarannya yang berbeda."

"Bukankah dengan demikian menjadi jelas bagi kita bahwa menerima perbedaan pendapat dan asal-muasal bukanlah tanda kelemahan, melainkan menunjukkan kekuatan."

"Marilah kita bangun bangsa dan hindari pertikaian yang sering terjadi dalam sejarah. Inilah esensi tugas kesejahteraan kita, yang tidak boleh kita lupakan sama sekali."

"Kalau ingin melakukan perubahan jangan tunduk terhadap kenyataan, asalkan kau yakin di jalan yang benar maka lanjutkan."

"Tuhan Yang Maha Besar, Maha Agung Maha Berkuasa tidak perlu dibela. Yang memerlukan pembelaan adalah manusia yang ditindas dan dianiaya."

"Menyesali nasib tidak akan mengubah keadaan, terus berkarya dan bekerjalah yang membuat kita berharga."

"Maafkan musuh-musuhmu, tapi jangan lupakan kesalahan-kesalahannya."

 

Kata-Kata Gus Dur tentang Ilmu

Kisah Kesederhanaan Gus Dur Saat Foto Kepresidenan, Rela Tunggu Jas Disetrika
Kisah Kesederhanaan Gus Dur Saat Foto Kepresidenan, Rela Tunggu Jas Disetrika (Liputan6.com)

"Pada dasarnya, setiap agama memiliki watak transformatif, yaitu berusaha menanamkan nilai-nilai yang baru dan menggantikan nilai-nilai yang lama yang dianggap bertentangan dengan ajaran-ajaran agama."

"Proses terjadinya pemahaman 36 kembali isi ajaran-ajaran agama dapat disebabkan oleh terjadinya reaksi terhadap adanya perubahan yang terjadi di luar agama itu, tapi juga di dalam ajaran agama itu sendiri dimungkinkan adanya proses pemahaman baru."

"Tugas pokok intelektual adalah mempertahankan kebebasan berpikir, bukannya membunuh kebebasan berpikir."

"Begitu agama mengubah dirinya menjadi penentu, tidak lagi hanya memengaruhi tetapi menentukan, maka dia telah berubah menjadi duniawi. Kalau hal ini yang terjadi, pada gilirannya dia bisa mengundang sikap represif. Agama menjadi represif, untuk mempertahankan dirinya."

"Perpustakaan adalah tempat untuk memenuhi dahaga ilmu pengetahuan."

"Pemahaman kembali terhadap ajaran-ajaran agama sering kali mengambil tema ‘kembali kepada ajaran yang benar atau kembali kepada ajaran yang asli’. Itulah sebabnya dalam setiap gerakan reformasi dalam Islam misalnya, selalu diambil tema kembali kepada Alquran dan Hadis."

"Guru spiritual saya adalah realitas. Dan guru realitas saya adalah spiritualitas."

"Di negeri kita demokrasi belum lagi tenggak dengan kokoh masih lebih berupa hiasan luar bersifat kosmetik daripada sikap yang melandasi pengaturan hidup yang sesungguhnya."

"Semakin tinggi ilmu seseorang, maka semakin besar rasa toleransinya.

"Kalau sekarang ini ada yang menjelekkan nama Islam, kita didik agar membawa nama Islam yang damai."

 

Kata-kata Gus Dur tentang Kehidupan

Mengenang Gus Dur dalam Pameran Lukis Sang Maha Guru
Pengunjung melihat lukisan dalam pameran seni rupa "Sang Maha Guru" karya pelukis Nabila Dewi Gayatri di Jakarta, Kamis (22/11). Lukisan Gus Dur dipadu dengan berbagai tokoh dan ragam dimensi. (Merdeka.com/Iqbal Nugroho)

"Sabar itu enggak ada batasnya, kalau ada batasnya berarti enggak sabar."

"Peran agama sesungguhnya membuat orang sadar akan fakta bahwa dirinya bagian dari umat manusia dan alam semesta."

"Memuliakan manusia berarti memuliakan penciptanya. Merendahkan manusia berarti merendahkan dan menistakan penciptanya."

"Tidak penting apa agama dan sukumu, kalau kamu bisa melakukan sesuatu yang baik untuk semua manusia, maka orang tidak pernah tanya apa agamamu."

"Dalam hidup nyata dan dalam perjuangan yang tak mudah, kita bukan tokoh dongeng dan mitos yang gagah berani dan penuh sifat kepahlawanan."

"Bukalah hatimu dan bertindaklah dengan jujur."

"Dengan lelucon, kita bisa sejenak melupakan kesulitan hidup. Dengan humor, pikiran kita jadi sehat."

"Kemajemukan harus bisa diterima, tanpa ada perbedaan."

" Tidak penting apapun agamamu atau sukumu, kalau kamu bisa melakukan sesuatu yang baik untuk semua orang, orang tidak pernah tanya apa agamamu."

"Bangsa ini menjadi penakut! Karena tidak berani dan tidak mau bertindak menghukum yang bersalah."

 

Kata-kata Gus Dur tentang Politik

Dua Putri Gus Dur Gagas Perubahan Lewat Gerakan Digital Nasional
Abdurahman Wahid/ Gus Dur. (Liputan6.com)

"Demokrasi harus berlandaskan kedaulatan hukum dan persamaan setiap warga negara tanpa membedakan latar belakang ras, suku agama, dan asal muasal, di muka-undang-undang."

"Saya mengatakan kepada murid-murid bahwa kita mampu mendesak tanpa melakukan kekerasan, dan kita bisa berjalan ke arah demokrasi tanpa kekerasan. Dengan cara itu, Tuhan akan merestui kita."

"Keberhasilan pemimpin diukur dari kemampuan mereka dalam mensejahterakan umat yang mereka pimpin."

"Keberhasilan seorang pemimpin diukur dari kemampuan mereka dalam menyejahterakan umat yang mereka pimpin."

"Negara ini paling kaya di dunia tapi sekarang negeri ini menjadi melarat karena para koruptor tidak ditindak dengan tegas.

"Tidak ada jabatan di dunia ini yang perlu dipertahankan mati-matian."

"Yang lebih penting dari politik adalah kemanusiaan."

"Bangsa ini menjadi penakut! Karena tidak berani menghukum yang bersalah."

"Tergantung pemerintah. Kalau pemerintah campur tangan terus dalam segala hal yang terjadi, adalah kami tidak ada jalan lain adalah membisikkan pada para pemilih golput aja bareng-bareng."

"Di negeri kita demokrasi belum lagi tenggak dengan kokoh masih lebih berupa hiasan luar bersifat kosmetik daripada sikap yang melandasi pengaturan hidup yang sesungguhnya."

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya