Penjelasan Kandidat Pilkada soal Surabaya Zona Hitam

Sesuai tema debat menjawab permasalahan dan tantangan Kota Surabaya di era pandemi COVID-19, masing-masing paslon juga menyampaikan upaya terkait penanganan COVID-19.

oleh Agustina MelaniDian Kurniawan diperbarui 05 Nov 2020, 09:30 WIB
Diterbitkan 05 Nov 2020, 09:30 WIB
Ilustrasi pilkada serentak (Liputan6.com/Yoshiro)
Ilustrasi pilkada serentak (Liputan6.com/Yoshiro)

Liputan6.com, Jakarta - Para pasangan calon wali kota wakil wali kota Surabaya menyampaikan gagasannya terutama soal penanganan COVID-19 dalam debat publik perdana pemilihan kepala daerah (pilkada) Surabaya pada Rabu, 4 November 2020.

Sesuai tema debat menjawab permasalahan dan tantangan Kota Surabaya di era pandemi COVID-19, masing-masing paslon juga menyampaikan upaya terkait penanganan COVID-19.

Calon Wali Kota Surabaya nomor urut 2 Machfud Arifin menuturkan, pihaknya akan mengacu kebijakan pemerintah pusat dalam penanganan COVID-19.

"Ada UU, PP, Perppu tentang kesehatan itu sendiri, pendidikan, dan pemulihan ekonomi,” ujar dia dalam debat perdana pilkada Surabaya dengan tema Menjawab Permasalahan dan Tantangan Kota Surabaya di Era Pandemi COVID-19.

Ia menambahkan, upaya pencegahan dari COVID-19 dengan cara 3M yaitu memakai masker, kemudian menjaga jarak, cuci tangan. "Kemudian bagaimana meningkatkan daya tahan tubuh minum vitamin dan itu harus dilakukan,” kata dia.

Selain itu, Machfud menuturkan, penanganan COVID-19 juga bekerja sama dengan lintas sektoral terkait antara polisi, TNI, dan komponen masyarakat.

Calon wakil wali kota Mujiaman menambahkan, pihaknya juga akan memudahkan prosedur pemakaman pasien COVID-19.

"Pasien meninggal karena COVID-19 sekarang harus dibawa ke Keputih dan ke Barat, ubah prosedur, orang meninggal akan kita bantu mudahkan pengurusannya,” tutur dia.

Sementara itu, Calon Wali Kota Surabaya nomor urut 1, Eri Cahyadi menuturkan, angka kesembuhan karena COVID-19 mencapai 92,03 persen. Hal itu didukung dari kerja sama antara Pemkot Surabaya, kepolisian, dengan membentuk kampung tangguh. Di lapangan juga diterjunkan tim swab hunter COVID-19.

"Angka kesembuhan 92,03 persen. InsyaAllah sekitar dari 15 ribu (pasien sembuh-red) itu hasil kerja sama, bagaimana pemkot kerja sama dengan kepolisian membentuk kampong tangguh, terjunkan ke lapangan, ada tim swab hunter,” ujar dia.

Eri menambahkan, selain menerapkan 3M, upaya penanganan COVID-19 lainnya dengan melakukan testing, treatment dan tracing (3T).

"3T itu yang dilakukan bersama dengan aparat penegak hukum, ada kepolisian, ada angkatan. Semua jadi satu bagian, dan setelah itu ada swab gratis, itu turun. Apakah langkah pemkot, tim hunter, swab gratis turun jadi 79, apakah langkah pemkot sudah dikatakan benar atau tidak? Bukti mengatakan, kerja sama dengan hebat antara tim BNPB, BIN, bantuan alat PCR itu ternyata turun terbukti hanya 79. Saya ingin tanya apakah itu kerja sama terbaik pemerintah kota,” kata dia.

Menanggapi hal itu, Machfud Arifin meragukan kerja samanya. Ia mengaku mendapatkan hal di lapangan kalau pihak RT, RW tidak mendapatkan bantuan dari Maret-Oktober 2020. Bahkan Machfud kembali mengungkapkan soal Surabaya masuk zona hitam COVID-19.

"Saya juga ragu dengan kerja samanya. RT, RW yang terlibat Maret sampai Oktober tidak dapat bantuan apa-apa. Ini keluhan RT, tekor-tekor RT di sana. Sampai Rp 30 juta urusin, presiden sempat nyatakan Surabaya bukan zona merah tapi zona hitam, ini sungguh prihatin penanganan COVID-19 di Surabaya," kata dia.

Sementara itu, Calon wakil wali kota Mujiaman mengatakan, pihaknya juga fokus untuk pemulihan ekonomi dengan memberikan BLT Rp 1 juta.

"Belum sentuh regional dan nasional, terpenting kita juga perlu memastikan tenaga medis yang bekerja lembur, lebihi kerja APBD disesuaikan bantuan buat para medis yang meninggalkan keluarganya,” kata dia.

Eri Cahyadi pun menanggapi dengan mengapresiasi kehebatan kampung tangguh dan masyarakat Surabaya. Hal ini ditunjukkan dengan perjuangan masyarakat, pemkot, dan aparat sehingga kini 95 kelurahan di Surabaya sudah zona hijau dan pasien COVID-19 tersisa 79.

"Kampung tangguh kehebatan Surabaya. Warga Surabaya empatinya tinggi. Tidak mau kota hitam. Perjuangan masyarakat, pemkot, dan aparat menunjukkan keberhasilan 95 kelurahan sudah hijau, sisanya hanya 79, itu hebatnya,” kata dia.

 

 

** #IngatPesanIbu

Pakai Masker, Cuci Tangan Pakai Sabun, Jaga Jarak dan Hindari Kerumunan.

Selalu Jaga Kesehatan, Jangan Sampai Tertular dan Jaga Keluarga Kita.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini

Respons Relawan Eri-Armuji

Ilustrasi – Kotak suara Pilkada serentak. (Istimewa/Liputan6.com/Muhamad Ridlo)
Ilustrasi – Kotak suara Pilkada serentak. (Istimewa/Liputan6.com/Muhamad Ridlo)

Merespons hal Surabaya yang kembali diungkit masuk zona hitamn, Ketua Gerakan Arek Surabaya, Fuad Bernadi menganggap pernyataan itu lucu dan bisa menjadi blunder bagi paslon nomor urut dua. 

"Itu lucu, saya rasa Pak Presiden Jokowi tidak pernah berbicara seperti itu," ujar Fuad di posko GAS, relawan Er-Ji di Pandegiling Kota Surabaya. 

Hal senada juga disampaikan salah seorang relawan Jokowi yang juga Ketua Jaringan Kemandirian Nasional (JAMAN) Surabaya, Nisa Izzati. Dia membantah Presiden Jokowi pernah menyatakan jika Surabaya masuk zona hitam Covid-19. "Sepengatahuan saya, tidak pernah Presiden berucap seperti itu," ujarnya.

Apalagi, kata Nisa, berdasarkan aturan di Gugus Tugas COVID-19 tidak ada yang namanya istilah zona hitam, yang ada hanya merah.

"Jika ada yang menyebut Surabaya zona hitam, menurut saya itu terlalu lebay. Saya kira jika Pak Machfud bilang Surabaya zona hitam, itu terlalu lebay," pungkasnya.

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya