Liputan6.com, Surabaya - Kepala Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (DPMPTSP) Jatim Aris Mukiyono menyebut, nilai investasi Jatim di 2020 mencapai Rp 78,3 triliun. Menurutnya angka itu membuat investasi tumbuh 33,8 persen. Lebih tinggi dari nasional yang hanya 2,1 persen. Aris optimistis tahun ini bisa tumbuh Rp 100 hingga 120 triliun.
"Kenapa lebih tinggi, karena nilai investasi dari Rosneft (perusahaan minyak terintgrasi) mencapai Rp 230 Triliun," ujarnya, Rabu (17/3/2021).
Baca Juga
Aris mengatakan, pergerakan investasi di Jatim dari tahun ke tahun mengalami pasang naik dan turun. Penurunan pernah terjadi selama 2016-2018. Kemudian mulai tumbuh lagi pada tahun 2019. Memasuki tahun 2020 yang juga masa pandemik Covid-19 investasi malah tumbuh bergeliat.
Advertisement
"Realisasi investasi tahun 2020 merupakan yang tertinggi sejak lima tahun terakhir," ucapnya.
Realisasi itu bisa berlanjut pada tahun 2021. Sebab sekarang Rosneft sedang melakukan pembebasan lahan. Aris berharap tahun 2021 sudah melakukan proses tawar. "Paling tidak ada tambahan sebanyak Rp 30 triliun sehingga target sudah bisa terpenuhi," ujar Aris.
"Kemudian Bandara Kediri yang juga mulai pembebasan lahan. Nah untuk Java Integrated Industrial and Port Estate (JIIPE) di Gresik jika sudah menjadi kawasan manufaktur dan teknologi tinggi kabarnya akan ada tujuh investor dari Taiwan yang akan masuk ke Jatim," ucapnya.
Realisasi investasi dari Penanaman Modal Asing (PMA) didominasi sektor industri kimia dan farmasi. Sementara Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) didominasi sektor transportasi, gudang dan telekomunikasi. Dari segi lokasi, realisasi PMA terbesar di Tuban yakni PT Pertamina Rosneft pengolahan dan Petrokimia.
"Merealisasikan investasi sebesar Rp 4,9 triliun di sektor kimia dan farmasi," ujarnya.
Untuk PMDN lokasi terbesar realisasinya di Surabaya. Ada PT Pelabuhan Indonesia III merealisasikan investasi Rp 5,2 triliun di sektor transportasi, gudang dan telekomunikasi.
Saksikan vidio pilihan di bawah ini:
Realisasi Investasi
Untuk negara yang paling banyak realisasi investasi adalah Singapura. Dua sektor, dari industri kimia dan farmasi Rp 6,6 triliun, industri makanan Rp 2,1 triliun. Disusul Jepang dengan industri kayu Rp 0,8 triliun. Kemudian industri mesin, elektronik dan lainnya dengan nilai investasi Rp 0,7 triliun.
Ketiga adalah Korea Selatan dengan sektor indutri kimia dan farmasiz nilai investasi Rp 2 triliun. Selain itu indutri barang dari kulit dan alas kaki senilai Rp 0,1 triliun. Negara keempat, Hongkong dengan industri mineral nonlogam senilai Rp 1,5 triliun, industri logam dasar, barang logam dan bukan mesin Rp 0,3 triliun.
"Negara terakhir adalah Amerika Serikat dengan pertambangan senilai Rp 0,7 triliun dan industri makanan senilai Rp 0,4 triliun," ucap Aris.
Advertisement