Liputan6.com, Malang - Tim ekskavasi Situs Srigading di Lawang, Malang, menemukan sebuah Arca Agastya berbahan batu andesit pada akhir pekan kemarin. Dengan demikian, total tiga arca berhasil ditemukan selama proses ekskavasi situs yang diperkirakan peninggalan abad ke 10 itu.
Ketua Tim Eskavasi Situs Srigading Malang, Wicaksono Dwi Nugroho, mengatakan Arca Agastya ditemukan tertimbun reruntuhan struktur bata. Lokasi temuan hanya 1 meter dari dinding sebelah selatan saat hari terakhir ekskavasi tahap kedua pada akhir pekan kemarin.
Advertisement
Baca Juga
“Kondisinya utuh, tidak ada yang patah. Hanya bagian wajah agak tidak jelas, aus serta tertutup tanah, butuh kehati-hatian membersihkannya,” kata Wicaksono.
Arca setinggi lebih dari 80 sentimeter itu memiliki ciri perut kundila (buncit) dengan dua tangan masing – masing memegang kamandalu (kendi) dan sebuah benda menyerupai tongkat. Ciri – ciri itu menguatkan bahwa temuan itu adalah Arca Agastya.
Dengan demikian, selama ekskavasi tahap kedua ini total tiga arca yang ditemukan. Sebelumnya Arca Nandiswara dan Arca Mahakala lebih dulu ditemukan. Kondisi kedua arca berbahan batu andesit nyaris sama, patah di beberapa bagian seperti kepala, tangan dan tombak.
Ketiga arca itu telah dibawa ke Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Jawa Timur untuk dibersihkan. Termasuk secepatnya menyambung lagi bagian Arca Nandiswara dan Arca Mahakala yang patah.
“Sejauh ini hanya tiga arca itu yang ditemukan selama proses ekskavasi,” ucap Wicaksono yang juga arkeolog BPCB Jawa Timur ini.
Keberadaan Situs Srigading sendiri telah diketahui warga setempat jauh sebelum dilakukan ekskavasi. Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Malang pada awal 2021 silam sempat memindahkan Arca Mahisasuramardhini dan Arca Durga dari situs ke Museum Singasari.
Yossy Indra Hardyanto, Pamong Budaya Ahli Muda Museum Singasari, mengatakan begitu ada informasi dari warga arca segera dipindah dari Situs Srigading ke museum. Kondisi Arca Durga 80 persen, sedangkan Arca Mahisasuramardhini kondisinya 60 persen.
“Kami memindah kedua arca itu setelah berkoordinasi dengan pemerintah desa maupun kepolisian setempat,” kata Yossy.
Panteon Hindu Siwa
Eskavasi di Situs Srigading mendapati sejumlah temuan penting mulai dari garbhagriha atau bilik utama untuk peribadatan, lingga – yoni, serta temuan Arca Agastya, Nandiswara serta Mahakala. Menguatkan bila situs itu merupakan candi peribadatan beraliran Hindu Siwa atau Siwaistis.
Wicaksono Dwi Nugroho mengatakan, dalam Hindu candi-candi yang sifatnya besar untuk kerajaan biasanya dibuat secara lengkap. Termasuk juga konfigurasi sistem panteon atau tata letak arca untuk pemujaan.
“Candi ini beraliran Hindu Siwaistis. Berarti di tengah ada Siwa dan di sekelilingnya adalah keluarga Siwa. Konsep panteonnya seperti di Candi Prambanan,” kata Wicaksono
Arca Agastya merupakan salah satu anggota panteon Siwa bersama dengan anggota panteon lainnya yakni Durga, Ganesa, Mahakala-Nandiswara. Tata letaknya, Arca Agastya di sisi selatan, Ganesha di barat dan Durga di utara. Dilengkapi penjaga candi yaitu Nandiswara dan Mahakala.
“Sayangnya Arca Ganesha di sisi barat tidak kami temukan. Perlu ekskavasi tahap ketiga untuk melanjutkan pencariannya,” ujar Wicaksono.
Candi Srigading diperkirakan dahulu merupakan pusat dari kompleks candi. Diperkirakan tinggi candi ini sekitar 11-12 meter dengan luas sekitar 20x20 meter. Arsitektur candi bercorak Mataram kuno periode Jawa Tengah.
Diperkirakan Candi Srigading sudah berdiri saat Mpu Sindok memindahkan pusat kerajaan Mataram kuno periode Jawa Tengah ke Medang di Jawa Timur. Keberadaan candi ini dikaitkan dengan Prasasti Linggasutan berangka tahun 851 Saka atau 929 Masehi.
Advertisement