Melacak Penyebab Utama Banjir Bandang di Lawang Malang

Belum dapat diketahui secara pasti dari mana asal pohon dan kayu yang terbawa banjir bandang di Lawang Malang

oleh Zainul Arifin diperbarui 10 Mar 2022, 12:15 WIB
Diterbitkan 10 Mar 2022, 12:15 WIB
Melacak Penyebab Utama Banjir Bandang di Lawang Malang
Tumpukan sisa material lumpur dan kayu di dekat Jembatan Srigading, Lawang, Malang pasca bencana banjir bandang yang terjadi di wilayah itu pada Selasa, 8 Maret 2022 (Zainul Arifin/Liputan6.com)

Liputan6.com, Malang - Banjir bandang di Lawang, Malang, pada Selasa, 8 Maret 2022 lalu tak hanya merusak sejumlah infrastruktur, peternakan dan pertanian warga. Tapi juga merenggut satu korban jiwa, meninggal karena hanyut terbawa derasnya arus.

Hujan deras yang mengguyur sedari siang sampai petang disusul tanah longsor dan pohon tumbang. Material itu lalu menyumbat aliran sungai, sehingga air meluber ke permukiman desa. Hal itu disebut-sebut penyebab terjadinya bencana banjir di Malang.

Salah seorang warga Desa Srigading Lawang, Suryadi, mengatakan banjir pada Selasa petang lalu itu merupakan peristiwa terbesar sejak puluhan tahun silam. Ia mengingat kurang lebih 20 tahun silam pernah banjir, tapi tanpa disertai material lumpur dan kayu.

“Kejadian sekarang ini termasuk terbesar, apalagi membawa kayu-kayu yang entah berasal darimana,” kata Suryadi.

Meski dalam skala bencana maupun jumlah korban jiwa jauh berbeda, namun banjir bandang di Lawang, Malang, ini mengingatkan bencana serupa yang pernah terjadi di Kota Batu pada November 2021 lalu. Sama – sama banjir disertai material lumpur dan kayu.

Karena itu pula, penyebab utama banjir bandang Lawang ini diduga juga mirip seperti bencana di Kota Batu. Lahan kritis akibat alih fungsi lahan serta aktivitas penebangan pohon diduga punya andil penting pemicu bencana tersebut.

Wanto, seorang relawan tanggap bencana di Malang, mengatakan banyak melihat kayu yang terbawa arus banjir itu seperti bukan berasal dari pohon tumbang. Melainkan mirip sisa pohon ditebang atau sisa kayu potong.

“Di sisi atas dan bawah kayu itu seperti rapi potongannya, tapi saya tak bisa memastikan dari mana asalnya,” ujar Wanto.

Ia menjumpai potongan kayu itu selama hari pertama membantu penanganan pasca longsor dan banjir di tiga desa terdampak yakni Srigading, Sidoluhur dan Lawang, Malang. Namun butuh waktu untuk menelusuri maupun membuktikan asal kayu itu.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.


Mitigasi Bencana

Banjir Bandang di Lawang Malang, Seorang Warga Meninggal dan Tiga Desa Terdampak
Ekskavator membersihkan sisa lumpur dan kayu di dekat Jembatan Desa Srigading, Lawang, Malang pada Rabu, 9 Maret 2022. Material itu terbawa banjir bandang yang menerjang Lawang satu hari sebelumnya (Zainul Arifin/Liputan6.com)

Kepala Bidang Kedaruratan dan Logistik Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Malang, Sadono Irawan, mengatakan sementara ini tim di lapangan masih fokus pada penanganan pasca bencana. Belum sampai mengkaji penyebab utama bencana itu.

“Kami belum sampai mengkaii sejauh itu, tugas utama sekarang ini penanganan bencana,” ucapnya.

Banjir bandang dan tanah longsor di Lawang juga hampir bersamaan dengan kejadian tertutupnya akses tertutupnya ruas tol Pandaan - Malang di KM 78.600 dan 78.800. Sadono mencoba menganalisa dua kejadian itu saling terkait atau tidak.

“Apakah kejadian di Srigading menyebabkan peristiwa di tol atau sebaliknya. Tapi kenyataannya tak seperti itu, faktanya banjir di Srigading ada material bambu dan kayu,” ujarnya.

Ia menyebut rumpun bambu yang terbawa banjir berasal dari permukiman warga. Tapi belum dapat dirunut secara detil asal muasal kayu – kayu besar yang terbawa banjir hingga ke permukiman warga desa.

Menurutnya, kajian secara utuh harus melibatkan semua pihak untuk kemudian menjadi mitigasi bencana. Misalnya, bila memang lahan tangkapan semakin kritis maka harus diketahui lebih dulu pengelolaan hutan itu di bawah otoritas mana.

“Ini memang mirip seperti yang pernah terjadi di Kota Batu. Sekarang kami fokus dulu ke penanganan, soal langkah selanjutnya harus duduk bersama dengan banyak pihak,” kata Sadono.

 

Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya