Epidemiolog Unair: Penghapusan Swab Tes Pelaku Perjalanan Lebih Baik Ditunda

Ia menyebutkan, hal tersebut akan lebih meningkatkan keamanan saat perjalanan. Selain itu, syarat tersebut juga dapat mendorong masyarakat untuk vaksinasi booster.

oleh Dian Kurniawan diperbarui 15 Mar 2022, 12:28 WIB
Diterbitkan 15 Mar 2022, 12:28 WIB
FOTO: Pelaksanaan Vaksinasi Booster COVID-19 di Surabaya
Warga menerima dosis vaksin booster COVID-19 Pfizer di Surabaya, Jawa Timur, Kamis (13/1/2022). (JUNI KRISWANTO/AFP)

Liputan6.com, Surabaya - pakar Epidemiologi Universitas Airlangga (Unair) Surabaya Atoillah Isfandiari menilai penghapusan syarat tes antigen dan PCR bagi pelaku perjalanan domestik  kurang tepat.

"Pelonggaran pemeriksaan tes antigen dan PCR itu lebih baik ditujukan bagi pelaku perjalanan domestik yang telah vaksinasi booster," ujarnya, Senin (14/3/2022).

Ia menyebutkan, hal tersebut akan lebih meningkatkan keamanan saat perjalanan. Selain itu, syarat tersebut juga dapat mendorong masyarakat untuk vaksinasi booster.

“Kenyataannya, sebagian masyarakat ikut vaksin bukan karena kesadaraan mendapatkan kekebalan. Tapi agar dapat mengakses yang tidak bisa diakses tanpa vaksin,” ucapnya.

Selain itu, Ato menyebutkan penerapan kebijakan tersebut akan mempersulit terdeteksinya kasus positif. Pencabutan syarat tes antigen dan PCR akan menghilangkan salah satu kontributor terbesar dalam tracing Covid-19.

“Saat mobilitas meningkat, risiko ISPA akan meningkat. Di sisi lain, kita tidak tahu ISPA yang meningkat disebabkan oleh covid atau bukan,” ujarnya.

Wakil dekan bidang II Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM) itu juga menuturkan, gelombang ketiga memang telah melewati puncak dan konsisten mengalami penurunan.

"Namun, kasus harian masih cenderung tinggi. Penerapan kebijakan yang terburu-buru akan meningkatkan kasus harian dan risiko penularan," ucapnya.

Menurutnya, penerapan kebijakan penghapusan syarat tes antigen dan PCR untuk perjalanan domestik lebih baik ditunda dua minggu lagi. Penundaan tersebut juga akan membuat kondisi lebih stabil saat memasuki bulan Ramadan dan musim mudik.

“Kalau kita mau bersabar dua minggu lagi. Kita ada di posisi yang sama dengan akhir Januari, posisi dasar gelombang. Saat ini kita masih berada pada lereng gelombang,” ujarnya.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.


Tetap Prokes

(Foto: Dok AP I)
Bandara Juanda, Sidoarjo, Jawa Timur (Foto: Dok AP I)

Dalam mencegah penularan Pakar Epidemiologi itu mengimbau masyarakat untuk tidak lengah menerapkan Protokol Kesehatan (Prokes). Ia menegaskan, vaksinasi hanya salah satu cara untuk menghindari gejala berat.

“Tetap pakai masker yang proper sama seperti sekarang dan menjaga jarak. Kita tidak tahu yang bareng kita itu membawa virus atau tidak,” ucapnya.

Ia juga berpesan kepada masyarakat untuk menghindari berkerumun dalam waktu yang lama. Jika tidak dapat menghindari kerumunan, Ato menyarankan masyarakat untuk berkumpul di ruang terbuka.

“Kita memang sedang dalam proses penurunan gelombang. Tapi, pandemi belum selesai. Saat ini kita hidup berdampingan dengan covid, preventing jauh lebih penting daripada sesal kemudian,” ujarnya.

Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya