Liputan6.com, Jakarta - Kebiasaan menyisakan makanan sering kali dianggap sepele dalam kehidupan sehari-hari. Namun, dalam pandangan Islam, tindakan tersebut bisa termasuk dalam perbuatan mubazir yang tidak dianjurkan. Banyak orang tanpa sadar menyisakan makanan di piring, padahal hal ini memiliki konsekuensi dalam ajaran agama.
KH Yahya Zainul Ma'arif atau Buya Yahya, Pengasuh Lembaga Pengembangan Da'wah dan Pondok Pesantren Al-Bahjah yang berpusat di Cirebon, menyoroti masalah ini dalam salah satu ceramahnya. Menurutnya, menyisakan makanan tanpa alasan yang jelas merupakan bentuk kesombongan dan pemborosan yang dilarang dalam Islam.
Advertisement
Dalam ceramahnya, Buya Yahya mengingatkan agar umat Islam tidak terbiasa membuang makanan. Ia menegaskan bahwa ada orang-orang yang dengan mudah membuang nasi hanya demi menunjukkan status sosial atau sekadar mengikuti kebiasaan yang salah kaprah.
Advertisement
"Ini ada orang kaya makan sering buang-buang. Tolong, ini jangan sering buang-buang! Jangan susah menyisakan nasi di piring Anda. Anda sombong! Itu bisa jadi keberkahan daripada sebutir nasi yang dari rumah ada," ujar Buya Yahya, dikutip dari tayangan video di kanal YouTube @buyayahyaofficial.
Buya Yahya juga mengkritik gaya makan yang terkesan berlebihan, di mana seseorang menyisakan makanan sebagai simbol status sosial. Menurutnya, kebiasaan seperti itu justru menunjukkan ketidaktahuan terhadap nilai keberkahan dalam makanan.
"Jangan gaya makannya seperti orang yang katanya ningrat, padahal enggak paham. Kalau makan jangan dihabisin, sisain itu menunjukkan kalau kamu orang sejahtera. Utangnya banyak, sejahtera model apa itu?" tambahnya.
Baca Juga
Simak Video Pilihan Ini:
Nasihat Mengambil Makanan dari Buya Yahya
Menurut Buya Yahya, sebaiknya seseorang mengambil makanan secukupnya dan menghabiskannya agar tidak ada yang terbuang. Ia menegaskan bahwa dalam Islam, membuang makanan tanpa alasan yang jelas merupakan perbuatan haram.
"Habiskan kalau makan. Maksudnya bukan Anda suka menghabis-habisin nasi, bukan. Kalau makan, ambil secukupnya lalu Anda bersihkan. Jangan disisakan karena menyisakan adalah haram! Enggak boleh Anda mubazirkan makanan," ujarnya.
Islam mengajarkan agar setiap rezeki yang diperoleh dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya. Makanan yang ada di piring seharusnya dimakan sampai habis, kecuali ada alasan tertentu seperti sakit atau tiba-tiba merasa tidak enak badan.
"Kecuali memang tiba-tiba ndak enak makan, perut Anda sakit, itu lain babnya. Anda normal, buang-buang rezeki? Kalau ngambil makanan secukupnya, sampai bersih, jangan sisakan sebutir nasi pun!" tegas Buya Yahya.
Ajaran ini sejalan dengan hadits Nabi Muhammad ﷺ yang melarang tindakan mubazir. Dalam Islam, mubazir termasuk perbuatan yang dicela dan dikategorikan sebagai perilaku setan.
Allah SWT berfirman dalam Al-Qur'an,
وَلَا تُبَذِّرْ تَبْذِيرًا * إِنَّ ٱلْمُبَذِّرِينَ كَانُوٓا إِخْوَٰنَ ٱلشَّيَٰطِينِ (QS. Al-Isra: 26-27).
Artinya: "Dan janganlah kamu menghambur-hamburkan (hartamu) secara boros. Sesungguhnya orang-orang yang boros itu adalah saudara setan."
Dari ayat tersebut, jelas bahwa Islam mengajarkan sikap hemat dan tidak berlebihan dalam menggunakan rezeki. Makanan adalah anugerah dari Allah yang seharusnya dihargai dan tidak disia-siakan.
Advertisement
Makna Mendalam Menghabiskan Makanan
Buya Yahya menekankan bahwa dalam kehidupan sehari-hari, umat Islam harus membiasakan diri untuk mengambil makanan sesuai kebutuhan. Kebiasaan ini tidak hanya mencerminkan sikap syukur, tetapi juga menghindarkan dari sifat mubazir.
Selain itu, ia mengingatkan bahwa keberkahan dalam makanan juga bergantung pada cara seseorang memperlakukannya. Memanfaatkan makanan dengan baik merupakan salah satu bentuk rasa syukur kepada Allah.
"Jangan sampai kita terbiasa membuang makanan. Ingat, di luar sana masih banyak orang yang kesulitan mendapatkan makanan. Jangan sampai kita menjadi orang yang kufur nikmat," kata Buya Yahya.
Ia juga mengajak umat Islam untuk mencontoh kebiasaan Rasulullah yang selalu menghabiskan makanannya dan tidak pernah menyisakan sesuatu yang masih bisa dimanfaatkan.
Dalam banyak riwayat, disebutkan bahwa Rasulullah selalu makan dengan secukupnya dan tidak pernah menyia-nyiakan makanan. Hal ini menjadi teladan bagi umat Islam dalam menjaga rezeki yang telah diberikan oleh Allah.
Sebagai bentuk kepedulian terhadap sesama, Buya Yahya juga menyarankan agar jika seseorang merasa tidak sanggup menghabiskan makanan, lebih baik memberikannya kepada orang lain yang lebih membutuhkan.
Dengan demikian, kebiasaan menghabiskan makanan bukan hanya sekadar aturan, tetapi juga bentuk penghormatan terhadap rezeki dan bentuk kepedulian terhadap sesama. Islam mengajarkan keseimbangan dalam segala hal, termasuk dalam cara makan.
Makan dengan secukupnya, tidak berlebihan, dan tidak menyisakan makanan adalah bagian dari akhlak yang baik. Dengan menerapkan kebiasaan ini, seseorang bisa menjadi pribadi yang lebih bersyukur dan bertanggung jawab terhadap rezeki yang dimilikinya.
Pada akhirnya, kebiasaan baik ini akan membawa manfaat, baik bagi diri sendiri maupun bagi lingkungan sekitar. Islam selalu mengajarkan umatnya untuk bersikap bijak dalam mengelola setiap nikmat yang diberikan oleh Allah SWT.
Penulis: Nugroho Purbo/Madrasah Diniyah Miftahul Huda 1 Cingebul
