Liputan6.com, Banyuwangi - Desa Kaliploso Banyuwangi punya cara unik memperingati bulan Suro. Mereka mengadakan syukuran dengan mengedapankan harmoni antar masyarakat dengan pemangku kebijakan.
Dengan konsep Dahar Kembul Jenang Suro, masyarakat dan pemerintah manunggal seolah tidak ada sekat. Duduk melingkar bersama, bercengkrama dengan suasana obrolan hangat sembari menikmati kuliner khas pedesaan.
Kepala Desa Kaliploso Rudi Hartono mengatakan, konsep ini baru dimulai tahun ini. Prinsipnya adalah kebersamaan, harmoni dan gotong royong antar masyarakat.
Advertisement
"Karena menikmati kebersamaan itu lebih keren. Jadi kita ingin membangun harmoni antar semua lapisan masyarakat duduk bersama makan bersama tidak ada sekat," kata Rudi, Selasa (9/8/2022).
Rudi menjelaskan dalam kegiatan tersebut hampir sepenuhnya adalah partisipasi masyarakat. Makanan serta serta konsep lahir dari masyarakat itu sendiri.
Dalam misi membangun desa, partisipasi masyarakat sangatlah penting. Sehingga ketika masyarakat sudah ada inisiatif untuk bergerak maka hal itu patut diapresiasi.
"Kami dalam berkegiatan selalu berupaya mengedepankan partisipasi masyarakat karena dengan hal itu semua akan mudah, cepat dan bisa sampai ke tujuan," tandasnya.
Bubur Suro
Bubur Suro atau Jenang Suor merupakan salah satu hidangan yang identik dengan perayaan Tahun Baru Islam, yang ternyata memiliki sejarah dan filosofi penting bagi masyarakat, khususnya di beberapa kawasan di Pulau Jawa.
Pada awalnya bubur ini dihadirkan untuk memperingati hari pertama dalam kalender Jawa di bulan Sura atau Suro yang bertepatan dengan 1 Muharam.
Kalender Jawa yang diterbitkan Sultan Agung kala itu mengacu pada kalender Hijriah. Seperti sajian yang dihidangkan saat upacara adat Jawa lainnya, Bubur Suro merupakan lambang rasa syukur kepada Yang Maha Kuasa atas berkah dan rezeki yang diperoleh.
Advertisement