Bukit Teletubies di Gunung Bromo Berubah Nama Sesuai Adat Tengger

Pengembalian tiga spot wisata Bromo ke nama lokal itu sesuai permintaan masyarakat Suku Tengger demi pelestarian adat dan budaya

oleh Zainul Arifin diperbarui 18 Agu 2024, 06:00 WIB
Diterbitkan 18 Agu 2024, 06:00 WIB
Tiga Spot Wisata Bromo Kembali ke Nama Lokal, Ini Maknanya Bagi Masyarakat Tengger
Deklarasi tiga spot wisata Bromo dikembalikan ke nama lokal sesuai permintaan masyarakat adat Tengger pada Sabtu, 17 Agustus 2024 (Dok BB TNBTS) 

Liputan6.com, Malang - Balai Besar Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (BB TNBTS) mengembalikan tiga spot wisata di Bromo menjadi nama lokal. Hal itu sesuai permintaan masyarakat adat Tengger sebagai wujud pelestarian adat dan budaya setempat.

Tiga spot wisata Bromo yang dikembalikan menjadi nama lokal yakni Bukit Teletubies menjadi Lembah Watangan. Bukit Cinta kembali bernama Lemah Pasar dan Bukit Kingkong balik lagi menjadi Bukit Kedaluh.

Septi Eka Wardhani, Kepala Bagian Tata Usaha Balai Besar Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (BB TNBTS), mengatakan deklarasi penetapan pengembalian nama itu melibatkan dukun dan tokoh masyarakat adat Tengger dan dideklarasikan tepat pada Sabtu, 17 Agustus 2024 ini.

“Kami bersama Romo Dukun dan Tokoh Masyarakat Tengger bersepakat mengembalikan penamaan lokasi wisata sesuai nama lokal untuk pelestarian adat dan budaya,” kata Septi.

Masyarakat adat Tengger sebenarnya sudah mengusulkan pengembalian nama tiga spot wisata sejak 2019 silam. Namun kendala teknis salah satunya karena pandemi Covid-19 membuat pembahasannya tidak bisa berjalan lancar.

Selain itu, beberapa kali pergantian kepemimpinan di BB TNBTS membuat pembahasan sempat terputus. Komunikasi antara pihak otoritas taman nasional dengan pihak Paruman Dukun Pandita Tengger semakin intens pada tahun ini dan pengembalian nama dideklarasikan sekarang.

“Ini bagian dari harmoni konservasi alam dan budaya, menyelaraskan budaya Tengger dengan pengelolaan TNBTS,” ucap Septi.

Sehingga tidak meninggalkan budaya dan adat masyarakat Suku Tengger Bromo yang memiliki hubungan dengan kawasan Bromo dan Semeru. Ke depan diharapkan Bromo kembali Titiluri atau kembali ke asal agar tetap lestari.

Makna Nama dan Kawasan Bromo

Tiga Spot Wisata Bromo Kembali ke Nama Lokal, Ini Maknanya Bagi Masyarakat Tengger
Penandatanganan deklarasi pengembalian tiga spot wisata Bromo ke nama lokal Tengger pada Sabtu, 17 Agustus 2024 (Dok BB TNBTS)

Sabana Bromo dalam sejarahnya merupakan dataran rendah yang banyak vegetasi asli Bromo yang sangat terjaga sampai akhirnya roboh sendiri. Masyarakat tengger kemudian menyebutnya lokasi banyak pohon (watang) roboh itu sebagai Lembah Watangan.

Sedangkan Bukit Cinta dikembalikan bernama Lemah Pasar dan sebenarnya nama aslinya adalah Pasar Agung. Sesungguhnya, lokasi ini jadi tempat bagi masyarakat adat Tengger untuk memenuhi kebutuhan upacara adat.

Nama Bukit Kingkong dikembalikan ke Bukit Kedaluh. Kedaluh berasal dari bahasa Sansekerta, yaitu Kada dan Luh. Kada artinya merindukan, Luh berarti pemberi hujan/Dewa Indra. Berarti merindukan pemberi hujan/Dewa Indra sebagai harapan kesuburan untuk wilayah Tengger.

Selain mengembalikan nama tiga spot wisata ke nama asalnya, BB TNBTS dan masyarakat adat Tengger dalam obrolan bersama pada 29 Juli 2024 lalu juga menekankan empat hal penting lainnya.

Yakni terkait tempat skaral di beberapa lokasi di kawasan Bromo yang tidak diperbolehkan ada aktivitas sembarangan. Maka sopir sip maupun pelaku jasa wisata lainnya saat mengantar wisatawan diminta menjaga perilaku dan tidak beraktivitas di tempat-tempat sakral.

Selain itu, seluruh pelaku jasa wisata seperti sopir jip, ojek, kuda maupun pedagang kaki lima diimbau memakai udeng atau ikat kepala sebagai identitas/ciri khas warga Tengger. Termasuk mengingatkan semua pelaku jasa wisata untuk menjaga kawasan demi kelestarian adat dan budaya Tengger.

 

Infografis Letusan Gunung Bromo
Infografis Letusan Gunung Bromo (Liputan6.com/Abdillah)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya