Pengertian
Hipotiroidisme terjadi ketika kelenjar tiroid tidak cukup memproduksi hormon tiroid, yaitu hormon triiodotironin (T3) dan tiroksin (T4). Kekurangan hormon tersebut dapat mengubah cara tubuh memroses lemak. Akibatnya, penderita dapat mengalami kondisi lain seperti kolesterol tinggi, arterosklerosis, dan serangan jantung.
Hipotiroidisme merupakan gangguan tiroid yang tergolong umum dan dapat terjadi pada siapa saja. Meski demikian, wanita –terutama yang berusia di atas 50 tahun– lebih sering mengalami hipotiroidisme dibandingkan dengan pria. Diperkirakan, enam sampai sepuluh persen wanita mengalami kondisi ini.
Terdapat dua jenis hipotiroidisme, yaitu:
- Hipotiroidisme primer, di mana gangguan terjadi pada kelenjar tiroid itu sendiri.
- Hipotiroidisme sekunder, yaitu kondisi di mana masalah terjadi pada kelenjar pituitari otak yang mengawasi kerja kelenjar tiroid.
Penyebab
Kondisi hipotiroidisme dapat disebabkan oleh beberapa hal, seperti:
- Kerja sistem kekebalan tubuh.
Sistem kekebalan tubuh yang aktif menyerang infeksi juga dapat menyerang kelenjar tiroid, sehingga menimbulkan gangguan pada kelenjar tersebut. Akibatnya, tiroid tidak dapat memproduksi cukup hormon tiroksin. Kondisi hipotiroidisme yang disebabkan oleh serangan sistem kekebalan tubuh disebut Penyakit Hashimoto.
- Pengobatan tiroid sebelumnya.
Pengobatan kanker tiroid atau hipertiroidisme dapat menyebabkan efek samping hipotiroidisme.
- Kekurangan iodium
Tubuh memerlukan iodium untuk memproduksi hormon tiroksin. Bila tubuh mengalami kekurangan iodium, maka kelenjar tiroid dapat mengalami gangguan.
- Bawaan sejak lahir
Hipotiroidisme kongenital terjadi karena kelenjar tiroid belum berkembang sempurna di dalam kandungan. Namun kondisi ini cukup jarang terjadi.
- Masalah pada kelenjar pituitari
Kelenjar pituitari berfungsi mengendalikan kelenjar tiroid. Jika terjadi masalah pada kelenjar pituitari, maka hal ini dapat mengakibatkan hipotiroidisme.
- Obat-obatan
Beberapa obat- dapat menyebabkan kondisi hipotiroidisme. Misalnya litium (obat depresi), amiodaron (obat jantung), dan interferon (obat kanker dan hepatitis C).
Diagnosis
Dokter akan menentukan diagnosis hipotiroidisme dari gejala yang dikeluhkan penderita. Sayangnya, gejala hipotiroidisme sering kali mirip dengan banyak gangguan kesehatan lainnya.
Oleh karena itu, biasanya dokter akan melakukan pemeriksaan penunjang untuk memastikan diagnosis. Pemeriksaan lanjutan yang biasanya dilakukan adalah tes fungsi tiroid. Pemeriksaan darah tersebut akan mengukur kadar hormon tubuh, yaitu TSH (thyroid-stimulating hormone) dan T4. Kadar TSH yang tinggi dan T4 yang rendah menandakan terjadinya hipotiroidisme.
Gejala
Gejala hipotiroidisme tidak terlalu khas dan biasanya muncul secara perlahan. Oleh karena itu penderitanya kerap tidak sadar memiliki kondisi ini hingga bertahun-tahun berjalan.
Gejala yang bisa terjadi meliputi:
- mudah lelah
- kenaikan berat badan
- depresi
- sensitif terhadap cuaca dingin
- konstipasi
- pergerakan dan pikiran lambat
- nyeri dan kelemahan otot
- keram otot
- kulit yang kering dan bersisik
- rambut dan kuku yang rapuh
- kehilangan libio atau hasrat seksual
- nyeri, kesemutan atau mati rasa pada tangan dan jari tangan (sindrom carpal tunnel)
- menstruasi yang tidak teratur atau banyak
- gangguan pertumbuhan dan perkembangan (pada anak-anak)
- pubertas yang lebih cepat (pada remaja)
- gangguan memori (pada lansia)
Jika sudah berlangsung lama dan tidak diobati, kondisi hipotiroidisme dapat menampakkan gejala yang lebih parah. Beberapa di antaranya seperti:
- suara rendah dan serak
- wajah yang membengkak
- alis yang menipis atau sebagian hilang
- denyut jantung yang lambat
- menurunnya pendengaran
- anemia
Pengobatan
Penanganan terhadap hipotiroidisme adalah dengan penggunaan hormon pengganti, yaitu levotiroksin. Pada mereka yang menunjukkan gejala yang ringan atau tidak ada sama sekali, mungkin saja tidak memerlukan pengobatan.
Dosis hormon pengganti akan sangat bergantung pada masing-masing individu. Dosis bisa ditentukan dengan melakukan pemeriksaan darah rutin. Pada tahap awal akan diberikan dosis serendah mungkin dan akan ditingkatkan hingga tubuh memberi respons. Setelah dosis tepat diketahui, pemeriksaan rutin dapat menjadi setahun sekali.
Konsumsi levotiroksin dianjurkan pada jam yang sama setiap harinya. Perlu diperhatikan pula bahwa dosis obat harus tepat. Dosis yang berlebihan dapat menyebabkan efek samping seperti berkeringat, nyeri dada, sakit kepala, diare, dan muntah. Biasanya seseorang yang menjalani metode ini harus mengonsumsi obat pengganti hormon seumur hidup.
Pencegahan
Hampir mustahil untuk mencegah kondisi hipotiroidisme, terutama jika disebabkan oleh sistem kekebalan tubuh sendiri. Kondisi gangguan karena efek nutrisi masih dapat dicegah dengan mengonsumsi cukup makanan ber-iodium.
Berita Terbaru
Hotel Bintang 5 dengan Sentuhan Budaya Indonesia Akan Dibuka di Genting Highlands Malaysia
Cawe-Cawe Jokowi Di Pilkada, PDIP: Bukan Sikap Negarawan
Cek Fakta: Tidak Benar dalam Foto Ini PM Israel Benjamin Netanyahu Dilarikan ke Rumah Sakit
Baru Debut, Ruben Amorim Sudah Kasih Sinyal Depak 1 Pemain Manchester United
OJK Segera Terbitkan POJK Soal Lembaga Keuangan Mikro
Intip, Profil Paslon Pilgub Papua Barat Daya dan Riwayat Pendidikannya
Hadapi Brest di Liga Champions 2024/2025, Barcelona Siap Bangkit
Manfaat Apel untuk Menurunkan Kolesterol: Penelitian Ilmiah yang Mendukung Kesehatan Jantung
Salah Satu Rukun Pernikahan Rizky Febian dan Mahalini Dinilai Tak Terpenuhi, Bagaimana Status Mereka Sekarang?
Mantan Guru Sejarah Yamandu Orsi Menang Pilpres Uruguay
Cara Bikin Tahu Bulat: Panduan Lengkap Membuat Camilan Gurih dan Renyah
Musim Hujan di Indonesia Sampai Kapan? Prediksi dan Informasi Terkini