Marak Aksi Bullying, Pebisnis Ogah Pasang Iklan di Twitter

Pebisnis dan investor menjadi enggan mempromosikan produk komersil mereka via Twitter karena maraknya aksi bullying.

oleh Adhi Maulana diperbarui 23 Mei 2015, 11:09 WIB
Diterbitkan 23 Mei 2015, 11:09 WIB
Twitter
(ilustrasi)

Liputan6.com, Jakarta - Bullying (pelecehan) merupakan `kanker` yang sulit dihilangkan dari layanan Twitter. Bos besar Twitter, Dick Costolo, dalam pidatonya sudah menyadari dan menyatakan dengan tegas bahwa budaya yang sangat buruk tumbuh pesat di layanan jejaring sosial besutan perusahaannya.

Kondisi tersebut, kata Costolo, bahkan berdampak pada bisnis Twitter. Para pebisnis dan investor menjadi enggan mempromosikan produk komersil mereka via Twitter.

"Ini merupakan hambatan utama pertumbuhan bisnis perusahaan," kata Costolo sebagaimana dilansir laman Business Inside.

Aksi bullying di Twitter makin hari memang makin parah. Yang terkini, aksi bullying yang sangat mengkhawatirkan menimpa seorang tokoh feminis bernama Caitlin Roper. Akun Twitter-nya, menjadi sasaran bullying sejumlah pihak tak bertanggung jawab. Bahkan beberapa di antaranya ada yang sampai menyebar fitnah dengan membuat akun palsu @Caitlin_Roperr.

Roper menjadi sasaran bullying setelah ia dengan lantang menentang eksploitasi wanita dalam konten video game. Ia memprotes game populer Grand Theft Auto (GTA) yang selalu menampilkan konten kekerasan terhadap wanita. Bahkan Roper kini dikabarkan hampir berhasil membuat game kontroversial besutan Rockstar Games itu dilarang beredar di Australia.

Parahnya lagi, menurut gosip yang beredar di forum online 4Chan, aksi bullying terhadap Roper diatur oleh pihak-pihak yang merasa dirugikan bisnisnya bila GTA dilarang beredar di Australia.

Menanggapi permasalah tersebut, pihak Twitter sendiri menyatakan melalui laman resminya akan berusaha berinvestasi pada teknologi penyaringan konten negatif.

Kendati demikian, penyaringan konten negatif bukanlah hal mudah dan telah menjadi permasalahan pelik bagi para penyedia layanan jejaring sosial sejak lama.

(dhi/dew)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya