Liputan6.com, Jakarta - Menutup tahun 2015, Uber menyatakan sebuah pengumuman fantastis: Uber telah melayani lebih satu miliar tumpangan di seluruh dunia melalui aplikasinya sejak didirikan pada tahun 2009 lalu.
Jelas, satu miliar tumpangan merupakan angka yang besar. Tapi pada hari Senin (11/1/2016) kemarin, Didi Kuaidi yang merupakan salah satu rival terberat Uber di Tiongkok, mencatatkan jumlah tumpangan yang lebih besar: 1,43 miliar tumpangan hanya di tahun 2015.
Namun, ada yang harus diperhatikan di sini. Angka yang Didi Kuaidi catatkan berasal dari tujuh layanan angkutan yang berbeda, yang berjalan di seluruh Tiongkok, termasuk bus dan perusahaan jasa. Jadi perbandingan langsung antara angka Uber dan Didi Kuaidi ini sebetulnya sedikit tidak adil.
Kendati demikian, perusahaan Tiongkok yang diketahui mendapat dukungan dari raksasa teknologi Tencent dan Alibaba itu tetap menjadi ancaman nyata bagi Uber.
Baca Juga
Bulan Desember lalu, Didi Kuaidi bersama 3 perusahaan ride sharing lainnya, Ola di India, GrabTaxi di Singapura, dan Lyft di Amerika Serikat, menjalin kerja sama global. Kerja sama itu disebut-sebut melanjutkan kerja sama layanan ride sharing oleh Lyft dan Didi Kuaidi pada September lalu.
Melalui kolaborasi ini, mereka akan saling berkolaborasi dalam hal teknologi, pengetahuan tentang pasar lokal, dan sumber bisnis.Â
Tak hanya itu, Didi Kuaidi juga termasuk ke dalam daftar 20 perusahaan teknologi paling berharga di Asia dengan nilai valuasi sebesar US$ 16 miliar. Demikian seperti dikutip dari laman Wired, Selasa (12/1/2016).
(Why/Isk)