Nico Siahaan: Bekraf Dapat Anggaran Besar, Jadi Harus Optimal

Legislator Komisi X DPR RI Nico Siahaan menyoroti kiprah Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf).

oleh Muhammad Sufyan Abdurrahman diperbarui 27 Jul 2016, 12:20 WIB
Diterbitkan 27 Jul 2016, 12:20 WIB
Nico Siahaan, anggota Komisi X DPR RI, saat memberikan sambutan dalam Startup Word Cup 2017 di ITB, Selasa (26/7/2016). Liputan6.com/Muhammad Sufyan
Nico Siahaan, anggota Komisi X DPR RI, saat memberikan sambutan dalam Startup Word Cup 2017 di ITB, Selasa (26/7/2016). Liputan6.com/Muhammad Sufyan

Liputan6.com, Jakarta - Legislator Komisi X DPR Nico Siahaan menyoroti kiprah Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf). 

Menurut pria yang juga merupakan presenter kondang tersebut, zaman sudah banyak berubah, terutama digerakkan oleh ekonomi kreatif berbasis digital. Padahal, puluhan tahun silam saat dirinya masuk bangku kuliah di Unpad, polanya masih ekonomi konvensional.

"Dulu ekonomi itu, ayah saya menyuruhnya ke Akuntasi. Saat ini, ekonomi itu berbasis kreativitas dan digital, tak ada yang menyangka ekonomi kreatif bisa dimulai dari layanan 140 karakter," tutur Nico kepada Tekno Liputan6.com di Aula Sekolah Bisnis Manajemen (SBM) ITB, Selasa (26/7/2016) petang.

Komisi X memiliki mitra kerja antara lain Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Kementerian Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Bidang Pendidikan Tinggi), dan Bekraf. Menurut Nico, tumpuan perubahan ekonomi digital memang sudah sepantasnya diberikan kepada Bekraf.

Apalagi, kata dia, dalam anggaran berjalan, Bekraf mendapat dana hingga Rp1,2 triliun untuk pengembangan ekonomi kreatif yang memiliki 14 subsektor, dengan dua di antaranya adalah peranti lunak dan desain grafis.

"Perpustakaan Nasional yang sudah lama dan meluas saja anggarannya hanya Rp 500 miliar. Bekraf, dengan dana sebesar sekarang, harus lebih optimal berkontribusi kepada masyarakat Indonesia," ujar Nico yang terpilih dari Dapil Bandung ini.

Menurut Nico, Bekraf harus kian memperbanyak kegiatan semacam Startup Word Cup guna makin menemukan sejumlah potensi terpendam dari rintisan usaha (startup) berbasis teknologi informasi.

Sebab, kata dia, makin sering kegiatan semacam ini digelar, makin terlihat pula potensi yang ada. Kompetisi ini pun kian penting karena setelah banyak potensi peserta terlihat, mereka bisa diarahkan dan didukung semuanya, bukan sekadar pemenangnya.

"Kalau diumpamakan ajang pencarian bakat menyanyi, tak semua pemenang diterima pasar. Ada yang juara ketiga, atau hanya sampai penyisihan. Tapi orang kan jadi melek, jadi tahu banyak bakat terpendam. Jadi, kegiatan semacam talent search ini harus makin sering digeber Bekraf," tutur Nico.

Politisi PDI Perjuangan ini juga meminta Bekraf, dengan segala kewenangan dan fasilitas yang dimilikinya, untuk tancap gas dalam mempertemukan kepentingan usaha rintisan dengan para pemilik modal. 

(Msu/Why)

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya