Liputan6.com, Jakarta - Setelah berhasil meluncurkan satelit LAPAN A3, Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN) sedang mempersiapkan penerusnya, yakni LAPAN A4. Satelit ini akan hadir dengan kemampuan pengambilan gambar lebih baik dari pendahulunya.
Director of Satelite Technology Centre Abdul Rahman mengatakan LAPAN A4 rencananya dibekali multispectral imager kelas profesional untuk menghasilkan penginderaan jarak jauh berkualitas tinggi.
Menurut Abdul, fitur ini perlu diterapkan karena idealnya hasil penginderaan jarak jauh sudah harus memiliki kualitas lebih baik dari sebelumnya. Fitur ini yang membedakan antara LAPAN 3 dan dan LAPAN A4.
Ia mengungkap kemungkinan badan antariksa nasional itu kembali bekerja sama Universitas Indonesia pada proyek LAPAN A4.
Apabila sebelumnya LAPAN A3 bermitra dengan Institut Pertanian Bogor (IPB), penerusnya kali ini mungkin akan bekerja sama dengan Universitas Hasanuddin, Makassar.
"Di LAPAN A4, Universitas Hasanuddin juga ikut tertarik (bekerja sama) dengan membawa misi untuk kebutuhan maritim. Kami masih bincang-bincang soal itu, apalagi Indonesia memiliki potensi maritim yang besar," ujarnya.
Baca Juga
Satelit ini ditargetkan akan selesai dan siap meluncur pada 2019. Sebagai permulaan, LAPAN telah mengajukan filling satelit untuk A4. Filling ini kemungkinan tak terlalu sulit mengingat sudah ada filling untuk A3 sebelumnya.
Pria lulusan Universitas Indonesia ini menuturkan desain LAPAN A4 juga sudah selesai sepenuhnya menyusul peraturan dari Kementerian Komunikasi dan Informatika untuk menyertakan desain satelit sebelum mengajukan filling ke International Telecommunication Union (ITU).
"Desain sudah selesai 100 persen tinggal mendaftar. Namun perlu kepastian untuk menggunakan pencitraan resolusi rendah atau tinggi," tuturnya menjelaskan.
Disinggung mengenai kemungkinan peluncuran LAPAN A4 bersama India, ia mengungkapkan LAPAN mendapat tawaran dari Tiongkok untuk peluncuran selanjutnya. Hanya tawaran ini masih dipertimbangkan, mengingat India memiliki tingkat keberhasilan yang lebih baik.
Di sisi lain, meskipun satelit ini masih berupa eksperimen, tak jarang ada tuntutan untuk berhasil. Padahal, sebagai proyek eksperimen ada kemungkinan berhasil dan tidak.
Apabila memang ada kegagalan, sebenarnya hasil dari kegagalan itu dapat dijadikan kajian untuk pengujian selanjutnya. "Jadi tawaran Tiongkok ini masih kita kaji, belum teken kontrak," tuturnya mengakhiri pembicaraan.
(Dam/Cas)