Liputan6.com, Jakarta - Menteri Komunikasi dan Informatika, ‎Rudiantara ditantang untuk menutup atau memblokir sementara (blackout) situs Google di Indonesia. Namun, Rudiantara menilai hal itu hanya akan memperkeruh proses negosiasi atas kasus tunggakan pajak Google di Indonesia.
"Tidak lah, kita harus bicara, fokus bagaimana menyelesaikan masalah, bukan malah memperkeruh masalah. Mengurai masalah sehingga bisa setelmen," ungkap Rudiantara, ditemui Liputan6.com usai acara Indonesia PPP Day di Jakarta, Kamis (24/11/2016).
Ia meminta seluruh pihak agar tidak berdebat lebih lanjut mengenai kasus utang pajak Google. Rudiantara menegaskan bahwa perusahaan yang menjalani bisnis dan mendapatkan penghasilan di Indonesia‎ wajib membayar pajak.
Advertisement
Baca Juga
"Kita tidak usah berdebat, bikin kisruh malah. Semua orang yang berbisnis harus bayar pajak. Jadi kalau mereka berbisnis di Indonesia, mereka harus bayar pajak di Indonesia. Yang penting itu bagaimana dan berapa bayar pajaknya. Nanti otoritas fiskal yang tahu," jelasnya.
Sebelumnya, Direktorat Jenderal Pajak Kementerian Keuangan menantang keberanian Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemkominfo) untuk melakukan aksi penutupan sementara terhadap situs pencarian Google, menyusul tunggakan pajak raksasa internet asal Amerika Serikat (AS) itu sebesar Rp 5,5 triliun.
Kepala Kantor Wilayah Ditjen Pajak Jakarta Khusus, Muhammad Haniv mengatakan Kemkominfo merupakan otoritas yang memegang penuh terhadap akses internet di Indonesia. Menkominfo pun dapat melakukan pemblokiran sementara terhadap Google.
"Bukan tidak mungkin kalau Menkominfo berani mem-blackout Google, karena pemain Indonesia sudah banyak yang siap masuk," tegas Haniv.
Aksi blackout pernah dilakukan Tiongkok karena saat itu Google banyak memuat pemberitaan negatif terhadap Negeri Tirai Bambu tersebut.
Menurutnya, Google sebetulnya sangat membutuhkan Indonesia karena pasarnya menggiurkan. Dari total 240 juta penduduk Indonesia, pengguna internet tercatat mencapai 100 juta orang.
"Kita merupakan pasar yang luar biasa besar bagi Google. Tapi kita juga butuh Google, jadi sama-sama saling membutuhkan."
(Fiki Ariyanti/Cas)