Liputan6.com, Jakarta - Indonesia Timur terutama daerah perbatasan yang merupakan wilayah krusial, sangat memerlukan percepatan pembangunan jaringan akses pita lebar (broadband). Apalagi, saat ini banyak hal sudah serba sharing, sehingga pembangunan jaringan dan infrastruktur sangat mungkin untuk dilakukan bersama-sama melalui implementasi network sharing (berbagi jaringan).
"Masyarakat Indonesia berhak mendapat akses informasi berkualitas dan terjangkau. Oleh karena itu dibutuhkan regulasi yang tepat. Ini mendesak,” kata Sekretaris Jenderal Lisuma Indonesia, Al Akbar Rahmadillah dalam keterangannya kepada Tekno Liputan6.com, Jumat (16/12/2016).
Kemudian Woro Widyastuti, Tenaga Ahli Balai Penyedia dan Pengelola Pembiayaan Telekomunikasi dan Informatika (BP3TI), mengungkapkan, akses TIK di wilayah Indonesia bagian timur termasuk daerah perbatasan, terbilang masih belum memadai. Bahkan sejumlah kota besar di wilayah terluar Indonesia semisal Manado dan Jayapura, juga belum memiliki kecepatan internet yang baik.
Advertisement
“Di Indonesia Timur pertumbuhan internetnya masih lambat. Di Sulawesi ada infrastrukturnya, tinggal menambah kapasitas. Tapi di Papua sama sekali belum ada. Orang mau berhubungan via telepon itu mahal sekali. Padahal masyarakat di sini sangat membutuhkan TIK untuk belajar dan bekerja,” ujar Woro, dalam Seminar Nasional yang diselenggarakan di Universitas Sam Ratulangi, Manado.
Baca Juga
Ia juga menegaskan, pembangunan infrastruktur di wilayah terpencil tak perlu menunggu pertumbuhan masyarakat setempat. Pemerintah dan operator mesti berkolaborasi membangun infrastruktur. Salah satunya melalui implementasi network sharing.
“Memang di sana masyarakatnya belum banyak. Tapi kita juga tidak bisa menunggu karena masyarakat berkembang sangat cepat. Tempat-tempat wisata tiba-tiba muncul, jadi kita tidak mungkin membiarkan wilayah itu tanpa akses (jaringan telekomunikasi dan internet). Itulah mengapa kita harus menyiapkan infrastrukturnya lebih dulu,” tegas Woro.
Pada kesempatan yang sama, Kepala Bidang Keanggotaan dan Komunikasi Publik Masyarakat Telekomunikasi (Mastel), Teguh Prasetya, mengungkapkan permintaan jaringan pita lebar di Sulawesi dan Papua terbilang cukup tinggi. Saat ini ketersambungan internet ke rumah tangga di wilayah kedua pulau itu baru berkisar 6 sampai 7 persen.
Padahal, setiap peningkatan pita lebar 10 persen disebut akan mampu meningkatkan pendapatan per kapita 1,3 persen. Hal ini berarti bahwa pita lebar akan mampu mendorong perekonomian rakyat. “Mastel sangat mendorong keberadaan broadband agar segala informasi cepat didapat. Hal ini sudah terbukti peningkatannya dari 2014 ke 2016 bahwa peningkatan broadband mampu meningkatkan perekonomian rakyat,” ujar Teguh.
Teguh, berpijak pada hal tersebut, menekankan revisi Peraturan Pemerintah Nomor 52 Tahun 2000 tentang Penyelenggaraan Komunikasi dan Peraturan Pemerintah Nomor 53 Tahun 2000 tentang Spektrum Frekuensi Radio dan Orbit Satelit, perlu segera dirampungkan untuk menyelesaikan permasalahan akses internet di seluruh Indonesia. Saat ini pemenuhan jaringan backbone dinilai belum mampu mencapai ujung Indonesia, sehingga keberadaan pita lebar menjadi terbatas.
“Saat ini zaman serba sharing. Begitu juga dengan operator. Mereka bisa berbagi jaringan untuk memberikan layanan terbaik buat masyarakat, sehingga kita semua bisa merasakan manfaatnya. Kami juga mendirikan Koperasi Digital Indonesia Mandiri agar rakyat mampu memproduksi alat-alat digital secara bersama-sama,” tuturnya.
Selaras dengan apa yang disampaikan Teguh, Pengamat Kebijakan Publik, Agus Pambagio, mengutarakan, “Di dunia ini, operator di beberapa negara rata-rata sudah bekerja sama untuk menggunakan backbone bersama-sama. Saat ini adalah era berbagi. Semua harus bersatu, bersama-sama memberikan layanan komunikasi kepada masyarakat,” ujar Agus.
Pemerhati pariwisata Manado, dalam kesempatan terpisah, menilai pertumbuhan sektor wisata di Sulawesi Utara semestinya memang didukung jaringan telekomunikasi dan internet. "Internet sudah menjadi infrastruktur strategis di dunia wisata. Jadi diharapkan semua tempat wisata dijangkau jaringan internet," ujar Ketua Komunitas Pemerhati Pariwisata (Kompita) Manado Raymond Frans.
Ia mengatakan, jangan sampai internet sebagai sarana informasi menjadi penghalang bagi wisatawan untuk datang ke Sulawesi Utara. "Biasanya rata-rata pelancong baik domestik dan mancanegara suka mengambil gambar di tempat wisata dan ingin membagikannya di media sosial, tapi bagaimana kalau tidak ada jaringan internet, mungkin itu akan menjadi kesan buruk," jelasnya.
Meskipun wilayahnya telah dijangkau akses telekomunikasi dan internet, menurut Raymond, masih ada sejumlah keluhan antara lain jaringan internet bermasalah. "Jangankan di tempat wisata, di kota Manado pun, jaringan internet masih terputus-putus. Saya kira ini harus menjadi perhatian," pungkasnya.
(Why/Isk)