Liputan6.com, Jakarta - Jelang ulang tahun pertamanya, pemain e-Commerce yang menggaungkan bisnis online-to-offline (O2O) Alfacart mengumumkan wajah barunya, Alfacart versi 2.0. Perubahan itu dianggap sebagai strategi inovatif.
CEO Alfacart Catherine Sutjahyo mengatakan, pihaknya mengusung versi 2.0 setelah melihat perkembangan pesat melalui strategi O2O sekaligus mempertimbangkan kebutuhan masyarakat di Indonesia. Lebih lanjut, Catherine menyebut, konsep O2O jadi kunci sukses Alfacart sebagai pemain e-Commerce yang menjual barang kebutuhan sehari-hari.
Advertisement
Baca Juga
Konsep O2O ini memungkinkan pengguna berbelanja online, tetapi bisa membayar, mengambil, dan mengembalikan barang secara offline. Tak hanya itu, pengguna bisa membeli online di toko offline Alfamart.
Konsep ini dirasa bisa menjawab masalah yang dialami e-Commerce di Indonesia, yakni unbankable people dan mahalnya biaya logistik karena Indonesia merupakan negara kepulauan.Â
Pada versi terbaru ini, Alfacart tak hanya bermitra dengan Alfamart, tetapi mulai menggandeng warung, toko tradisional, dan jaringan ritel offline lainnya sebagai jaringan O2O.
"Berdasarkan pengalaman kami tahun lalu, 80 persen konsumen memilih membayar transaksi secara tunai di payment point kami. Sementara, 70 persen konsumen ingin adanya fleksibilitas dalam mengambil barangnya," tutur Catherine.
Chief Marketing Alfacart Haryo Suryo Putro menambahkan, versi baru Alfacart ini punya beberapa tujuan, yakni membantu membesarkan UKM Indonesia, serta bekerja sama dengan brand besar seperti Samsung, Unilever, Danone, dan lain-lain guna membangun ekosistem e-Commerce Indonesia.
Haryo mengatakan, saat ini masih Alfacart versi 2.0 dalam tahap penyelesaian. "Sekarang kami sudah memulai membangun infrastrukturnya," kata Haryo.
(Tin/Why)