Tren Startup Indonesia Didominasi Sektor Pertanian dan Kesehatan

Tren startup 2017 di Indonesia akan didominasi dari sektor pertanian dan kesehatan.

oleh Jeko I. R. diperbarui 08 Mei 2017, 17:30 WIB
Diterbitkan 08 Mei 2017, 17:30 WIB
Sayurbox
Metha Trisnawati, Founder Sayurbox. (Liputan6.com/Jeko Iqbal Reza)

Liputan6.com, Jakarta - Startup tak melulu bergerak di bidang teknologi. Umumnya, startup merambah kategori yang dianggap dapat berdampak bagi masyarakat luas.

Di 2016, industri startup di Indonesia diramaikan dari sektor e-Commerce dan fintech (financial technology). Lantas, apa tren tersebut akan berlanjut di 2017?

Seperti diungkapkan President Director Plug and Play Indonesia, Wesley Harjono, tren startup di Tanah Air akan tetap pada pakemnya, yakni e-Commerce, fintech, pemerintahan, dan transportasi. Namun, ada dua kategori baru yang akan mendominasi startup Indonesia.

"Tahun ini akan muncul health tech (kesehatan) dan agriculture tech (pertanian). Apalagi banyak sekali petani yang kekurangan dana karena sudah terbentur masalah supply chain yang berbelit-belit," kata Wesley kepada Tekno Liputan6.com di kantor Plug and Play, Jakarta, Senin (8/5/2017).

Apa yang disampaikan Wesley, terbukti dari terpilihnya salah satu startup Plug and Play angkatan pertama yang bergerak di bidang pertanian, Sayurbox. Pandangan tersebut pun diamini langsung oleh founder Sayurbox, Metha Trisnawati.

Menurutnya, sektor pertanian dan perkebunan di Indonesia butuh sokongan teknologi lewat startup. Dan tahun ini, dianggap menjadi momen penggebrak agar startup lain dengan misi serupa bisa bangkit.

Terkait anggapan tren startup e-Commerce akan pudar seiring berjalannya waktu, Wesley menampik hal tersebut. Menurutnya, e-Commerce memegang peran penting dalam menopang ekonomi digital di Indonesia. "UMKM kita jumlahnya sangat besar, jadi nggak mungkin menghilang," tandasnya.

Secuil Kisah Sayurbox

Sayurbox adalah startup penyedia platform yang menghubungkan antara produsen sayur (petani) dengan konsumen tanpa ada campur tangan distributor. Dengan platform ini, pembeli bisa membeli sayur langsung dari petani. Sayur yang diantar dijamin kesegarannya.

"Kami ingin menghilangkan cara 'disrupt' proses supply chain yang bertele-tele. Karena petani mengalami kesulitan, khususnya dari isu biaya ketika mereka sudah harus menjual produknya ke distributor," kata Metha.

Untuk saat ini, Sayurbox sudah menggandeng 22 petani (individual dan kelompok tani) di Jabodetabek dan beberapa wilayah di Jawa Barat, seperti Lembang, Sukabumi, dan Cipanas.

"Kami ingin terus ajak lebih banyak petani. Kami juga sudah memiliki sourcing team yang ingin mencari mereka (petani) yang ingin dibantu," lanjutnya.

Untuk saat ini, Sayurbox baru hanya memiliki platform via situs web. Cara pemesanannya juga mudah. Pembeli hanya perlu memilih jenis sayur yang ingin dipesan, lalu Sayurbox akan memberi tahu pihak petani sayur yang dipesan agar segera untuk dipanen.

"Sistemnya semacam pre-order. Setelah di panen akan di kirim ke hub Sayurbox. Kita sengaja melakukan ini agar para petani tidak sia-sia memanen. Sistem pengantaran kami juga on-time, ada empat hari seminggu: Senin, Rabu, Jumat, dan Sabtu. Minimal pemesanan dua hari sebelumnya," tutup Metha.

(Jek/Cas)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya