Ancam Manusia, PBB Bakal Larang Operasional Robot Bersenjata?

Robot diprediksi akan menggantikan pekerjaan manusia, mungkinkah PBB akan melarang opersional robot bersenjata?

oleh Agustin Setyo Wardani diperbarui 22 Nov 2017, 12:30 WIB
Diterbitkan 22 Nov 2017, 12:30 WIB
Robot Perang
Muncul kegalauan mengenai muncul robot berkecerdasan buatan yang dipersenjatai.

Liputan6.com, Jakarta - Pada masa yang akan datang, robot otonomos diprediksi mengambil alih beragam pekerjaan manusia. Kendati begitu, ada kekhawatiran di kalangan masyarakat internasional untuk mencegah robot memasuki medan perang.

Perwakilan dari berbagai negara yang tergabung dalam Persatuan Bangsa-Bangsa (PBB) baru-baru ini berdiskusi tentang penggunaan sistem senjata pada robot.

Mengutip laman Ubergizmo, Rabu (22/11/2017), sebanyak 22 negara --kebanyakan negara dengan anggaran militer kecil dan pengetahuan teknis rendah-- telah menyerukan larangan keras terhadap pengembangan robot bersenjata yang juga dikenal sebagai robot pembunuh.

Sebelum adanya konvensi PBB tersebut, banyak ahli robotika dan kecerdasan buatan mengirimkan surat ke pemimpin-pemimpin dunia. Kurang lebih isinya adalah ajakan kepada para pemimpin dunia untuk mendukung larangan robot bersenjata.

Para ahli robotika dan kecerdasan buatan khawatir, sebab perusahaan pertahanan swasta dan militer diketahui telah melakukan investasi besar-besaran dalam hal senjata otonom.

Sayangnya dalam pertemuan PBB tersebut, belum ada keputusan tentang pelarangan robot bersenjata. Anggota PBB hanya mengatur dasar pembicaraan mengenai robot bersenjata di masa depan.

Kendati demikian, dilaporkan sebagian besar negara yang mewakili konvensi tersebut setuju, perlu ada instrumen yang mengikat secara hukum tentang penggunaan teknologi robot bersenjata.

Sebagian besar negara juga telah setuju kontrol manusia sangat dibutuhkan terkait dengan sistem senjata otonomos.

Disarmament Ambassador India Amandeep Gill mengatakan, robot tidak akan mengambil alih dunia. "Manusia masih menjadi pemimpin. Saya rasa kita harus berhati-hati untuk tidak mendramatisasi masalah ini," katanya.

Sayangnya dia beranggapan, melarang adanya robot bersenjata barulah sebuah rencana jangka panjang. Dia mengatakan, negara-negara baru akan menghadapi masalah ini di tahun-tahun ke depan sehingga PBB masih butuh lebih banyak waktu untuk mengetahui bagaimana proses kerja robot bersenjata serta pengendaliannya.

Bagaimana Nasib Manusia Kalau ada Robot Bersenjata?

Penggunaan robot otonomos diprediksi akan semakin besar pada masa depan, termasuk ke industri senjata. Bahkan, tak sedikit negara dikabarkan sudah mulai mengembangkan robot bersenjata untuk keperluan keamanan.

Mengingat potensi tersebut, robot otonomos bersenjata pun masuk dalam pembahasan di konvesi untuk Certain Conventional Weapons beberapa waktu lalu. Salah satu pembahasan menyorot soal bahaya penggunaan robot bersenjata.

Saat konvesi itu, dalam salah satu presentasi diputar video singkat mengenai bahaya robot bersenjata apabila benar-benar digunakan sebagai senjata perang.

Ilustrasi: Robot

Dikutip dari CNET, Selasa (21/11/2017), video ini dirilis oleh Future of Life Institute--organisasi yang didirikan oleh Elon Musk dan Stephen Hawking. Video itu menunjukkan penggunaan drone bersenjata dapat berbahaya apabila jatuh ke tangan yang salah.

Ilustrasi dalam video itu juga menggambarkan robot berbekal senjata ini dapat dengan mudah membunuh manusia. Berbekal akurasi tinggi, robot-robot ini dapat beroperasi dengan sangat cepat.

Kendati demikian, profesor di UC Berkeley Stuart Rusell yang juga seorang ahli kecerdasan buatan menuturkan, video tersebut tak lebih dari sebuah ilustrasi. Akan tetapi, video tersebut merupakan hasil integrasi dari teknologi yang sudah dimiliki saat ini.

Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) sendiri telah setuju untuk membatasi penggunaan teknologi yang berpotensi menghancurkan. Terlebih, perkembangan teknologi saat ini dianggap selalu melampaui jangkauan hukum atau pemerintah.

(Tin/Ysl)

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya