Liputan6.com, California - Siapa yang tak jengkel jika tahu sang kekasih melakukan hal-hal yang tidak diinginkan di media sosial (medsos)?
Hal-hal yang dimaksud mungkin bisa saja seperti memberikan jempol "like" pada salah satu posting mantan atau bahkan berhubungan langsung dengan sang mantan di medsos.
Ternyata, aksi semacam ini juga dikategorikan sebagai selingkuh. Menurut Dr Martin Graff, psikolog University of South Wales, tindakan tersebut dijuluki dengan istilah "micro-cheating".
Advertisement
Mirisnya, micro-cheating juga sering dilakukan di dunia maya, bahkan hampir menyamai yang ada di dunia nyata.
Baca Juga
Dilansir Mirror, Rabu (17/1/2018), tak cuma like posting, aksi selingkuh micro-cheating lain juga termasuk berinteraksi dalam beberapa cara. Di antaranya seperti mengirim emoji merayu (memelet, cium, peluk) ke orang lain (tak cuma mantan) selain pasangan, serta menyimpan nomor telepon kekasih gelap dengan nama samaran.
Akan tetapi, aksi micro-cheating yang paling sering dilakukan oleh tukang selingkuh adalah like posting orang-orang yang mereka ikuti.
"Bisa like foto, video, atau juga mengomentari seseorang di medsos," kata Dr Graff.
Layaknya seperti aksi perselingkuhan di dunia nyata, micro-cheating juga dilakukan secara diam-diam tanpa sepengetahuan pasangan. Tak sedikit pasangan yang mengetahui aksi kucing-kucingan ini dan pada akhirnya terpaksa memutuskan sang kekasih.
Hubungan yang Kandas
Menurut sebuah penelitian, seseorang yang kerap menggunakan media sosial, sekitar 32 persen di antaranya lebih cenderung berpikir untuk meninggalkan pasangannya. Para peneliti dari Boston University menemukan korelasi antara penggunaan media sosial, masalah perkawinan, dan perceraian.
Peneliti menyimpulkan Facebook merupakan salah satu penyebab meningkatnya perceraian suami-istri. Penelitian yang dipimpin oleh James E. Katz di College of Communication ini membandingkan tingkat perceraian suami-istri di 43 negara.
Untuk mengetahui penetrasi Facebook, Katz bersama dua orang penulis menghitung jumlah akun Facebook dan dibagi dengan populasi di suatu negara.
Para peneliti menemukan bahwa peningkatan 20 persen pengguna Facebook di tiap negara dapat dikaitkan dengan pertumbuhan tingkat perceraian sebesar 2,18 persen.
Ketika penulis menghitung variabel status pekerjaan, usia, dan ras, korelasinya tetap konstan. Mereka menemukan bahwa korelasi bisa menjadi prediktor signifikan dari angka perceraian. Demikian seperti dikutip dari Daily Mail.
"Studi ini melihat data untuk memahami perilaku manusia yang dipengaruhi oleh teknologi komunikasi, khususnya teknologi yang berbasis mobile," kata Katz.
Advertisement
Hubungan Lebih Langgeng Tanpa Medsos
Para peneliti juga memeriksa data yang dikumpulkan pada 2011 oleh University of Texas di Austin, yang meminta 1.160 orang menikah di usia 18-39 tahun bercerita tentang keharmonisan rumah tangga mereka.
Orang yang tidak menggunakan media sosial, 11,4 persen di antaranya lebih merasa bahagia dengan pernikahannya dibandingkan dengan orang yang menggunakan medsos.
Sementara para pengguna medsos, 32 persen di antaranya cendurung tidak betah di rumah dan berpikir untuk meninggalkan pasangannya.
Meskipun beberapa studi sebelumnya menunjukkan bahwa Facebook dan situs media sosial lainnya membuat orang lebih sering berbohong, para peneliti menyimpulkan pria dan wanita yang mengalami masalah pernikahan, kerap memperoleh dukungan emosional dari medsos.
Pun demikian, banyak pasangan suami-istri yang menjadi korban akibat penggunaan Facebook. Lynn France, seorang ahli terapi okupasional dari Cleveland, Ohio terkejut ketika ia melihat foto suaminya, John, menikah dengan orang lain di Facebook.
(Jek/Isk)
Saksikan Video Pilihan Berikut Ini: