Liputan6.com, San Francisco - Twitter baru saja ditinggalkan petinggi divisi VR (Virtual Reality) dan AR (Augmented Reality) bernama Alessandro Sabatelli.
Padahal, Sabatelli baru saja bergabung dengan media sosial microblogging ini selama 18 bulan. Apa alasan ia meninggalkan Twitter?
Advertisement
Baca Juga
Dalam aku Twitter pribadinya, @s4l4x, Sabatelli tidak mengungkap alasan mengapa ia hengkang dari media sosial yang identik dengan burung biru tersebut. Ia cuma menyampaikan rasa bersyukur karena diberikan kesempatan dengan orang-orang terbaik di Twitter.
Sabatelli sendiri bergabung ke Twitter pada pertengahan 2016. Ia resmi bergabung di Twitter setelah meninggalkan startup VR yang ia dirikan. Pria ini juga sempat bekerja sebagai desainer produk di Apple.
"Ini adalah perjalanan yang menakjubkan, saya merasa beruntung bisa bekerja sama dengan orang-orang hebat. Terima kasih semuanya," kata Sabatelli seperti dilansir Tech Crunch, Rabu (7/2/2018).
After three and a half years I'm moving on from Twitter (actual elapsed time 18 months). It's been an incredible ride and I've had the great pleasure to work alongside some amazing people! Together we managed to ship product while having fun. Thanks everyone #👊 pic.twitter.com/i0v9P9clrK
— Alessandro Sabatelli (@s4l4x) February 6, 2018
Twitter sendiri memang bukan perusahaan yang gesit dalam mengembangkan teknologi VR maupun AR. Bahkan bisa dibilang, pengembangan teknologi canggih ini masih dalam tahap sangat awal.
Sementara, perusahaan pesaingnya seperti Apple, Facebook, Snap Inc, dan Google sudah lebih dulu mengerjakan VR selangkah di depan.
Karena itu, Twitter tak mau ketinggalan dengan menjajal peruntungannya di bisnis ini. Twitter pun dinilai lambat dalam merespons potensi kreasi konten AR seperti fitur selfie yang ada di Facebook dan Snapchat.
Implementasi Twitter di ranah VR cuma tampak di video Live 360 yang hadir via Periscope. Kini, teknologi itu pun tampaknya tak lagi dikembangkan lebih baik.
Twitter Berbenah, Pengguna Kini Bisa Berkicau 280 Karakter
Twitter sebelumnya menambah batasan karakter yang dapat ditulis pengguna di platformnya. Situs microblogging itu kini memungkinkan pengguna untuk menulis kicauan hingga 280 karakter.
Fitur ini sebenarnya sudah lebih dulu diuji coba pada September 2017. Ketika itu, Twitter baru menggulirkan kemampuan anyar ini pada beberapa pengguna saja.
Dikutip dari Tech Crunch, fitur ini akan meluncur secara bertahap untuk seluruh pengguna dan mendukung hampir seluruh bahasa, kecuali Jepang, Korea, dan Mandarin.
Alasannya, satu karakter dalam tiga bahasa tersebut dianggap sudah mencakup banyak informasi. Sementara, bahasa lain membutuhkan karakter lebih panjang untuk menyampaikan sesuatu hal.
Advertisement
Kebiasaan Pengguna
Keputusan untuk memperbarui kemampuan ini tak lepas dari kebiasaan para penguna. Menurut Twitter, banyak pengguna yang berkicau dalam bahasa seadanya karena batasan karakter yang ada di layanan tersebut.
"Penelitian kami menunjukkan kurangnya batas karakter membuat orang yang berkicau dalam bahasa seadanya," ujar Product Manager Twitter, Aliza Rosen beberapa waktu lalu.
Untuk itu, penambahan ini diharapkan dapat memudahkan pengguna untuk berkicau. CEO Twitter, Jack Dorsey juga menyuarakan rasa gembiranya terhadap penambahan batas kicauan di Twitter.
Menurutnya, perubahan kecil ini adalah langkah besar dan mengapresiasi timnya dalam menyelesaikan masalah di Twitter.
(Jek/Isk)
Â