Liputan6.com, Jakarta - Elon Musk, CEO Tesla dan SpaceX, dikenal sebagai sosok yang cukup berhati-hati dengan perkembangan kecerdasan buatan. Tak jarang, ia menyebut kecerdasan buatan dapat mengancam kehidupan manusia.
Karena itu, ia mendirikan dengan sebuah organisasi nirlaba bernama OpenAI. Organisasi yang diperkenalkan pada 2015 ini memang memiliki perhatian khusus terhadap kecerdasan buatan, terutama dari sisi perkembangan keamanannya.
Namun, kabar terbaru menyebut Musk telah mundur sebagai salah satu pengurus dari organisasi tersebut. Pengumuman ini dilakukan langsung oleh OpenAI beberapa waktu lalu.
Advertisement
"Karena Tesla semakin fokus ke kecerdasan buatan, tentunya hal ini akan menimbulkan konflik bagi Musk, sehingga ia mundur," tulis OpenAI seperti dikutip dari CNBC, Jumat (23/2/2018).
Baca Juga
Namun, pria tersebut masih aktif sebagai donator dan penasihat di OpenAI. Keputusan ini jelas mengejutkan. Sebab, Musk merupakan salah satu sosok yang sangat vokal menyuarakan kemungkinan ancaman kecerdasan buatan.Â
Pada November 2017, ia sempat mengatakan umat manusia memiliki kesempatan yang kecil untuk bisa "selamat" jika kecerdasan buatan menguasai dunia.
"Mungkin cuma ada 10 persen saja kesempatan manusia bisa menciptakan teknologi kecerdasan buatan yang aman," ujar Musk dalam wawancaranya bersama Rolling Stone.
Dalam rangka mengontrol teknologi tersebut, Musk mengungkap dirinya juga telah berinvestasi pada divisi Google DeepMind untuk mengontrol pengembangan kecerdasan buatan.
Ia juga telah bekerja sama dengan beberapa perusahaan teknologi besar lain, seperti Facebook dan Amazon, untuk memastikan mereka menciptakan teknologi kecerdasan buatan yang aman.
Harus Ada Regulasi untuk Kecerdasan Buatan
Menurut Musk, kecerdasan buatan adalah kasus langka, sehingga pihak berwajib harus proaktif membuat regulasi, bukannya reaktif. Jika reaktif terhadap kecerdasan buatan, ia menilai hal itu akan terlambat.
Miliarder muda tersebut juga mengatakan, regulasi terkait kecerdasan buatan harus dibuat sekarang karena sifatnya yang birokratis.
"Peraturan dibuat untuk selamanya. Kecerdasan buatan adalah risiko mendasar bagi keberadaan peradaban manusia," tuturnya.
Meski begitu, Musk bukannya anti kecerdasan buatan. Buktinya, miliarder di bidang teknologi itu menggunakan kecerdasan buatan di Tesla untuk membuat fitur kendali otonomos.
Advertisement
Kecerdasan Buatan Bisa Picu Perang Dunia ke-3
Bentuk kritik Musk terhadap kecerdasan buatan juga sempat terlontar saat menanggapi pernyataan Presiden Rusia Vladimir Putin. Putin mengungkap opininya terkait negara yang unggul dalam kecerdasan buatan berpotensi bisa menguasai dunia.
"Kecerdasan buatan menawarkan peluang besar, tetapi juga bisa mengancam. Menurut saya, negara yang sudah memimpin pengembangan ini bisa mendominasi dunia," ujar Putin.
Namun, Musk menilai, adanya negara-negara yang unggul dalam pengembangan kecerdasan buatan berisiko menciptakan kompetisi dan memicu perang besar.
Dalam cuitannya, pendiri perusahaan Tesla dan SpaceX tersebut memberikan contoh beberapa negara yang kini berfokus pada teknologi kecerdasan buatan. Di antaranya Tiongkok dan Rusia.
"Tiongkok, Rusia, nanti negara-negara ini bisa menciptakan kompetisi superior di taraf nasional dan bisa memicu perang dunia ke-3, itu menurut saya," tulisnya melalui akun @elonmusk.
Menurut Musk, program kecerdasan buatan yang dibesut masing-masing negara justru ditengarai menjadi penyebab terjadinya perang dunia. Ia mengibaratkan kekhawatirannya ini seperti yang ada di film Terminator.
"Mereka (kecerdasan buatan) bisa saja menyerang negara lawannya," lanjut Musk.
(Dam/Ysl)
Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:Â