Liputan6.com, Jakarta - Akuisisi bisnis Uber oleh Grab di Asia Tenggara menyisakan kebingungan bagi sejumlah driver. Sebagian pengemudi Uber secara spontan menghubungi Grab untuk bergabung ke platform Grab.
Grab pun mengeluarkan pernyataan resmi yang menyebut, platform teknologinya terbuka sehingga memungkinkan mitra pengemudi Uber terintegrasi di dalamnya.
Advertisement
Baca Juga
"Platform teknologi kami yang terbuka memungkinkan mitra pengemudi Uber dengan mudah terintegrasi ke dalam platform kami," kata Managing Director Grab Indonesia Ridzki Kramadibrata dalam keterangan Grab yang diterima Tekno Liputan6.com, Selasa (3/4/2018).
Integrasi platform ini, kata Ridzki, bakal memudahkan pengemudi Grab untuk bergabung dengan Grab. "Semua pengemudi Uber yang berada di luar Jakarta dan seluruh pengemudi UberX di Jakarta akan dengan mudah dapat mendaftar melalui Grab secara online, tanpa harus datang secara langsung ke Grab Driver Centre," katanya.
Grab saat ini tengah bekerja mengintegrasikan semua mitra pengemudi Uber di Indonesia. Grab juga menjamin aspek keamanan para pengemudi Uber yang bergabung dengan Grab.
"Proses migrasi mitra Uber ke platform Grab dilakukan berdasarkan standar operasional Grab dimana para calon mitra Grab harus memenuhi persyaratan," kata Ridzki.
Adapun persyaratan dan kelengkapan dokumen yang diperlukan untuk bergabung dengan Grab antara lain adalah SIM, SKCK yang berlaku, serta pemeriksaan kelaikan kendaraan dan tes keselamatan berkendara (safety riding) baik secara tertulis maupun praktik.
Bisa Tambah Pengangguran
Ketua Dewan Pakar Masyarakat Transportasi Indonesia, Danang Parikesit mengatakan, akuisisi Uber oleh Grab ini memang berdampak kepada para pengemudi Uber. Sebagai mitra, para pengemudi tidak memiliki pilihan lain untuk mengikuti aksi korporasi antara Grab dan Uber.
"Ini risiko di sisi mitra yang memang tidak bisa sepenuhnya diakomodasi operator," katanya.
Untuk itu, dia menilai Go-Jek sebagai pemilik aplikasi sejenis agar dapat turut berperan dalam menampung pengemudi Uber. Kepastian nasib pengemudi Uber ini sangat penting, terlepas dari persaingan sengit antara Go-Jek dan Grab.
Jika ada pengemudi Uber yang memilih bermitra dengan Go-Jek, lanjut Danang, seharusnya tidak menjadi masalah. Tinggal bagaimana kebijakan dari masing-masing operator. "Jadi apakah Go-Jek mau menyerap driver Uber atau tidak," ujarnya.
Hal senada juga diungkapkan oleh Darmaningtyas, Ketua Institut Studi Transportasi (Instran). Menurutnya, jika para pengemudi Uber tidak terserap seluruhnya, akan mengurangi suplai transportasi online di lapangan.
Padahal, demand akan transportasi online jumlahnya terus bertambah seiring dengan makin banyaknya masyarakat yang memilih transportasi online karena lebih praktis ketimbang menggunakan kendaraan pribadi. "Jadi jika tidak terserap akan mengurangi supply," katanya.
Advertisement
Grab Akuisisi Uber di Asia Tenggara
Seperti diketahui, Senin 26 Maret 2018, Grab resmi mengakuisisi bisnis Uber di Asia Tenggara.
Sejumlah negara di Asia Tenggara yang aset dan operasional Uber akan segera dialihkan ke Grab adalah Kamboja, Indonesia, Malaysia, Myanmar, Filipina, Singapura, Thailand dan Vietnam.
Sebagai bagian dari akusisi, Uber akan memiliki 27,5 persen saham di Grab dan Dara Khosrowshahi selaku CEO Uber akan bergabung dengan dewan direksi Grab.
Hengkangnya Uber dari wilayah Asia Tenggara menandakan layanan ride-sharing tersebut sudah menyerah tiga kali dalam bersaing dengan para kompetitornya.
Sebelum menjual layanan operasionalnya di Asia Tenggara ke Grab, Uber juga sempat melakukan hal serupa kepada kompetitornya di Didi Chuxing di Tiongkok dan Yandex di Rusia.
(Tin/Ysl)
Saksikan Video Pilihan Berikut Ini: