Liputan6.com, Jakarta - Beberapa bulan ini, Facebook tengah didera isu penyalahgunaan data pengguna. Tidak main-main, 87 juta pengguna di seluruh dunia jadi korban, termasuk pengguna Indonesia. Pemimpin dan perwakilan Facebook pun dipanggil oleh parlemen beberapa negara.
Sebagai salah satu tindak lanjutnya, perusahaan yang bermarkas di Menlo Park, California, Amerika Serikat ini bakal menghadirkan fitur yang memudahkan pengguna menghapus datanya.
Advertisement
Baca Juga
Bos Facebook Mark Zuckerberg mengumumkan hal tersebut dalam akunnya, tepat sehari sebelum pembukaan konferensi pengembang tahunan Facebook F8 di San Jose, Amerika Serikat.
Sebagaimana dikutip Tekno Liputan6.com dari Tech Crunch, Rabu (2/5/2018), fitur ini bakal segera dirilis.
Dengan fitur ini, pengguna lebih mudah melihat dan menghapus data-data mereka yang telah dikumpulkan oleh Facebook dari website dan aplikasi yang kemudian digunakan pada iklan dan perangkat analitiknya.
Pengguna, sebagaimana dilaporkan Tech Crunch, bisa menghilangkan sebagian dari riwayat penelusuran mereka dari penyimpanan data Facebook.
Zuck --panggilan Zuckerberg--mengibaratkan fitur ini untuk menghapus cookies dari riwayat browser penggunanya.
"Saat kita menghadirkan fitur ini, pengguna akan bisa melihat informasi mengenai aplikasi-aplikasi dan laman yang pernah terhubung dengan pengguna. Pengguna juga akan bisa menghapus informasi-informasi tersebut dari akun Facebook mereka," ujar Zuckerberg menjelaskan.
Janji Rilis Secepatnya
Tidak hanya itu, menurut suami Priscilla Chan ini, pengguna juga bisa menonaktifkan informasi-informasi yang disimpan oleh akun Facebook pengguna.
Facebook juga menjamin, saat seorang pengguna menghapus informasi mereka melalui fitur delete history ini, perusahaan bakal menghapus selalu data pengguna mereka dari history. Kendati begitu Facebook tetap menyediakan agregasi analitisnya bagi para pengembang.
Zuck juga menekankan dirinya berjanji untuk membuat beberapa perubahan tentang kontrol data pengguna. Perusahaan pun, kata Zuck, tengah mengerjakan privasi dan kontrol data yang lebih jelas untuk penggunanya.
Saat ini, fitur clear history masih dalam proses pengembangan, namun dia berjanji fitur ini akan segera digulirkan untuk pengguna Facebook di seluruh dunia.
Advertisement
Facebook Tak Bermoral?
Anggota Parlemen Inggris mencecar Chief Technology Officer, Mike Schroepfer, saat memberikan keterangan soal skandal penyalahgunaan data pengguna.
Ia dicecar dengan berbagai pertanyaan, termasuk memberikan penilaian terhadap Facebook sebagai perusahaan yang tidak punya moralitas.
Anggota parlemen dari Partai Konservatif, Julian Knight, mengatakan kepada Schroepfer bahwa reaksi Facebook terkait skandal Cambrige Analytica, memperlihatkan pola perilaku, termasuk mengintimidasi jurnalis, mengancam institusi akademis dan berpotensi menghambat investigasi oleh otoritas hukum.
Julian juga menilai Facebook berusaha menghindari tanggungjawab atas dampak yang ditimbulkan masalah tersebut terhadap masyarakat.
"Saya menyampaikan kepada Anda hari ini, Facebook adalah zona tanpa moralitas yang merusak hak dasar privasi. Kalian bukan pihak tidak bersalah, yang disalahkan oleh orang-orang seperti Cambridge Analytica. Kalian adalah masalah. Perusahaan kalian adalah masalahnya," ungkap Julian, seperti dikutip dari The Guardian.
Schroepfer dalam tanggapannya, menyatakan tidak setuju dengan penilaian itu. "Anda ingin kami bertanggung jawab, yang telah kami lakukan dalam beberapa kesempatan," tuturnya.
(Tin/Ysl)
Saksikan Video Pilihan Berikut Ini: