Liputan6.com, Jakarta - Menjamurnya penggunaan, terkadang membuat anak-anak kerap kecanduan gim online dan biasanya berlangsung terus menerus. Oleh sebab itu, Indobot sebagai perusahaan lokal Indonesia berupaya untuk mengatasi persoalan tersebut.
Adapun cara yang dipilih oleh Indobot adalah melatih kegiatan motorik anak-anak dengan permainan fisik lewat robot. Indobot percaya cara ini dapat membuat anak-anak memiliki ketertarikan dalam dunia teknologi, khususnya robotika.
"Permainan fisik sejenis robot dapat menjadi solusi dari kecanduan gim online pada anak-anak, sekaligus melatih motorik mereka," tutur pendiri Indobot Oby Zamisyak dalam keterangan resmi yang diterima, Jumat (3/8/2018).
Advertisement
Baca Juga
Dengan berbekal pengetahuan robotika sejak dini, Indobot berharap anak-anak dapat memiliki ketertarikan dunia teknologi khususnya robotika, sehingga harapannya di masa depan dapat mengembangkan teknologi untuk kemajuan bangsa.
Dalam menciptakan robot edukasi, tim Indobot melakukan berbagai macam riset dan mengikutkan produknya dalam berbagai lomba. Salah satunya adalah Tech Plan Demo Day yang diadakan pada bulan lalu.
Lomba ini mendapat dukungan dari berbagai macam pelaku teknologi dunia, seperti Japan Tobacco Award, Mitsui Chemical Award, Surprises Leave a Nest Award, serta Grand Winner Award.
Dalam kompetisi ini, Indobot berhasil menyingkirkan 31 finalis dari berbagai macam teknologi dan mendapatkan juar 1 Grand Winner Awards sebagai perwakilan Indonesia di tingkat Asia-Pasifik.
Adapun produk andalan Indobot dalam kompetisi tersebut adalah Basic Line Follower Robot. Kemampuan robot tersebut berhasil menarik perhatian para juri dan delegasi dari banyak perusahaan Jepang.
Menyusul kesuksesan tersebut, Indobot juga mendapatkan kesempatan mempresentasikan inovasinya di ajang Tech Planter di Singapura. "Impian kami membumikan teknologi yang diciptakan para pemuda Indonesia dan membuktikan bahwa kita bisa," tutur Oby.
Keren, Restoran Ini Pakai Robot untuk Masak Burger
Robot sendiri saat ini kerap dimanfaatkan untuk beragam keperluan. Salah satunya adalah restoran bernama Creator di San Fransisco memberikan pengalaman robotik bagi pecinta hamburger.
Bermodal enam dolar saja atau setara Rp 84 ribu pada kurs saat ini, pengunjung restoran dapat menikmati menu hamburger yang pembuatannya memakai mesin robot.
Tentunya, robot tidak selalu seperti manusia, melainkan dalam bentuk mesin yang dibuat melalui proses yang cukup lama, yaitu 8 tahun. Mesin itu memiliki panjang 14 meter dan terdiri dari 7 ribu komponen.
Proses pembuatan burgernya adalah dengan memasukkan bahan seperti roti burger, tomat, dan aneka saus, ke dalam saluran-saluran yang tersedia.
Pelanggan pun bisa meracik sendiri hamburger lewat aplikasi. Mesin robot dari Creator bisa membuat 120 hamburger per jam.
Ternyata, salah satu pendiri Creator adalah lulusan fisika dari Universitas California (UC) Santa Barbara. Pria bernama Alex Vardakostas itu berhasil didukung Google Ventures dan para investor lain.
Bila ingin berkunjung, restoran robot ini akan resmi beroperasi pada 27 mendatang di San Fransisco dan berlokasi Folsom Street.
Advertisement
Kafe di Singapura Juga Pakai Robot
Tidak hanya di San Fransisco, ternyata di negara tetangga Singapura sudah ada restoran yang memakai inovasi robot.
Pada salah satu foodcourt di Singapura ini tidak ada tenaga pembersih, karena tugas ini sudah tergantikan dengan teknologi robot. Robot akan secara otomatis berhenti di depan pelanggan dan memberikan baki berisi makanan.
Kamera dipasang untuk membuat proses robot berjalan menjadi mulus. Setelah kompatermen pada robot pelayan penuh, robot-robot ini akan menuju ke titik pembersihan, di tempat itu para pembersih akan mengosongkan baki.Â
Inisiatif menggunakan robot ini dimulai pada 2016 di Koufu di Punggol Plaza, dan telah menunjukkan robot mendorong penduduk setempat untuk mengembalikan nampan mereka.
Selain itu, robot penyedot debu juga diperkenalkan untuk membantu menjaga kebersihan.
Dengan semakin banyak proses harian yang diotomatisasi, mudah diasumsikan suatu hari, teknologi akan mengesampingkan manusia.
Di pusat-pusat jajanan di Singapura, tampaknya itu mungkin, tetapi akan membutuhkan lebih banyak waktu dan insentif bagi penduduk setempat untuk secara perlahan mengubah kebiasaan mereka.Â
(Dam/Ysl)
Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:Â