Liputan6.com, Jakarta - WhatsApp mengklaim bahwa layanannya paling aman dan personal. Namun baru-baru ini, sistem enkripsinya ditantang oleh peretasan canggih.
Panggilan tak terjawab (missed call) di WhatsApp yang diduga menggunakan perangkat lunak dari NSO--sebuah perusahaan penyedia solusi keamanan untuk pemerintah--bisa saja membuat smartphone kamu terkena spyware yang akan mengumpulkan informasi, seperti pesan pribadi dan data lokasi kamu.
Advertisement
Baca Juga
Komisi Perlindungan Data Irlandia menyebut kerentanan keamanan ini tentu merupakan masalah yang sangat serius.
Masalah ini pun memerlukan penyelidikan lebih lanjut untuk menentukan apakah 1,5 miliar pengguna WhatsApp terkena dampak atau tidak. Demikian seperti dikutip dari Business Insider, Rabu (15/5/2019).
Padahal, Facebook telah mengetahui peretasan WhatsApp sejak awal Mei 2019. Meskipun mereka berusaha untuk memperbaiki kerentanan, sebelum mengumumkannya secara luas, perusahaan yang didirikan oleh Mark Zuckerberg itu tampaknya tidak siap untuk mengumumkannya kepada publik.
Informasi soal peretasan ini disebarluaskan Financial Times, beberapa hari setelah Facebook mulai meluncurkan perbaikan untuk masalah ini kepada pengguna iPhone, Android, dan Windows. Namun, pembaruan WhatsApp tersebut tidak menyinggung soal keamanan.
Â
Saksikan Video Pilihan Berikut Ini
Harus Lebih Transparan
Setelah itu, Facebook mengakui insiden itu dan mendesak pengguna untuk memperbarui WhatsApp. Ada juga pesan keamanan di Facebook.
Jika kamu belum melihat berita itu, kamu mungkin tidak akan mengetahui pengumuman dari Facebook, dan secara teoritis masih rentan terhadap serangan dari aktor-aktor jahat yang berencana menghancurkan dan mengambil data kamu.
Terkait hal ini perusahaan didesak untuk lebih transparan kepada pengguna.
"WhatsApp harus lebih transparan. Kami belum melihat pemberitahuan pada aplikasi itu tentang bug dan perbaikannya," kata juru bicara Privacy International kepada Business Insider.
Â
Advertisement
Belum Belajar dari Kesalahan
Masalah ini mengingatkan sejumlah kalangan terhadap pelanggaran data Cambridge Analytica pada tahun lalu, ketika CEO Facebook Mark Zuckerberg tidak memperlihatkan batang hidungnya selama lima hari.
Dalam permintaan maafnya, ia terlihat mengulangi kata-kata tentang keterbukaan dan transparansi. Namun, tidak menyinggung langkah serius yang akan dilakukan perusahaan.
Pilihan untuk tidak mengatakan sepatah kata pun kepada pengguna tentang peretasan serius lebih dari 12 jam, setelah masuk ke domain publik, menunjukkan bahwa Facebook masih belum sepenuhnya belajar dari kesalahan masa lalu.
Dan yang lebih buruk, masalah ini menyerang jantung perusahaan. WhatsApp adalah inti dari strateginya untuk menjadikan Facebook tempat yang lebih pribadi dengan membangun enkripsi end-to-end.
Peretasan terhadap WhatsApp menunjukkan data kamu masih rentan di tangan Facebook. Perusahaan bahkan masih enggan berterus terang ketika hal-hal buruk terjadi pada data pengguna.
(Isk/Ysl)