Liputan6.com, Jakarta - Aplikasi tersembunyi kini menjadi metode favorit bagi hacker untuk menyebarkan malware di smartphone Android.
Informasi dari perusahaan keamanan siber McAfee, terdapat peningkatan jumlah serangan dengan metode ini, sepanjang 2019.
Advertisement
Baca Juga
Mengutip laman Softpedia, Senin (9/3/2020), aplikasi mobile tersembunyi menyumbang hampir 50 persen dari ancaman berbahaya di 2019. Penggunaan metode ini untuk menebar malware tumbuh 30 persen dibandingkan tahun sebelumnya.
McAfee menjelaskan, penjahat siber kerap menyasar fitur accessibility di Android untuk tujuan jahatnya. Misalnya untuk membuat akun dan mengunggah review menggunakan identitas kredensial milik si korban.
Metode ini digunakan oleh malware bernama LifeAccess atau Shopper. Malware ini biasanya didistribusikan melalui media sosial atau aplikasi obrolan gamer.
Saksikan Video Pilihan Berikut Ini
Double Check Sebelum Download Aplikasi
McAfee menyebut, penggunaan aplikasi obrolan gamer tumbuh cukup pesan. Hal ini dimanfaatkan oleh penjahat siber untuk mencari korban.
"Hacker mengambil keuntungan dari popularitas game, dengan mendistribusikan aplikasi jahat melalui link di aplikasi chat populer di kalangan gamers," kata pihak McAfee.
Aplikasi-aplikasi jahat ini berlindung di balik ikon yang mirip dengan aplikasi asli, namun malah mengumpulkan data milik pengguna.
Advertisement
Menyamar Jadi FaceApp, Spotify, Sampai Call of Duty
"Peneliti di McAfee menemukan bahwa aplikasi populer seperti FaceApp, Spotify, Call of Duty semuanya punya versi palsu yang mencoba menipu penggunanya, terutama pengguna muda," tutur pihak MacAfee.
Untuk itu, salah satu cara termudah agar tetap aman dari aplikasi tersembunyi adalah, pengguna memastikan mengunduh aplikasi dari sumber terpercaya. Pengguna juga disarankan untuk melakukan pengecekan mendetail sebelum menginstal aplikasi di perangkatnya.
Misalnya, kamu bisa membaca review dari pengguna lain di Google Play Store sebelum mengunduh sebuah aplikasi.
(Tin/Isk)