BSA Rilis Panduan Atasi Kejahatan Siber di Tengah Pandemi Covid-19

Software Alliance (BSA) meluncurkan e-book pencegahan terhadap kejahatan siber untuk membantu bisnis di kawasan Asia Tenggara di tengah pandemi Covid-19.

oleh Andina Librianty diperbarui 07 Mei 2020, 18:10 WIB
Diterbitkan 05 Mei 2020, 13:01 WIB
Hacker
Ilustrasi Hacker (iStockPhoto)

Liputan6.com, Jakarta - Software Alliance (BSA) meluncurkan e-book pencegahan terhadap kejahatan siber untuk membantu bisnis di kawasan Asia Tenggara di tengah pandemi Covid-19.

Kehadiran e-book bertujuan agar para pelaku bisnis memahami risiko serangan siber, dan langkah mengatasinya dengan tepat selama masa pandemi.

Para penjahat siber tak pernah berhenti melakukan serangannya. Mereka pun memanfaatkan pandemi Covid-19 dan penerapan Work Frome Home (WFH) untuk menyerang korbannya.

Trik yang digunakan pun beragam, termasuk phishing, aplikasi-aplikasi palsu, dan penyebaran virus berbahaya untuk perangkat.

Melihat adanya risiko tersebut, BSA pun merilis e-book berisi berbagai informasi agar perusahaan-perusaaan dapat terhindar dari ancaman siber tersebut. E-book tersebut bertajuk "Covid-19 and Cyber Threats in Southeast Asia."

"BSA berusaha membuat langkah preventif dalam bentuk e-book, yang isinya menginformasikan bagaimana cara mencegah perusahaan-perusahaan dari ancaman siber," jelas Direktur Divisi Anti-Pembajakan Asia - Pasifik dari BSA, Tarun Sawney, dalam online media briefing pada Selasa (5/5/2020).

E-book ini bisa diakses di laman cyberfraudpreventions-bsa.com, dan diunduh secara gratis.

Informasi yang ada di dalamnya tersedia dalam tiga bahasa yaitu Bahasa Indonesia, Inggris, dan Vietnam. Kendati dirilis dalam masa pandemi Covid-19, tapi e-book ini tetap dapat digunakan sebgai panduan keamanan siber dalam kondisi apa pun.

Di dalam e-book tersebut antara lain berisi berbagai fakta dan statistik kejahatan siber selama pandemi Covid-19, rekomendasi keamanan untuk para pelaku bisnis di kawasan Asia Tenggara, serta studi kasus dan testimoni dari para pakar di Asia Tenggara.

Respons Pemerintah

Hacker
Ilustrasi Hacker (iStockPhoto)

Staf Ahli Menteri Komunikasi dan Informatika, Henri Subiakto, menyambut baik kehadiran e-book ini.

Ia mengatakan, kejahatan siber meningkat seiring dengan aktivitas online yang semakin tinggi, dan ini tidak lepas dari pandemi Covid-19 yang menciptakan budaya baru yaitu bekerja dari rumah. Oleh sebab itu, perusahaan dan masyarakat harus memastikan mereka membutuhkan keamanan siber.

Selain itu, Henri menilai usai pandemi Covid-19 juga akan semakin banyak kegiatan dilakukan secara online. "Orang-orang harus melakukan aktivitas digital yang aman. Saya sangat mendukung kampanye keamanan digital secara aman ini. Kampanye menyadarkan masyarakat ini menjadi hal penting," tuturnya.

(Din/Ysl)

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya