Liputan6.com, Jakarta - Beberapa waktu orang-orang yang percaya teori konspirasi menuding jaringan 5G merupakan penyebab tersebarnya virus corona baru dan penyakit Covid-19.
Di luar negeri seperti Belanda, bahkan banyak orang yang ikut membakar menara BTS 5G karena percaya teori konspirasi ini.
Advertisement
Baca Juga
VP Technology Relations & Relations & Special Project Smartfren Munir Syahda Prabowo menyebut, rumor atau isu terkait dengan 5G sudah cukup banyak beredar, bahkan jauh sebelum adanya Covid-19.
Salah satu rumornya adalah, jika ada segerombolan burung yang lewat di frekuensi 5G, burung-burung tersebut akan berjatuhan dari udara.
Munir pun memberikan penjelasan dari segi teknis. Menurut dia, pada prinsipnya, untuk sampai ke pengguna, frekuensi bisa menggunakan beberapa band (pita frekuensi).
Gelombang Frekuensi Berpengaruh ke Lingkungan?
Ia pun menjelaskan, saat ini pilihannya ada frekuensi yang sangat tinggi, yakni 26Ghz, 28Ghz, dan 3,5GHz atau bisa juga menggunakan band rendah. Di Indonesia, pita frekuensi rendah digunakan untuk menggelar layanan 3G dan 4G.
"Secara umum, itu dari sisi ilmu frekuensi. Makin tinggi frekuensi, dampaknya seperti gelombang mikro, di mana frekuensi tinggi berpengaruh ke lingkungan. Namun itu juga bisa dibatasi. Artinya, kalau semuanya terukur tidak ada masalah," kata Munir saat memberikan penjelasan.
Munir mengatakan, sejauh ini pita frekuensi sudah digunakan untuk jaringan radio dan semuanya tidak ada masalah karena sifatnya yang terukur dan dapat dikendalikan.
"Untuk teknologi 5G, saya pribadi masih ragu apa hubungannya dengan Covid-19," tuturnya.
Advertisement
Smartfren Tunda Trial Kedua 5G
Dalam kesempatan yang sama, Munir juga memberikan penjelasan mengenai rencana Smartfren untuk menguji coba penerapan 5G untuk penggunaan konsumen individual yang harus ditunda karena Covid-19.
"Kalau ditanya 5G terdampak Covid-19, tentu iya karena 5G di dunia masih dalam perkembangan belum mature 100 persen. Smartfren rencananya mau lakukan trial kedua untuk layanan pelanggan," tutur Munir.
Namun, karena Covid-19, uji coba 5G untuk melayani konsumen individu pun harus ditunda.
"Harusnya April ini bisa trial, tetapi karena Covid akhirnya tertunda, sampai kapannya belum tahu karena (sejumlah alat) harus impor dari luar negeri. Jadi harus menunggu hingga Covid mereda," katanya.
Munir mengatakan, tidak mungkin bisa memasukkan alat yang dari luar negeri ke Indonesia pada saat seperti sekarang.
Smartfren sendiri sudah pernah menguji coba 5G pada 2019.
"Pertama ujicobanya untuk mendukung industri di salah satu pabriknya Sinarmas yang bergerak di bidang minyak goreng," katanya.
(Tin/Isk)