PANDI Gelar Kompetisi Situs Web dengan Konten Aksara Lontara

PANDI baru saja memperluas rangkaian perlombaan situs web dengan konten aksara daerah, yang kini hadir untuk aksara Lontara.

oleh Agustinus Mario Damar diperbarui 07 Des 2020, 14:30 WIB
Diterbitkan 07 Des 2020, 14:30 WIB
PANDI menandatangani nota kesepahaman (memorandum of understanding/MoU) dengan Yayasan Aksara Lontaraq Nusantara. Dok: PANDI
PANDI menandatangani nota kesepahaman (memorandum of understanding/MoU) dengan Yayasan Aksara Lontaraq Nusantara. Dok: PANDI

Liputan6.com, Jakarta - Pengelola Nama Domain Internet Indonesia (PANDI) baru saja mengumumkan telah memperluas rangkaian perlombaan situs web dengan konten aksara daerah. Kali ini, giliran Yayasan Aksara Lontaraq Nusantara (YALN) yang membuat lomba dengan situs web dengan konten aksara Lontara.

Menurut Ketua Dewan Pembina Yayasan Aksara Lontaraq Nusantara, Nurhayanti Rahman, lomba pembuatan situs web berkonten aksara lontara ini menjadi momentum penting dalam menyelamatkan warisan bangsa dari kepunahan.

"Ikut dan berpartisipasi dalam lomba situs web ini berarti ikut menyelamatkan warisan literasi kita," tutur Nurhayanti dalam keterangan resmi yang diterima, Senin (7/12/2020).

Dewan Pembina YALN Nirwan Ahmad Arsuka mengatakan lomba ini merupakan momen penting untuk membuka portal yang menghubungkan masa kini dengan masa silam Nusantara, terutama masyarakat pemakai aksara Lontara.

Terlebih, masyarakat pemakai aksara Lontara terbukti mampu menghasilkan karya akan khazanah, seperti epik La Galigo yang merupakan wiracerita terpanjang di dunia.

"Kegiatan ini juga menghubungkan masa silam dan masa kini dengan masa depan yang penuh kemungkinan kreatif, di mana masyarakat yang punya akar sejarah, budaya dan literasi yang kuat akan punya peluang yang lebih besar untuk aktif membentuk kenyataan masa depan tersebut," tutur Nirwan.

Senada dengan Nirwan, Wakil Dewan Pembina YALN, Andi Alifian Mallarangeng mengatakan program yang diusung PANDI ini bisa menggairahkan kembali dan membuktikan pada dunia bahwa aksara nusantara maupun budaya pendukungnya tetap hidup hingga sekarang.

"Dengan adanya situs web yang berbasis aksara Lontaraq, ini merupakan kesempatan, mari kita ikuti lomba membuat situs web berbasis aksara Lontara. Kita tunjukan bahwa di dunia digital, Lontara tetap eksis," tutur Andi.

Untuk itu, Ketua PANDI Yudho Giri Sucahyo menuturkan saat ini merupakan kesempatan bagi masyarakat Sulawesi pada umumnya untuk bisa melestarikan aksara daerahnya. Karenanya, dia berharap lomba ini bisa mendapatkan antusiasme tinggi dari masyarakat.

"Semoga banyak peserta yang ikut berpartisipasi dalam lomba tersebut, sehingga dari konten website yang masuk bisa menjadi bukti bahwa aksara Lontara masih banyak penuturnya," tutur Yudho. Adapun informasi soal kompetisi ini dapat diketahui lewat laman resmi PANDI.

PANDI Siap Mendigitalkan Aksara Lontara

Batik Lontara Bugis-Makassar
Batik bukan monopoli Pulau Jawa. Buktinya di Makassar, Sulawesi Selatan, ada batik aksara lontara, aksara tradisional masyarakat Suku Bugis-Makassar. (Liputan6.com/ Ahmad Yusran)

Sebelumnya, Pengelola Nama Domain Internet Indonesia (PANDI) baru saja menandatangani nota kesepahaman (memorandum of understanding/MoU) dengan Yayasan Aksara Lontaraq Nusantara.

Tujuan kerja sama ini adalah untuk mendigitalkan aksara Lontara. Ketua PANDI, Yudho Giri Sucahyo, mengatakan penandatanganan MoU tersebut merupakan kelanjutan dari program 'Merajut Nusantara Melalui Digitalisasi Aksara'.

"Kegiatan ini diharapkan bisa memperkenalkan kembali dan melestarikan bagian dari budaya asli Indonesia. Kami sangat senang untuk bisa bekerjasama dengan Yayasan Aksara Lontaraq Nusantara dalam rangka melanjutkan pelestarian aksara daerah," ujar Yudho dalam keterangan resminya, Senin (9/11/2020).

Sementara Andi Alifian Mallarangeng, Wakil Dewan Pembina Yayasan Aksara Lontaraq Nusantara, mengungkapkan lontara sebenarnya merupakan aksara nusantara pertama yang terdaftar di Unicode.

"Kami upayakan bersama sekitar tahun 90an silam, hanya saja belum diresmikan penggunaannya secara luas. Dari MoU yang terjalin dengan PANDI saat ini, saya sangat bersemangat untuk kembali bersama-sama melestarikan aksara Lontara," tutur Mantan Menteri Pemuda dan Olahraga tersebut.

Aksara Daerah Tetap Lestari

Hal senada juga diungkapkan Prof. Nurhayati Rahman, Ketua Dewan Pembina Yayasan Aksara Lontaraq Nusantara, yang juga merupakan filolog aksara Lontara.

Ia menuturkan bahwa digitalisasi aksara yang diupayakan PANDI merupakan satu hal yang dicita-citakannya sejak dulu, dan berharap bisa tetap lestari.

"Ini adalah mimpi sejak lama, huruf Lontara nantinya bisa diketik dan dilihat langsung di perangkat elektronik (laptop, smartphone). Namun dalam perkembangannya harus tetap menggunakan huruf aslinya, karena akan mengubah sejarah dari huruf Lontara itu sendiri,” ujar Nurhayati yang juga merupakan Guru Besar FIB Universitas Hasanudin Makassar.

Di sisi lain, Andi Sitti Aisyah, Ketua Yayasan Aksara Lontaraq Nusantara, mengatakan bahwa kerjasama kali ini sangat penting demi keberlangsungan aksara Lontara dimasa mendatang.

"Ini (kerjasama) bisa menjadi self defense atau pertahanan diri sebagai anak bangsa, untuk menghadapi gempuran budaya dari luar," ujarnya.

Aksara Lontara juga dikenal sebagai aksara Bugis, aksara Bugis-Makassar, atau aksara Lontara Baru. Aksara tersebut biasanya digunakan sebagai sarana mengekspresikan bahasa Bugis dan bahasa Makassar dalam bentuk tulisan, juga merupakan salah satu aksara tradisional Indonesia yang berkembang di Sulawesi Selatan.

Kerjasama antara PANDI dan Yayasan Aksara Lontaraq Nusantara fokus pada pelestarian aksara yang diimplementasikan ke dalam bentuk kompetisi pembuatan website berkonten aksara Lontara yang akan diselenggarakan akhir 2020. 

(Dam/Why)

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya