Gandeng XL Axiata, Facebook Akan Bangun Kabel Internet Bawah Laut dari AS ke Indonesia

Dinamakan Echo dan Bifrost, proyek Facebook ini akan menjadi dua kabel internet bawah laut pertama yang melewati rute baru melintasi Laut Jawa, Indonesia.

oleh Iskandar diperbarui 30 Mar 2021, 12:13 WIB
Diterbitkan 30 Mar 2021, 12:13 WIB
Mark Zuckerberg
Mark Zuckerberg, Founder sekaligus CEO Facebook, banyak disalahkan sebagian pihak karena membiarkan penggunanya membagikan tautan berita hoax di Facebook. (Doc: Wired)

Liputan6.com, Jakarta - Facebook berencana membangun dua proyek kabel internet bawah laut baru untuk menghubungkan Asia Tenggara ke Amerika Utara.

Proyek dengan perusahaan telekomunikasi regional ini bertujuan untuk menyediakan internet yang lebih cepat ke Singapura dan Indonesia.

Inisiatif ini dilakukan setelah Facebook menarik tiga proyek untuk menghubungkan Amerika Serikat (AS) ke Hong Kong dengan kabel serupa, menyusul kekhawatiran pemerintah atas kegiatan mata-mata.

Mengutip laman BBC, Selasa (30/3/2021), kabel bawah laut tersebut membutuhkan persetujuan peraturan dari pemerintah nasional yang terlibat.

"Dinamakan Echo dan Bifrost, itu akan menjadi dua kabel pertama yang melewati rute baru yang beragam melintasi Laut Jawa, dan mereka akan meningkatkan kapasitas bawah laut secara keseluruhan di trans-Pasifik sekitar 70 persen," ujar Kevin Salvadori, Wakil Presiden Investasi Jaringan Facebook kepada Reuters.

Salvadori menambahkan, kabel bawah laut tersebut akan menjadi yang pertama menghubungkan langsung Amerika Utara ke wilayah utama Indonesia.

Proyek Echo rencananya akan selesai pada 2023, bekerja sama dengan Google dan perusahaan telekomunikasi Indonesia XL Axiata. Sementara Bifrost direncanakan akan selesai setahun kemudian.

 

Penggunaan Internet di Indonesia

FOTO: Target Internet Gratis JakWiFi Selama Pandemi
Sejumlah siswa menggunakan jaringan JakWiFi saat mengikuti kegiatan PJJ di Rumah Diskusi RT 007/008 Cipinang Besar Utara, Jakarta, Selasa (8/9/2020). Warga mengeluhkan jaringan JakWiFi di beberapa wilayah karena lemahnya sinyal internet. (merdeka.com/Iqbal S. Nugroho)

Meskipun lebih dari 73 persen penduduk Indonesia menggunakan internet, mayoritas dari mereka mengaksesnya melalui data seluler.

Survei Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) pada 2020 menemukan kurang dari 10 persen menggunakan fixed-line broadband.

Tahun lalu, Facebook mengatakan akan membangun 3.000 km (1.8641 mil) fiber optic di Indonesia di 20 kota, selain kesepakatan sebelumnya untuk mengembangkan hotspot wi-fi publik.

Di sisi lain, Salvadori menuturkan perusahaan juga akan melanjutkan proyek di Pacific Light Cable Network (PLCN).

"Kami bekerja dengan mitra dan regulator untuk memenuhi semua kekhawatiran yang dimiliki masyarakat, dan kami berharap kabel tersebut menjadi kabel trans-Pasifik yang berharga dan produktif," tambahnya.

 

Upaya sebelumnya

Kabel optik
ilustrasi kabel optik. (Doc: Fiber Cabling Solution)

PLCN, yang didanai oleh Facebook dan Alphabet (perusahaan induk Google), pada awalnya dimaksudkan untuk menghubungkan Amerika Serikat, Taiwan, Hong Kong, dan Filipina.

Rencana ini ditarik tahun lalu setelah masalah keamanan nasional yang disulut oleh pemerintahan Donald Trump, tetapi Facebook mengonfirmasi bahwa mereka masih mengerjakan proyek itu.

Proposal terpisah dengan Amazon untuk menghubungkan San Francisco dengan Hong Kong melalui kabel bawah laut juga dibatalkan tahun lalu.

Awal bulan ini, skema lebih lanjut yang dikenal sebagai proyek Hong Kong-Amerika juga dibatalkan oleh Facebook karena kekhawatiran yang sedang berlangsung dari pemerintah AS tentang hubungan komunikasi langsung antara Amerika Serikat dan Hong Kong'.

Facebook mengatakan akan mengkonfigurasi ulang rencananya untuk memenuhi kepentingan pemerintah AS.

(Isk/Why)

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya