Liputan6.com, Jakarta - Sebagai salah satu pulau paling banyak dikunjungi oleh turis asing dari berbagai negara di dunia, Bali mulai berbenah diri dengan meningkatkan kinerja para pegawai pemerintahan daerahnya.
Di tengah gelombang pandemi Covid-19, Diskominfo Bali membutuhkan solusi yang mampu mengoptimalkan layanan publik oleh pegawai yang bekerja dari rumah, tanpa mengorbankan efisiensi kinerja.
Setelah beberapa kali mencoba layanan cloud dari sejumlah penyedia, Diskominfo Bali memutuskan memilih AWS karena unggul di layanan pelanggan, skalabilitas, serta solusi yang terintegrasi.
Advertisement
Baca Juga
“Bukan semata karena teknologinya saja,” ucap Ngurah Udiyana, Kepala Seksi Aplikasi Informatika Diskominfo Bali dalam sesi media briefing baru-baru ini.
“Selain mendapatkan dukungan langsung dari pihak AWS, kami diberikan pelatihan untuk semua layanan yang digunakan, dari dasar mengenai cloud hingga implementasi skalabilitas secara otomatis."
Setelah bermigrasi ke AWS, dia mengaku pihaknya mampu menekan downtime menjadi sangat minim. Diskominfo mengawalinya dengan menggunakan Amazon Elastic Compute Cloud (Amazon EC2).
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Pakai Amazon Compute Cloud
Lewat layanan ini, AWS menghadirkan kapasitas komputasi di cloud yang aman dan bisa disesuaikan ukurannya. Saat sistem dianggap mulai merasakan imbas dari banyaknya jumlah pengguna yang login dalam satu waktu, Diskominfo lantas menambah Amazon EC2 Auto Scaling.
Dengan ini, pihak Diskominfo mampu menjaga tingkat kesediaan aplikasi dan mendukung penambahan atau pengurangan Amazon EC2 instances secara otomatis sesuai dengan kondisi yang ada.
Diskominfo juga pakai layanan Amazon DynamoDB sehingga mampu memberikan layanan database yang cepat dan fleksible untuk melayani 19.820 ASN baik saat mereka bekerja dari jarak jauh maupun di kantor.
"Presensi kehadiran bisa dilakukan dari aplikasi mobile, sehingga kehadiran dan kinerja pegawai bisa dimonitor tanpa harus membatasi ruang gerak dan kerja mereka dari manapun tempatnya bekerja," katanya.
Advertisement
Amazon Rekognition untuk Absensi
Diskominfo juga memakai Amazon Rekognition untuk proses analisis gambar dan video di dalam aplikasi menggunakan teknologi deep learning yang telah teruji dan punya skalabilitas tinggi.
Saat ini pegawai negeri di lingkungan pemerintah daerah bekerja secara bergiliran, di rumah dan di kantor. Pihak Diskominfo dapat memverifikasi identitas pegawai secara akurat melalui metode komparasi wajah, dan memberikan sumber daya yang tepat bagi masing-masing karyawan setelah mereka login.
Mulanya, sistem presensi kehadiran ini digunakan oleh hampir 11.000 ASN dari 247 kantor atau sekolah di lingkungan pemerintah daerah Bali, namun di bulan Agustus 2021, angkanya mencapai lebih dari 19.820 baik penggunaan oleh ASN maupun pegawai honorer.
Amazon SES
Seluruh pengguna terverifikasi menerima komunikasi via sistem notifikasi yang dibangun pada Amazon Simple Email Service (Amazon SES).
Menyediakan layanan email yang murah, fleksibel, dan berskalabilitas tinggi, Amazon SES mendukung pengembang berkirim surat dari aplikasi manapun.
“Layanan yang digunakan Diskominfo Bali sebelumnya dirasa memiliki banyak sekali batasan. Namun, kami sangat puas dengan Amazon SES karena tidak ada isu yang dialami sejauh ini, dan bahkan kami juga menambah kapasitas layanan ini,” tutur Udiyana.
Sejak bermigrasi ke AWS, biaya bulanan untuk pengembangan sistem presensi terpangkas hingga 69 persen jelas Udiyana.
"Penghematan biaya ini bisa dialihkan untuk pengembangan fase selanjutnya dari inisiatif Bali Smart Island oleh pemerintah setempat."
Advertisement
Aplikasi Kritikal Mulai Adopsi AWS
Ke depan, dalam rangka memacu terwujudnya digitalisasi di seluruh provisin Bali, Diskominfo juga akan memanfaatkan teknologi sistem antri di layanan-layanan kesehatan, rumah-rumah sakit, serta masih banyak lagi lainnya.
Layanan tersebut diharapkan akan mampu memudahkan masyarakat untuk melakukan registrasi terlebih dahulu sebelum berangkat ke lokasi. Layanan ini tentu akan menghadirkan keamanan dan efisiensi bagi seluruh masyarakat.
Pemda memiliki visi untuk membangun sebuah aplikasi berbasis web dan mobile bernama Love Bali untuk memudahkan pelancong dalam mengakses informasi mengenai Pulau Dewata, lokasi-lokasi tujuan wisata, serta bagaimana dapat berkontribusi dalam mendukung kesinambungan Bali.
Keduanya, yakni Love Bali dan sistem antrian untuk layanan masyarakat, nantinya akan dikembangkan di atas sistem milik AWS.
(Ysl/Tin)