Pemanfaatan NFT Harus Berdampak Sosial

Melalui Meta Forest Society hasil kolaborasi On Us Asia, Hara Token, dan Nice to Meet You Studio, kini NFT bisa memberi dampak nyata buat para petani untuk bertahan di tengah pandemi

oleh M Hidayat diperbarui 13 Des 2021, 11:30 WIB
Diterbitkan 13 Des 2021, 11:30 WIB
Sebuah truk yang diparkir di luar rumah lelang Christie menampilkan seni digital CryptoPunk non-fungible token (NFT) di papan reklame elektronik pada 11 Mei 2021 di New York City. Dia Dipasupil/Getty Images/AFP
Sebuah truk yang diparkir di luar rumah lelang Christie menampilkan seni digital CryptoPunk non-fungible token (NFT) di papan reklame elektronik pada 11 Mei 2021 di New York City. Dia Dipasupil/Getty Images/AFP

Liputan6.com, Jakarta - Non Fungible Token atau NFT tengah menjadi tren dunia, termasuk di Indonesia. NFT disebut-sebut dapat menjadi instrumen menarik untuk mendigitalisasi aset karya seni atau lainnya.

Tak hanya itu, NFT juga mirip dengan aset kripto yang dapat diperjualbelikan, sehingga dapat berpeluang menjadi instrumen investasi di sistem blockchain.

Perbedaan antara aset kripto dengan NFT terletak pada limitasinya. Jika aset kripto berupa koin yang diperdagangkan dengan jumlah tertentu, NFT adalah nilai karya seni digital dengan jumlah terbatas. Tentu saja, pemiliknya mendapatkan eksklusivitas tersendiri terhadap karya seni digital tersebut.

Di sisi lain, pemanfaatan NFT kini semakin luas dan dapat masuk ke dalam berbagai aset komoditas, sehingga membuatnya semakin fleksibel. NFT juga dikenal sebagai salah satu aset kripto yang dapat memiliki banyak manfaat ke berbagai industri, termasuk di antaranya pertanian.

Potensi besar ini juga dilaporkan berdampak signifikan terhadap kehidupan masyarakat Indonesia. Melalui Meta Forest Society hasil kolaborasi On Us Asia, Hara Token, dan Nice to Meet You Studio, kini NFT bisa memberi dampak nyata buat para petani untuk bertahan di tengah pandemi.

Dengan demikian, NFT tak hanya dapat bermanfaat bagi si pemilik, tetapi juga memiliki dampak positif lainnya.

Program Manager Meta Forest Society, Tiffany Setiadharma, mengatakan keberadaan NFT yang dimiliki harus bermanfaat bagi orang-orang di sekelilingnya.

Melalui program Metaforest dengan HARA, dia berupaya membangkitkan potensi perempuan di sektor pertanian lewat komoditas Jahe dengan PERTAHARA (Perempuan Tani Harapan Rakyat) sebagai payungnya.

“Kami memiliki kewajiban kepada pemegang NFT untuk memenuhi janji sesuai dengan roadmap (peta jalan) kami dan memikirkan cara kreatif serta inovatif lainnya untuk memberikan nilai positif kepada pemegang NFT dan komunitas kami,” ujar Tiffany, dalam keterangannya yang dikutip pada Senin (13/12/2021).

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.


Peningkatan Penjualan

Hingga saat ini, pihaknya juga menjamin bahwa NFT yang sudah dibeli tidak bisa dipalsukan dan bisa sangat mudah dilacak siapa pencipta dan kepemilikan asalnya.

Karena itu, NFT aman untuk dijadikan aset investasi ke depan karena bisa mengurangi peran pihak ketiga, sehingga seniman bisa mendapatkan royalti tanpa khawatir karyanya akan ditiru.

Dikutip dari DappRadar, penjualan NFT mengalami peningkatan signifikan di kuartal ketiga 2021. Nilai transaksi yang dicatat menembus delapan kali lipat dibandingkan kuartal kedua 2021. Semula US$ 1,3 miliar atau sekitar Rp 18,5 triliun melonjak hingga us$ 10,7 miliar atau sekitar Rp 152 triliun.

 


NFT Bantu Kesejahteraan Petani melalui HARA

Lantas, bagaimana NFT dapat berkontribusi bagi kesejahteraan petani? Melalui Hara Token, Tiffany membuktikan bahwa blockchain dapat berdampak sosial. Di Hara Token, sekitar 20 persen pendapatan dari NFT digunakan untuk membantu petani jahe dan keluarganya.

Caranya, token yang ada di Hara Token dikembangkan untuk mendukung pertukaran data berbasis blockchain untuk sektor pertanian dan pangan.

Data-data yang dikumpulkan lantas akan disimpan, lalu dienkripsi dengan sistem blockchain yang dapat ditinjau dan diakses oleh para petani.

Ada lima kategori data yang HARA punya agar bisa digunakan para pengguna. Di antaranya data umum (identitas dan latar belakang petani), data geo tagging, data aktivitas sektor pertanian, data yang terkait dengan ekologi dan terkait pasar, harga, hingga, transaksi hasil panen.

HARA mengklaim data-data yang mereka kumpulkan bisa dimanfaatkan sektor dan industri lain untuk memenuhi target tertentu.

Sebagai contoh, lembaga keuangan yang ingin memberikan pinjaman usaha kepada petani, dalam hal ini para petani jahe yang berusaha menghasilkan jahe lokal terbaik dengan harga kompetitif.


INFOGRAFIS: 10 Mata Uang Kripto dengan Valuasi Terbesar

INFOGRAFIS: 10 Mata Uang Kripto dengan Valuasi Terbesar (Liputan6.com / Abdillah)
INFOGRAFIS: 10 Mata Uang Kripto dengan Valuasi Terbesar (Liputan6.com / Abdillah)
Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya