Liputan6.com, Jakarta - Dampak serangan ransomware terhadap Bank Indonesia (BI) tampaknya masih belum reda, dan diduga lebih parah dari yang diungkap beberapa waktu lalu.
Platform intelijen dark web, Dark Tracer, kembali membagikan informasi terkait serangan ransomware dan kebocoran data terkait BI.
Baca Juga
Dalam postingan terbaru di akun Twitter mereka, Sabtu (22/1/2022), geng Conti ransomware ternyata masih mengunggah data internal BI yang mereka curi.
Advertisement
"Bocoran data Bank Indonesia sebelumnya 487MB, namun ukurannya kini sudah mencapai 44GB," tulis @darktracer_int.
Mereka juga mengatakan jumlah PC internal yang disusupi oleh pelaku kejahatan lebih banyak dari laporan pihak BI dan BSSN sebelumnya.
"Awalnya diperkirakan hanya ada 16 PC internal yang disusupi, namun ternyata jumlahnya bertambah hingga 175."
Conti ransomware gang continues to upload Bank of Indonesia's internal data. The first leak was 487MB of data but now it reaches 44GB. Compromised internal PCs were estimated at 16 initially, and now go up to 175. https://t.co/ENDek6yns2 pic.twitter.com/HC0jQvdqNj
— DarkTracer : DarkWeb Criminal Intelligence (@darktracer_int) January 21, 2022
16 PC Milik Karyawan Bank Indonesia Bengkulu
Sebelumnya, Juru Bicra Bicara BSSN, Anton Setiawan, mengatakan, serangan ransomware tersebut sudah dilaporkan oleh pihak BI ke BSSN pada 17 Desember 2021.
"Tim BSSN dan BI melakukan verifikasi terhadap konten dari data yang tersimpan," kata Anton kepada media, Kamis (20/1/2022).
"Berdasarkan penelusuran, data tersebut merupakan data milik Bank Indonesia cabang Bemgkulu."
Disebutkan, ada 16 PC milik kantor cabang Bank Indonesia yang terkena dampak dari serangan ransomware tersebut.
Advertisement
Data Tidak Kritikal
Soal data yang dicuri, baik BSSN dan BI memastikan file-file tersebut merupakan data pekerjaan personal di PC pada kantor BI cabang Bengkulu.
"Data-data yang bocor tidak terkait dengan sistem kritikal di BI," ujarnya.
(Ysl/Isk)