Liputan6.com, Jakarta - Smartfren telah mengawali tahun 2022 dengan sejumlah tonggak pencapaian penting.
Menurut laporan bertajuk Global Mobile Network Experience Awards 2022 dari Opensignal, Smartfren terpilih sebagai 1 dari 30 operator yang meraih titel Global Rising Star. Itu berarti, Smartfren telah mengalami peningkatan kualitas layanan di kategori-kategori yang diujikan di dalam laporan tersebut.
Baca Juga
Kategori-kategori itu mencakup Video Experience, Games Experience, Voice App Experience, Download Speed Experience, Upload Speed Experience, dan 4G Availability.
Advertisement
Di kategori terakhir, Smartfren bahkan menempati posisi teratas di region Indonesia untuk ke sekian kalinya seperti ditampilkan pada grafik di bawah.
Terkini, di kategori 4G Availabiilty di Indonesia, Smartfren mencapai 98,1, mengungguli para kompetitornya di kisaran 90 hingga 94. [Klik tautan ini untuk melihat grafik interaktif].
Sebetulnya, tidak mengherankan apabila Smartfren unggul di kategori ini, mengingat Smartfren menawarkan jaringan 4G saja. Lain halnya dengan operator lain yang masih menyalakan jaringan 3G.
Jumlah BTS
VP of Network Operations di Smartfren, Agus Rohmat, menyebut bahwa total BTS mereka secara nasional pada akhir 2021 mencapai 44.000 unit dan ditargetkan pada tahun 2022 ini ada penambahan 2.000 unit BTS baru.
"Jumlah BTS Smartfren itu sekitar 44.000-an. Selama 2021, Smartfren menambah BTS sekitar 4000-an. Kemudian pada 2022 ditargetkan membangun 2000-an lagi," tutur Agus beberapa waktu lalu.
Menurut paparan, BTS mereka mendukung teknologi modernisasi jaringan yang memungkinkan peralihan ke 5G berlangsung lebih baik, yang disediakan oleh para perusahaan penyedia infrastruktur telekomunikasi.
Sejumlah skenario use case untuk 5G juga telah Smartfren siapkan dan salah satunya adalah smart manufacture. Pertimbangan perusahaan, kata Agus, adalah bahwa Sinarmas selaku perusahaan induk Smartfren memiliki banyak factory site, sehingga smart manufacture sebagai use case untuk penggelaran 5G dirasa menjadi pilihan tepat.
Selain itu, use case lainnya adalah produk CPE Mifi dengan kapabilitas 5G yang dinilai lebih realistis. Chief Brand Officer di Smartfren, Roberto Saputra, memaparkan bahwa penggunaan jaringan 4G mereka di smartphone saat ini sudah cukup memenuhi kebutuhan pelanggan mereka mengakses berbagai layanan digital.
"4G sudah cukup. Karena kecepatan yang tinggi, penggunaan 5G di ponsel akan lebih cepat menghabiskan kuota data. Nanti konsumen komplain, kok mahal dan kuotanya cepat habis. Jadi ketika kami perkenalkan 5G memang tidak ingin basa-basi," kata Roberto.
Â
* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Gelar 5G
Terkait penggelaran jaringan 5G, Smartfren berargumen bahwa mereka tak mau menawarkan layanan 5G seadanya. Namun faktanya, Smartfren menjadi salah satu operator pertama yang melakukan pengujian 5G di Indonesia.
Pada tahun 2019, mereka telah menggelar uji coba 5G menggunakan pita frekuensi 28GHz mmwave di salah satu situs manufaktur Sinarmas di Marunda, Jakarta Utara. Hasilnya, kecepatan mereka mencapai 8,7GBps.
Berselang dua tahun, yakni pada 2021, Smartfren kembali menggelar uji coba 5G di kawasan Jalan Sabang, Jakarta.
Presiden Direktur di Smartfren, Merza Fachys, menuturkan bahwa mereka menargetkan Smartfren akan mulai menggelar layanan 5G dalam tahun ini, meski tak menjelaskan waktunya secara spesifik.
"Kami ingin 5G merambah ke semua aplikasi yang memang memerlukan 5G," kata Merza, dalam salah satu sesi di ajang Selular Congress 2022 yang digelar Selular Media Network belum lama ini.
Advertisement
Isu Frekuensi dan Perizinan
Isu terkait penggelaran layanan 5G dari sisi regulasi, juga mendapat sorotan dari Smartfren. Misalnya, spektrum frekuensi dan perizinan.
"Spektrum yang ada perlu ditata ulang," tutur Merza.
Dia memahami itu memerlukan waktu dan proses yang tidak sebentar. Namun, menurut dia, penataan ulang spektrum segera perlu dilakukan guna memenuhi kebutuhan akses internet 5G yang "lebih cepat, berkapasitas besar, dan latensi rendah."
Dari sisi perizinan, Merza berharap pemerintah daerah dapat bersifat kooperatif, mengingat pembangunan jaringan fiber optik di tingkat daerah, dapat terkendala oleh proses perizinan.
"Sewa tanah pinggir jalan mahal karena mengikuti NJOP di wilayah itu, ini enggak masuk akal," tutur Merza.
5G di level global
Global Mobile Trends 2021 dari GSM Association melaporkan bahwa terlepas dari pandemi global dan kendala ekonomi terkait, jaringan 5G baru terus diluncurkan. Hasilnya, menurut laporan tersebut, ada 113 operator dengan jaringan 5G di 48 negara--angka ini mungkin telah berubah selama beberapa bulan terakhir.
Ke-113 operator itu secara kolektif menyumbang 40% dari basis pelanggan seluler global, menghadirkan adressable audience dalam jumlah besar. Data GSMA juga menunjukkan, sejauh ini peluncuran 5G terkonsentrasi di pasar yang lebih matang, dipimpin oleh China, Korea Selatan, dan AS.Â
Selain itu, dalam Mobile Economy Report, GSMA memperkirakan jumlah koneksi global 5G akan mencapai satu miliar pada tahun 2022. Angka ini diprediksi akan berlipat ganda menjadi dua miliar pada tahun 2025, di mana titik koneksi 5G akan mencapai seperempat dari semua koneksi seluler.
Laporan GSM juga selaras dengan Ericsson Mobility Report terbarunya. Di dalam laporan tersebut, perusahaan asal Swedia itu memperkirakan teknologi 5G secara global akan mencapai satu miliar pengguna pada akhir tahun 2022. Ericsson juga memprediksi 5G akan mencakup hampir setengah dari semua pengguna pada tahun 2027, melampaui 4,4 miliar pengguna.
Mempertimbangkan dua laporan di atas, aman untuk berasumsi bahwa pada tahun 2022 ini para operator seluler melakukan upaya terbaiknya terkait 5G dan hingga akhir 2022, bukan tidak mungkin ada tonggak pencapaian baru dari mereka, termasuk Smartfren yang terlihat tak mau gegabah dalam hal ini.
Advertisement