Getty Images Larang Karya Seni Buatan AI Beredar di Platformnya

CEO Getty Images Craig Peters mengungkapkan, larangan didorong oleh kekhawatiran soal legalitas konten yang dihasilkan AI, serta keinginan untuk melindungi pelanggan

oleh Giovani Dio Prasasti diperbarui 07 Okt 2022, 10:00 WIB
Diterbitkan 07 Okt 2022, 10:00 WIB
ilustasi seni rupa  (sumber: Pixabay)
ilustasi seni rupa (sumber: Pixabay)

Liputan6.com, Jakarta - Hasil kreasi gambar atau karya seni yang dibuat dengan menggunakan kecerdasan buatan atau artificial intelligence (AI), saat ini sedang banyak bertebaran di platform-platform berbagi karya di internet.

Perusahaan media visual dan penyedia gambar, Getty Images, melarang unggahan dan penjualan ilustrasi gambar yang dibuat menggunakan alat-alat AI seperti DALL-E, Midjourney, dan Stable Diffusion.

Sebelumnya, mengutip The Verge, Jumat (7/10/2022), beberapa situs juga telah mengeluarkan larangan serupa, termasuk Newgrounds, PurplePort, dan FurAffinity.

Kepada The Verge, CEO Getty Images Craig Peters mengungkapkan, larangan didorong oleh kekhawatiran soal legalitas konten dihasilkan AI, serta keinginan untuk melindungi pelanggan.

"Ada kekhawatiran nyata sehubungan dengan hak cipta keluaran dari model-model ini dan masalah hak yang belum terselesaikan sehubungan dengan citra, metadata gambar, dan individu-individu yang terkandung dalam citra tersebut," ujarnya.

Peters menyebut, menjual karya seni atau ilustrasi berbasis AI berpotensi membuat pengguna Getty Images harus berhadapan dengan hukum. Sehingga, mereka pun harus bersikap proaktif demi kepentingan pelanggannya.

Peters tidak mengatakan apakah Getty Images sudah pernah menghadapi kasus terkait penjualan konten yang dibuat AI.

Namun, ia menyebut konten-konten seperti ini "sangat terbatas" di platformnya, dan menegaskan perusahaan hanya memperkenalkan kebijakan ini untuk "menghindari risiko terhadap reputasi, merek, dan keuntungan (pelanggan)."

Shutterstock, pesaing terbesar Getty Images, di sisi lain, disebut telah membatasi beberapa pencarian untuk konten AI. Namun, mereka belum mengumumkan aturan khusus yang melarang materi-materi semacam ini.

Mengambil Karya Seni Seniman Lain

ilustasi seni rupa  (sumber: Pixabay)
ilustasi seni rupa (sumber: Pixabay)

Platform lain sementara itu, telah menghapus gambar-gambar buatan AI dengan alasan selain melindungi pelanggan. FurAffinity misalnya, mengatakan pelarangan karya seni buatan AI yang mereka terapkan, dilakukan karena merusak karya buatan seniman manusia.

"Aplikasi AI dan pembelajaran mesin (DALL-E, Craiyon) mengambil sampel karya seniman lain untuk membuat konten," kata moderator FurAffinity.

Mereka mengatakan, konten yang dihasilkan dapat mereferensikan ratusan, bahkan ribuan karya dari seniman lain untuk membuat gambar turunan.

"Tujuan kami adalah untuk mendukung artis dan konten mereka. Kami tidak percaya bahwa itu adalah kepentingan terbaik komunitas kami untuk mengizinkan konten yang dihasilkan AI di situs ini," kata FurAffinity.

Soal ancaman AI bagi kehidupan ilustrator dan fotografer yang menjual karyanya di Getty Images, Peters mengatakan alat ini hanyalah contoh terbaru dari teknologi, yang memperluas jumlah citra yang sudah ada.

Peters menambahkan, menghapus konten AI mungkin akan sulit. Getty Images pun disebut mengandalkan pengguna untuk mengidentifikasi dan melaporkan gambar-gambar semacam ini.

Mereka juga menggandeng C2PA (the Coalition for Content Provenance and Authenticity), untuk membuat filter.

 

Nilai Pasar Kecerdasan Buatan Tumbuh 20,7 Persen pada 2021

Ilustrasi Artificial Intelligence (AI), Machine Learning (ML)
Ilustrasi Artificial Intelligence (AI), Machine Learning (ML). Kredit: Gerd Altmann from Pixabay

Sementara, nilai pasar kecerdasan buatan (AI) di seluruh dunia, termasuk perangkat lunak, perangkat keras, dan layanan untuk aplikasi Artificial Intelligence sentris dan Artificial Intelligence non-sentris, mencapai USD 383,3 miliar pada tahun 2021.

Angka itu meningkat 20,7% dibandingkan tahun 2020, menurut International Data Corporation (IDC) Worldwide Semiannual Artificial Intelligence Tracker terbaru.

IDC memperkirakan nilai pasar kecerdasan buatan akan mencapai hampir USD 450 miliar pada tahun 2022 dan mempertahankan tingkat pertumbuhan tahunan yang tinggi selama perkiraan lima tahun.

"Di semua industri dan fungsi, organisasi pengguna akhir menemukan manfaat teknologi kecerdasan buatan karena solusi itu semakin kuat dan memungkinkan pengambilan keputusan lebih baik dan produktivitas lebih tinggi," ujar Rasmus Andsbjerg, Associate Vice President, Data & Analytics di IDC

"Kenyataannya adalah, Artificial Intelligence menawarkan solusi untuk semua yang kita hadapi saat ini," kata Andsbjerg, dikutip dari laporan teraktual IDC, Senin (19/9/2022).

 

Mempercepat Perjalanan Transformasi Digital

Peristiwa tunggal pemusnah manusia (5)
Ilustrasi kerjasama manusia dengan mesin kecerdasan buatan (AI). (Sumber Pixabay)

Solusi kecerdasan buatan, kata Rasmus, dapat menjadi sumber untuk mempercepat perjalanan transformasi digital. Selain itu, solusi itu juga memungkinkan penghematan biaya di tengah inflasi dan mendukung upaya automasi di kondisi kekurangan tenaga kerja.

Secara keseluruhan, perangkat lunak kecerdasan buatan kembali menyumbang pangsa terbesar pasar kecerdasan buatan pada tahun 2021.

Jika digabungkan, empat kategori perangkat lunak AI: Artificial Intelligence Applications Delivery & Deployment, Artificial Intelligence Applications, Artificial Intelligence System Infrastructure Software, and Artificial Intelligence Platforms, menghasilkan nilai pasar lebih dari USD 340 miliar pada 2021 dengan subkategori Artificial Intelligence Applications mewakili hampir setengah total pendapatan.

Sementara itu, Artificial Intelligence Platforms menghasilkan pertumbuhan tahunan tertinggi sebesar 36,6%, meskipun bergerak dari garis dasar yang lebih kecil.

(Dio/Ysl)

Infografis Rudal Korea Utara Ancam Jepang
Infografis Rudal Korea Utara Ancam Jepang
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya