Liputan6.com, Jakarta - Sebuah laporan baru dari Financial Times mengungkap, perusahaan teknologi punya prosedur standar untuk menjaga keamanan data. Prosedur tersebut ternyata dianggap turut berkontribusi terhadap kerusakan Bumi.
Prosedur menjaga keamanan data-data perusahaan teknologi adalah dengan menghancurkan server dan hard drive tiap beberapa tahun.
Baca Juga
Mengutip Gizchina, Minggu (9/10/2022), perusahaan-perusahaan teknologi rupanya tidak menghapus data pada hard drive dan menjualnya kembali melainkan memilih untuk memusnahkannya.
Advertisement
Adapun perusahaan teknologi yang melakukan praktik ini meliputi Amazon, Microsoft, dan Google. Ketiganya menyebut, meng-upgrade perangkat keras penyimpanan alias hard drive mereka tiap empat atau lima tahun.
Jumlah perangkat penyimpanan yang dimusnahkan tiap tahunnya bisa mencapai puluhan juta unit perangkat.
Selain perusahaan teknologi, instansi lain yang melakukan hal ini adalah perbankan, departemen kepolisian, dan lembaga pemerintah di AS.
Alasan pemusnahan perangkat penyimpanan data karena paparan data yang kecil bisa memiliki konsekuensi hukum yang cukup serius, jadi prosedur di atas dipilih.
Sekadar informasi, bulan lalu, US Securities and Exchange Commission atau Komisi Sekuritas dan Bursa AS mendenda bank Morgan Stanley sebesar USD 35 juta karena melelang ribuan hard drive dan dianggap mengungkap data jutaan pelanggan.
Tidak ada indikasi bahwa ada pelanggan yang menderita kebocoran data akibat penjualan tersebut. Namun, banyak perusahaan, terutama yang mengoperasikan layanan cloud pastinya tidak ingin situasi serupa terjadi.
Praktik yang Lebih Ramah Terhadap Lingkungan?
Memang beberapa pihak mungkin berpikir, membuang perangkat keras usang dan meng-upgrade ke perangkat keras baru baik untuk lingkungan.
Upgrade ke perangkat keras yang lebih baru memang lebih hemat energi dan memiliki jejak karbon lebih rendah, tetapi jejak karbon dari sebagian besar produk teknologi berasal dari manufakturnya, bukan operasionalnya.
Sekadar informasi, perangkat keras yang telah dibongkar ternyata 70 persen komponennya bisa didaur ulang. Pada dasarnya, prosesnya membuang emisi dari saat perangkat keras awalnya diproduksi.
Dengan memakai kembali bahan-bahan ini, berarti mengurangi bagian yang paling memancarkan jejak karbon perangkat keras.
Advertisement
Tambang Ulang
Lebih parahnya lagi, material lain yang hilang seperti 'rare earth metal' harus ditambang ulang. Hal ini pun berpotensi menghasilkan penggunaan mineral yang dianggap kontroversial.
Perusahaan teknologi mungkin berpikir, penghancuran adalah satu-satunya cara untuk menjaga keamanan data. Namun para ahli melihatnya sebagai opsi ekstrem yang tidak perlu dilakukan.
Pasalnya, banyak hard drive dan server yang bisa bertahan selama bertahun-tahun, atau bahkan puluhan tahun. Selain itu, risiko pelaku jahat memulihkan data dari perangkat penyimpanan bekas mungkin sangat kecil.
Google dan Microsoft menyebut, mereka mulai menggunakan beberapa server yang diperbarui.Namun, standar mereka dalam menangani hard drive adalah dengan mempretelinya alias memusnahkannya.
(Tin/Ysl)