Liputan6.com, Jakarta - Sebuah kesalahan yang dibuat oleh chatbot kecerdasan buatan (artificial intelligence/AI) buatan Google yang bernama Bard, harus membuat saham perusahaan anjlok.
Google sendiri sebelumnya telah memperkenalkan chatbot AI penantang ChatGPT OpenAI, Bard, dan diklaim akan tersedia dengan lebih luas untuk umum dalam beberapa pekan mendatang.
Baca Juga
Masalahnya, dikutip dari The Verge, Jumat (10/2/2023), dalam penampilan demo pertamanya, chatbot AI Bard sudah membuat kesalahan faktual.
Advertisement
Google melalui sebuah GIF di Twitter, membagikan bagaimana Bard menjawab pertanyaan: "Penemuan baru apa dari Teleskop Luar Angkasa James Webb yang dapat saya ceritakan kepada anak saya yang berusia 9 tahun?"
Google Bard kemudian menawarkan tiga poin, termasuk yang menyatakan bahwa teleskop itu "mengambil gambar pertama dari sebuah planet di luar tata surya kita sendiri."
Mengutip New York Post, contoh itu diambil untuk mendeskripsikan bagaimana chatbot AI bisa menjadi "launchpad untuk rasa ingin tahu dan dapat membantu menyederhanakan topik yang kompleks."
Namun dari situ, sejumlah astronom pun membalas cuitan itu dengan menunjukkan pernyataan tersebut tidaklah benar, dan gambar pertama dari planet ekstrasurya diambil pada 2004, seperti yang juga dinyatakan oleh NASA.
"Saya yakin Bard akan mengesankan, tetapi sebagai catatan: JWST tidak mengambil 'gambar pertama dari sebuah planet di luar tata surya kita,'" cuit ahli astrofisika Grant Tremblay.
Berdampak ke Saham Induk Google
Tremblay menambahkan, gambar pertama tersebut diambil dengan VLT/NACO menggunakan optik adaptif.
"Berbicara sebagai seseorang yang mencitrakan exoplanet 14 tahun sebelum JWST diluncurkan, sepertinya Anda harus menemukan contoh yang lebih baik?," kata Bruce Macintosh, Direktur University of California Observatories di UC Santa Cruz.
Meski kesalahan terjadi saat demonstrasi produk, namun hal ini juga berdampak pada merosotnya saham induk Google Alphabet.
Saham Alphabet dilaporkan merosot 7,4 persen, atau kehilangan nilai pasar setara USD 100 miliar, karena pengguna media sosial bereaksi terhadap kegagalan Bard.
Juru Bicara Google Jane Park pun mengatakan, temuan itu menyoroti pentingnya proses pengujian yang ketat, yang mereka sebut sudah dimulai pekan ini dalam program Trusted Tester.
"Kami akan menggabungkan umpan balik eksternal dengan pengujian internal kami sendiri untuk memastikan respons Bard memenuhi standar kualitas, keamanan, dan landasan yang tinggi dalam informasi dunia nyata," ujarnya.
Advertisement
Microsoft Beri Catatan Soal Fitur Chatbot AI
Microsoft, yang menjadi penyokong besar ChatGPT OpenAI, juga baru-baru ini merilis mesin pencari Bing yang juga mendukung teknologi AI.
Meski begitu, mereka telah memberikan catatan atau disclaimer, soal masih adanya kemungkinan kesalahan informasi, dan menempatkan tanggung jawab kepada pengguna.
"Bing ditenagai oleh AI, jadi kejutan dan kesalahan mungkin terjadi,” kata mereka. "Pastikan untuk memeriksa faktanya, dan bagikan umpan balik agar kita dapat belajar dan berkembang!"
Bard sendiri disebut-sebut bakal menjadi pesaing ChatGPT yang mendapat dukungan dari Microsoft.
Adalah CEO Alphabet Sundar Pichai yang mengumumkan kehadiran Bard melalui blog perusahaan. Dikutip dari The Guardian, Selasa (7/2/2023), Bard menggunakan language model yang dikembangkan Google sendiri, yakni LaMDA.
Google Umumkan Chatbot Penantang ChatGPT
"Bard berupaya menggabungkan luasnya pengetahuan di dunia dengan kekuatan, kecerdasan, hingga kreativitas language model kami," kata Sundar Pichai.
"Kemampuan itu mengacu pada informasi dari web untuk memberikan respons baru dan berkualitas tinggi," tulis Sundar menjelaskan soal kemampuan Bard.
Dengan kemampuan tersebut, Sundar menjelaskan, chatbot AI Bard dapat memberikan beragam tanggapan berdasarkan informasi terkini.
Kendati demikian, Sundar belum mengungkapkan secara detail cara untuk bisa menggunakan chatbot ini. Untuk saat ini, informasi menyebut Bard ini masih dalam tahap uji coba.
Selain mengumumkan Bard, Google juga memastikan teknologi AI terbaru mereka, seperti LaMDA, PaLM, Imagen, hingga MusicLM akan diintegrasikan pada Google Search.
Dengan teknologi terbaru, mesin pencari mereka bisa menyaring informasi kompleks dari berbagai perspektif, lalu dihadirkan dalam format yang lebih mudah dicerna.
Advertisement