China Larang ChatGPT OpenAI, Ini Alasannya

Media pemerintah China juga sempat menyebut bahwa ChatGPT OpenAI bisa jadi alat potensial bagi Amerika Serikat, untuk "menyebarkan informasi palsu."

oleh Giovani Dio Prasasti diperbarui 27 Feb 2023, 11:50 WIB
Diterbitkan 24 Feb 2023, 13:00 WIB
ChatGPT
ChatGPT. Dok: OpenAI

Liputan6.com, Jakarta - Tiongkok melakukan pembatasan akses ke platform chatbot kecerdasan buatan (artificial intelligence/AI) yang sedang naik daun belakangan ini, ChatGPT buatan OpenAI.

Sebelumnya, chatbot AI tersebut memang tidak secara resmi tersedia di Tiongkok, di mana pemerintah menggelar firewall dan sensor internet yang ketat.

Namun banyak pengguna yang masih bisa mengaksesnya menggunakan Virtual Private Network (VPN). Beberapa pembuat aplikasi pihak ketiga juga telah membuat program yang memberikan beberapa akses ke ChatGPT.

Mengutip The Guardian, Jumat (24/2/2023), program-program ini dilaporkan sudah lenyap dari akun-akun WeChat. Perusahaan teknologi seperti induk WeChat, Tencent, serta Ant Group, juga sudah diminta memutus akses ke program-program tersebut.

Awal pekan ini, media pemerintah Tiongkok menyatakan bahwa ChatGPT OpenAI adalah alat potensial bagi Amerika Serikat, untuk "menyebarkan informasi palsu."

Artikel di China Daily juga mengklaim, pertanyaan yang diajukan ke ChatGPT tentang Xinjiang selalu menghasilkan jawaban yang "konsisten dengan propaganda politik pemerintah AS bahwa ada yang disebut 'genosida.'"

Dikutip dari The Verge, regulator China juga disebut telah meminta perusahaan teknologi berhenti menawarkan akses ke chatbot AI tersebut, karena khawatir terhadap adanya "balasan tanpa sensor" untuk pertanyaan sensitif secara politik.

Selain itu, menurut laporan Nikkei Asia dari "orang-orang yang mengetahui langsung masalah ini," perusahaan teknologi juga diminta melapor ke pemerintah, sebelum merilis chatbot buatannya sendiri.

Perusahaan Tiongkok Bikin Penantang ChatGPT

ChatGPT
Tampilan ChatGPT. (unsplash/Rolf van Root)

Kebijakan ini bagi sebagian pihak dinilai dapat menghambat perkembangan teknologi AI di negara tersebut. Beberapa menyayangkan teknologi ini tidak dibuat terlebih dulu di Tiongkok.

Beberapa perusahaan Tiongkok memang diketahui sedang ikut berlomba di pasar AI, yang sedang diminati banyak raksasa teknologi dunia, setelah naiknya popularitas ChatGPT.

Mengutip Nikkei Asia, Senin (13/2/2023), Alibaba Group, Tencent, Baidu, NetEase, hingga JD.com, baru saja mengungkapkan rencana mereka untuk menguji dan meluncurkan layanan mirip ChatGPT sendiri dalam waktu dekat.

Saham Baidu sempat melonjak ke level tertinggi dalam 11 bulan,usai mereka mengumumkan rencana peluncuran Ernie Bot yang mirip ChatGPT, yang dibangun di atas teknologi, yang menurut perusahaan, sudah digarap sejak 2019.

Baidu pun berencana menyelesaikan uji coba internal mereka pada Maret, sebelum meluncurkan chatbot AI itu untuk umum.

 

Perusahaan Lirik Teknologi ala ChatGPT

ChatGPT OpenAI
Cara daftar ChatGPT OpenAI. (Liputan6/com/ Yuslianson)

Sementara, Alibaba juga mengatakan sedang menguji alat yang mirip ChatGPT secara internal, meski mereka tidak mengungkapkan detailnya lebih lanjut.

Tencent juga mengonfirmasi rencana mereka untuk penantang ChatGPT dan konten yang dihasilkan AI, dengan mengatakan penelitian yang relevan sedang dilakukan "secara tertib."

JD.com, juga menyebut mereka berencana mengintegrasikan beberapa teknologi yang mendukung aplikasi seperti ChatGPT, seperti pemrosesan bahasa alami, dalam layanannya sendiri.

Analis mengatakan, banyak perusahaan Tiongkok melihat teknologi seperti ChatGPT, sebagai pendorong pertumbuhan jangka panjang untuk produk mereka.

 

Ketidakpastian Chatbot AI di Tiongkok

Ilustrasi menggunakan ChatGPT OpenAI di smartphone (Liputan6.com/Giovani Dio Prasasti)
Ilustrasi menggunakan ChatGPT OpenAI di smartphone (Liputan6.com/Giovani Dio Prasasti)

Namun Kai Wang, analis ekuitas senior untuk Morningstar Asia Limited, memperingatkan ketidakpastian mengenai bagaimana chatbot akan bekerja di Tiongkok, karena produk ini masih dalam tahap pengembangan.

"Ada banyak ketidakpastian atas lanskap persaingan, regulasi, dan pada akhirnya, seberapa baik kinerjanya pada tahap ini," katanya kepada Nikkei Asia.

"Kita juga harus berhati-hati tentang bagaimana monetisasi produk ini akan bekerja dan seberapa dilutifnya margin mereka dalam jangka panjang," imbuh Wang.

Dengan adanya regulasi terbaru dari pemerintah ini, tidak diketahui apakah perusahaan-perusahaan tersebut nantinya akan tetap sesuai dengan rencana mereka dalam pembuatan dan perilisan teknologi AI-nya atau tidak.

(Dio/Isk)

Infografis Era Teknologi 5G di Indonesia
Infografis Era Teknologi 5G di Indonesia (Liputan6.com/Triyasni)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya