LinkedIn: AI Bisa Ubah 65 Persen Keterampilan Kerja di Dunia pada 2030

Menurut LinkedIn, keterampilan kerja yang dibutuhkan untuk berbagai jenis pekerjaan didunia diperkirakan akan berubah setidaknya 65 persen pada 2030, seiring perkembangan AI dalam mengakselerasikan perubahan di lingkungan kerja.

oleh Giovani Dio Prasasti diperbarui 07 Okt 2023, 16:00 WIB
Diterbitkan 07 Okt 2023, 16:00 WIB
Ilustrasi pekerja teknologi. Michael M. Santiago/Getty Images via AFP
Ilustrasi pekerja teknologi. Michael M. Santiago/Getty Images via AFP

Liputan6.com, Jakarta - Kecerdasan buatan atau artificial intelligence (AI), diperkirakan akan mengubah setidaknya 65 persen keterampilan kerja di seluruh dunia pada tahun 2030, menurut data LinkedIn.

"AI membawa kita ke dunia kerja yang baru, membentuk ulang pekerjaan, bisnis, dan industri," kata Rohit Kalsy, Country Leader LinkedIn di Indonesia. 

Melalui siaran persnya, dikutip Sabtu (7/10/2023) Rohit mengatakan dengan banyak perubahan ini, para pimpinan bisnis harus menilai keterampilan yang dibutuhkan sekarang dan di tahun-tahun berikutnya.

LinkedIn mencatat ada pergeseran signifikan yang terjadi, di mana lowongan kerja yang menyebut AI atau Generative AI, meningkat lebih dari 2 kali lipat di Asia Tenggara dua tahun terakhir.

Lowongan pekerjaan ini mengalami pertumbuhan jumlah lamaran sekitar 1,7 kali di Asia Tenggara dalam dua tahun terakhir, dibandingkan lowongan yang tidak menyebutkan AI atau Generative AI.

Riset platform jejaring sosial profesional itu juga menemukan, tenaga profesional di Indonesia jadi yang paling antusiasi soal penggunaan kecerdasan buatan dalam bekerja, dibandingkan pasar lain di Asia Pasifik.

Mereka mencatat, angka di Indonesia bahkan mencapai 99 persen, dibandingkan Australia (84 persen), Singapura (97 pesen), Malaysia (96 persen), dan Jepang (67 persen).

Hampir 67 persen tenaga profesional di Indonesia, juga menanti penggunaan AI untuk mendapatkan nasehat karir, atau menangani situasi yang sulit di tempat kerja (82 persen).

Menurut LinkedIn, agar tenaga kerja siap menghadapi perubahan di masa mendatang, pimpinan bisnis dapat menempatkan divisi Human Resources (HR) dan tim perekrutan di garda terdepan.

HR Juga Bisa Manfaatkan AI

LinkedIn
Ilustrasi LinkedIn (AP Photo)

Sekitar 95 persen tenaga perekrutan talenta di Asia Tenggara mengatakan, peran mereka menjadi lebih strategis dalam setahun terakhir, khususnya di lingkup talent acquisition.

AI pun dinilai menjadi alat penting untuk menyelesaikan tugas-tugas berat agar tim HR dapat fokus terhadap pekerjaan yang lebih strategis.

80 persen tenaga HR global percaya, AI bisa membantu mereka dalam lima tahun ke depan, untuk fokus pada peran yang lebih strategis dan humanis.

Lebih lanjut, LinkedIn mengumumkan mereka sedang melakukan uji coba terhadap fitur AI generatif baru di Recruiter dan Learning Hub, kepada sejumlah pengguna.

Perusahaan menyebut, fitur AI generatif ini rencananya akan dirilis untuk seluruh pengguna secara bertahap.

Sebelumnya, pada Mei 2023, LinkedIn meluncurkan kotak pesan dan deskripsi pekerjaan terbaru yang didukung AI generatif untuk mempersonalisasi pesan InMail dalam skala besar.

Pekerja Profesional di Indonesia Pede dengan AI

LinkedIn
Ilustrasi LinkedIn (AP Photo/Marcio Jose Sanchez)

Sebelumnya, LinkedIn mengungkapkan 78 persen pekerja profesional di Indonesia percaya AI, akan mengubah cara kerja secara signifikan.

Hal ini diungkap dalam hasil penelitian terbaru yang dilakukan platform jejaring sosial untuk profesional tersebut, seperti dikutip dari siaran pers, Jumat (15/9/2023).

Dalam laporannya, ditemukan bahwa AI generatif mendorong para profesional untuk beradaptasi dengan cara kerja baru di Indonesia.

Lebih dari 7 dari 10 profesional (78 persen) percaya bahwa AI akan membawa perubahan signifikan pada pekerjaan mereka di tahun depan.

LinkedIn mencatat, para pekerja profesional di Indonesia optimistis dan bersedia menyambut transformasi digital yang didorong oleh kecerdasan buatan.

Bahkan di kawasan Asia Pasifik, Indonesia menjadi komunitas yang paling tidak cemas terhadap perubahan yang mungkin dibawa oleh AI, pada pekerjaan di masa depan, dengan rasio lebih dari 26 persen.

Angka tersebut lebih rendah dibandingkan dengan India (60 persen), Filipina (57 persen) dan Singapura (47 persen).

Jadi yang Paling Tidak Khawatir

Ilustrasi, Karoshi alias praktik jam kerja lembur berlebih yang membahayakan pekerja di Jepang (AFP)
Ilustrasi bekerja (AFP)

Profesional di Indonesia juga tercatat menjadi yang paling tidak khawatir mengikuti perkembangan kecerdasan buatan di tempat kerja.

LinkedIn mencatat, angkanya yaitu 3 dari 10 (30 persen), yang jika dibandingkan dengan negara tetangga adalah sekitar 1 dari 2 di Singapura (48 persen) dan 43 persen di Malaysia.

Selain itu, lebih dari 7 per 10 (71 persen) profesional Indonesia mengaku sudah menggunakan AI generatif dalam bekerja.

Menurut LinkedIn, jumlah tersebut paling banyak jika dibandingkan dengan pasar di kawasan Asia Pasifik (contohnya India sebesar 68 persen, Singapura - 56 persen, dan Jepang sebanyak 19 persen).

Sementara, lebih dari 6 per 10 profesional di Indonesia (66 persen) mengaku ingin belajar memanfaatkan AI di pekerjaan namun tidak tahu harus mulai dari mana.

(Dio/Dam)

Infografis PNS Bekerja dari Rumah Bakal Efektif?
Infografis PNS Bekerja dari Rumah Bakal Efektif? (Liputan6.com/Triyasni)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya