Liputan6.com, Jakarta - Dalam acara konferensi pengembang pertamanya, OpenAI meluncurkan GPT-4 Turbo. Perusahaan mengklaim, versi terkini dari GPT-4 ini lebih powerfull dan lebih murah.
Mengutip dari Tech Crunch, Kamis (9/11/2023), GPT-4 Turbo hadir dalam dua versi, yaitu versi hanya menganalisis teks dan versi memahami konteks teks sekaligus gambar.
Baca Juga
Model analisis teks tersedia dalam pratinjau melalui API mulai 7 November 2023. OpenAI juga mengungkapkan rencananya untuk membuat kedua versi tersebut tersedia secara umum “dalam beberapa minggu mendatang.”
Advertisement
GPT-4 Turbo akan tersedia dengan harga USD 0,01 (Rp 156) per 1.000 token masukan (~750 kata). Token sendiri mewakili potongan raw text — misalnya, kata “fantastis” dibagi menjadi “fan”, “tas”, dan “tis”. Adapun untuk token keluaran seharga USD 0,03 (Rp 470) per 1.000 token.
Sekadar diketahui, token input adalah token dimasukkan ke dalam model, sedangkan token output adalah token hasil model berdasarkan token masukan.
Adapun untuk harga GPT-4 Turbo pemrosesan gambar akan bergantung pada ukuran gambar. Misalnya, gambar dengan resolusi 1080×1080 piksel ke GPT-4 Turbo akan dikenakan biaya USD 0,00765 (Rp 120).
“Kami mengoptimalkan kinerja sehingga dapat menawarkan GPT-4 Turbo dengan harga token masukan 3x lebih murah, dan harga token keluaran 2x lebih murah dibandingkan dengan GPT-4,” tulis OpenAI dalam postingan blog yang dibagikan dengan TechCrunch.
GPT-4 Turbo menawarkan beberapa peningkatan dibandingkan GPT-4. Salah satunya adalah basis pengetahuan terbaru yang dapat digunakan saat merespons permintaan.
Jendela Konteks pada GPT-4 Turbo Diperluas Hingga 128.000 Token
GPT-4 Turbo menawarkan jendela konteks (context window) 128.000 token. Ini empat kali ukuran GPT-4 dan jendela konteks terbesar dari semua model yang tersedia secara komersial, bahkan melebihi Claude 2 dari Anthropic.
128,000 token ini dapat diterjemahkan menjadi sekitar 100.000 kata atau 300 halaman.
Selain itu, GPT-4 Turbo juga mendukung “mode JSON” baru. Mode ini memastikan bahwa model merespons dengan JSON yang valid — format file standar terbuka dan format pertukaran data.
OpenAI mengungkapkan bahwa ini berguna untuk aplikasi yang mengirim data dari server ke klien, sehingga dapat ditampilkan di halaman web.
“GPT-4 Turbo memiliki performa lebih baik dibandingkan model kami sebelumnya pada tugas-tugas yang memerlukan instruksi, seperti menghasilkan format tertentu (misalnya 'selalu merespons dalam XML'),” tulis OpenAI.
“Dan GPT-4 Turbo kemungkinan besar mengembalikan parameter fungsi yang tepat,” tambahnya.
Advertisement
Peningkatan GPT-4
Pada momen tersebut, OpenAI ternyata tidak hanya meluncurkan versi baru ChatGPT-nya. Perusahaan juga meluncurkan program akses eksperimental untuk menyempurnakan GPT-4.
Berbeda dengan program penyempurnaan untuk GPT-3.5, program GPT-4 akan melibatkan lebih banyak pengawasan dan bimbingan dari tim OpenAI, kata perusahaan tersebut – terutama karena kendala teknis.
“Hasil awal menunjukkan bahwa penyempurnaan GPT-4 memerlukan lebih banyak upaya untuk mencapai peningkatan yang berarti dibandingkan model dasar dibandingkan dengan keuntungan besar yang diperoleh dengan penyempurnaan GPT-3.5,” tulis OpenAI dalam postingan blognya.
OpenAI juga mengumumkan bahwa mereka menggandakan batas tarif token per menit untuk semua pelanggan berbayar. Meski demikian, harganya akan tetap sama yaitu USD 0,03 (Rp 470) per token masukan dan USD 0,06 (Rp 939) per token keluaran, untuk model GPT-4 dengan jendela konteks 8.000 token.
Atau USD 0,06 (Rp 939) per token masukan dan USD 0,012 (Rp 187) per token keluaran, untuk GPT-4 dengan 32.000- jendela konteks token.
Sebagian Besar Mahasiswa Gunakan ChatGPT untuk Belajar
Terlepas dari hal itu, setelah kehilangan waktu belajar karena pandemi, banyak siswa merasa tidak siap untuk kembali ke sekolah. Laporan McGraw Hill menunjukkan 21 persen mahasiswa merasa tidak siap untuk melanjutkan studi mereka di perguruan tinggi. Jumlah ini meningkat 11 persen dari tahun sebelumnya.
Menurut Edscoop, dikutip Rabu (1/11/2023), tren ini mengubah cara siswa mencari dukungan pembelajaran, dengan 80 persen siswa menggunakan ChatGPT dan media sosial seperti TikTok atau YouTube.
Namun, Justin Singh, kepala transformasi dan strategi McGraw Hill, menekankan bahwa masalah utamanya adalah penggunaan media sosial yang berlebihan untuk pembelajaran, hingga lebih dari lima jam dihabiskan di platform tersebut setiap minggunya.
Menurut laporan tersebut, meskipun sumber online seperti ChatGPT sangat disukai oleh siswa, sebagian besar guru dan siswa tidak benar-benar percaya pada tanggapan kecerdasan buatan (AI).
Kendati tidak percaya AI, sebanyak 46 persen profesor dan 39 persen mahasiswa menyatakan kepercayaan dapat ditingkatkan jika alat tersebut dikembangkan dan diperiksa oleh sumber akademis terpercaya.
Ketidakpastian ini juga mempengaruhi kesehatan mental siswa yang 56 persen dari mereka mengaku stres, dan 58 persen mengatakan kewalahan.
Profesor menyadari masalah ini, dan 90 persen mahasiswa setuju bahwa kesehatan mental adalah kunci keberhasilan mahasiswa. Beberapa bahkan mempertimbangkan untuk meninggalkan kuliah.
Meskipun banyak kampus telah menanggapi dengan membuka klinik di dalam kampus, akses ke layanan kesehatan mental tetap sulit, terutama karena pendidikan online semakin populer.
Survei yang dilakukan oleh McGraw Hill untuk memahami dampak pandemi menekankan betapa pentingnya menanggapi perubahan preferensi siswa dengan menggunakan teknologi menarik seperti ChatGPT dan media sosial sambil mempertahankan keakuratan dan kepercayaan.
Advertisement