Liputan6.com, Jakarta - Jepang tengah merancang undang-undang antimonopoli yang terinspirasi oleh model Uni Eropa untuk menekan dominasi Apple dan Google di sektor toko aplikasi maupun pembayaran.Â
Menurut laporan Nikkei Asia, seperti dikutip dari MacRumors, Kamis (28/12/2023), salah satu tujuan regulasi Jepang ini adalah memaksa Apple mengizinkan pengguna iPhone melakukan sideload aplikasi, sekaligus menghadirkan opsi pembayaran alternatif untuk transaksi dalam aplikasi.
Baca Juga
Fokus utama regulasi ini mencakup penggunaan toko aplikasi, metode pembayaran, mesin penelusuran, peramban internet, termasuki sistem operasi yang dikuasai oleh Apple dan Google.Â
Advertisement
Jika diadopsi, peraturan tersebut dapat mengubah praktik bisnis Apple. Salah satunya adalah memungkinkan pengguna iPhone atau iPad di Jepang menggunakan toko aplikasi alternatif, termasuk melakukan praktik sideload aplikasi.Â
Selain itu, undang-undang tersebut mengusulkan pemberlakuan denda atas pelanggaran peraturan. Adapun denda yang akan diterapkan berkisar enam persen dari pendapatan yang diperoleh perusahaan akibat tindakan pelanggaran tersebut.Â
Proses penyusunan undang-undang ini sekarang tengah berlangsung di Komisi Perdagangan Jepang, dengan target penyelesaian awal tahun depan. Pengesahan regulasi ini diharapkan bisa dilakukan oleh parlemen Jepang pada 2024 sebelum diberlakukan.
Model undang-undang Jepang ini mirip dengan Digital Markets Act (DMA) Uni Eropa, yang disebut akan memaksa Apple untuk mengizinkan sideloading aplikasi di wilayah tersebut mulai Maret 2024.Â
Rencana ini mencerminkan tren global yakni negara-negara mulai berupaya mengatur praktik bisnis perusahaan teknologi besar untuk meningkatkan persaingan dan melindungi konsumen.
Bos Google Wanti-Wanti Pengguna Bahaya HP Android Lakukan Praktik Sideloading
Di sisi lain, CEO Google Sundar Pichai mengungkapkan, Google telah memperingatkan pengguna untuk tidak melakukan sideloading di perangkat mereka.Â
Kebijakan ini merupakan upaya perusahaan untuk melindungi pengguna dari virus dan segala hal yang membahayakan keamanan mereka.
Untuk diketahui, sideloading sendiri merupakan praktik tidak asing yang sudah lama dilakukan di Android sebagai sebagai platform open source. Praktik ini memungkinkan pengguna memasang aplikasi dari pihak ketiga atau dikenal dengan aplikasi APK Android.Â
Namun seperti dikutip dari Gizmochina, Sabtu (25/11/2023), Google kini mulai mengingatkan pengguna untuk tidak melakukan hal tersebut. Keamanan pun menjadi alasan utama hal itu tidak dilakukan.Â
Di sisi lain, Google juga telah meningkatkan fungsi Play Protect untuk memeriksa aplikasi Android yang berasal dari pihak ketiga. Karenanya, sejumlah pihak memprediksi ke depan Google akan memiliki kontrol lebih besar atas aplikasi yang dapat diunduh pengguna.Â
Terlebih, meski disebutkan aplikasi yang berasal dari Google Play Store memberikan tingkat perlindungan tertinggi bagi pelanggan, studi keamanan Kaspersky baru-baru ini mencatat ada 600 juta unduhan aplikasi berbahaya yang dilakukan di toko aplikasi untuk platform Android tersebut.Â
Di sisi lain, Apple telah lama menentang kemampuan melakukan sideload aplikasi. Sebab, mereka tidak bisa menjamin keamanan aplikasi yang berasal dari luar toko aplikasi mereka.
Advertisement
Apple Patuhi Aturan dengan Mengaktifkan Sideloading Apps di iPhone
Sebelumnya, dalam Worldwide Developer’s Conference 2023 (WWDC 2023) yang berlangsung pada 5-9 Juni 2023, WWDC 2023 mengungkap iOS 17.
Pada iOS 17, Apple menempatkan elemen untuk mengaktifkan sideloading apps di iPhone. Sideloading adalah proses meletakkan file (biasanya aplikasi) di perangkat dari sumber selain App Store.
Setiap tahun, acara WWDC bulan Juni menghadirkan pembaruan tahunan ke sistem operasi utama Apple. Perubahan pada iOS adalah yang paling banyak menjadi sorotan.
Namun kali ini, perubahan yang dilakukan Apple di iOS 17 lebih condong ke kepatuhan peraturan ketimbang memperkenalkan banyak fitur baru.
Apple sebelumnya melaporkan sedang mempersiapkan diri untuk perubahan undang-undang Uni Eropa, dan juga Undang-Undang Pasar Digital yang akan berlaku pada tahun 2024.
Tindakan ini pada dasarnya memaksa Apple untuk mengizinkan toko aplikasi pihak ketiga. Lewat iOS 17, Apple bersiap untuk mematuhinya.
Google Play Protect Perkuat Keamanan Real-Time
Demi keamanan sideloading, Google mengumumkan pembaruan Play Protect dengan dukungan pemindaian real-time code-level untuk mencegah aplikasi baru berbahaya diunduh dan dipasang di perangkat Android.
"Google Play Protect sekarang akan merekomendasikan pemindaian aplikasi secara real-time ketika menginstal aplikasi yang belum pernah dipindai sebelumnya, untuk membantu mendeteksi ancaman yang muncul," ujar Google, dikutip The Hacker News, Selasa (24/10/2023).
Google Play Protect adalah layanan pendeteksi malware bawaan Android untuk mencari aplikasi yang berpotensi berbahaya, serta dapat mencegahnya dipasang di perangkat Android. Sistem ini mampu mendeteksi aplikasi yang berasal dari Play Store maupun sumber lainnya.
Dengan perlindungan terbaru ini, sinyal khusus dari aplikasi akan dievalusi Play Protect di tingkat pengkodean secara real-time. Metode ini dilakukan guna menentukan apakah aplikasi Android tersebut aman untuk diinstal atau bersifat berbahaya.
"Peningkatan ini akan membantu melindungi pengguna dengan lebih baik dari aplikasi polimorfik berbahaya yang memanfaatkan berbagai metode, seperti AI, untuk diubah agar tidak terdeteksi," kata Google, seraya menambahkan bahwa fitur ini diluncurkan di negara-negara tertentu, dimulai dari India.
Peningkatan keamanan ini dilakukan karena para pembuat aplikasi nakal terus menemukan berbagai cara untuk menyebarkan malware di Android. Sering kali, hal ini ditemukan melalui tautan ke aplikasi palsu atau file APK yang dikirim di aplikasi chatting.
Advertisement