BMKG Tegaskan Indonesia Tidak Heat Wave Tapi Suhu Tinggi

Beberapa hari terakhir fenomena hawa panas melanda sejumlah wilayah di Indonesia, meski begitu BMKG menegaskan bahwa di Indonesia tidak mengalami heat wave tetapi hawa panas yang dirasakan adalah karena suhu tinggi.

oleh Agustin Setyo Wardani diperbarui 04 Mei 2024, 10:18 WIB
Diterbitkan 04 Mei 2024, 10:18 WIB
Suhu Panas Tak Biasa Landa Indonesia Beberapa Hari Terakhir
Selain itu, lanjutnya, tren pemanasan global dan perubahan iklim, gelombang panas heatwave semakin berisiko berpeluang terjadi 30 kali lebih sering. Kemudian dominasi monsun Australia, Indonesia memasuki musim kemarau. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - BMKG (Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika) memastikan bahwa fenomena hawa panas yang melanda Indonesia selama beberapa hari terakhir bukanlah heat wave atau gelombang panas.

Menurut BMKG, hawa panas yang dirasakan oleh banyak orang Indonesia adalah karena suhu tinggi belaka.

Menurut Deputi Bidang Meteorologi BMKG, Guswanto, fenomena gelombang panas tersebut tidak terkait dengan kondisi suhu panas yang terjadi di wilayah Indonesia.

"Hal ini karena fenomena udara panas yang terjadi di Indonesia belakangan merupakan fenomena yang bersiklus terjadi setiap tahun sebagai akibat dari adanya gerak semu matahari dan kondisi cuaca cerah pada siang hari," kata Guswanto, dikutip dari siaran pers BMKG, Sabtu (4/5/2024).

Lebih lanjut, Guswanto menjelaskan bahwa istilah gelombang panas menurut World Meteorological Organization (WMO) merupakan fenomena kondisi udara panas yang berkepanjangan selama 5 hari atau lebih secara berturut-turut, dengan suhu maksimum harian lebih tinggi dari suhu maksimum rata-rata hingga 5°C atau lebih.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.


Bukan Gelombang Panas

Gelombang Panas Dunia
Orang-orang berjalan di bawah sinar matahari di Tokyo, Jepang, 12 Juli 2023. Cuaca panas pada hari Rabu telah ditetapkan dengan suhu naik lebih dari 36 derajat Celcius (97 derajat Fahrenheit) di Tokyo, menurut Badan Meteorologi Jepang. (AP Photo/Eugene Hoshiko)

Fenomena gelombang panas ini umumnya terjadi di wilayah lintang menengah-tinggi seperti wilayah Eropa, Amerika, dan sebagian wilayah Asia.

Secara meteorologis, hal tersebut dapat terjadi karena adanya udara panas yang terperangkap di suatu wilayah dekat permukaan akibat anomali dinamika atmosfer.

Dengan begitu, aliran udara tidak bergerak dalam skala yang luas, misalnya pada sistem tekanan tinggi skala luas dalam periode cukup lama.

Menurut Guswanto, kondisi atmosfer tersebut sulit terjadi di wilayah Indonesia yang berada di wilayah ekuator.


Potensi Hujan Lebat

Waspada Cuaca Ekstrem
Warga menaiki sepeda saat hujan di kawasan Bundaran Hotel Indonesia, Jakarta, Senin (1/11/2021). BMKG mengeluarkan peringatan dini cuaca ekstrem berupa hujan dengan intensitas sedang hingga lebat untuk berbagai wilayah di Indonesia hingga 6 November 2021. (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Selanjutnya BMKG juga menyebutkan, meskipun beberapa wilayah mengalami cuaca yang panas, potensi hujan sedang-lebat di sebagian wilayah Indonesia masih ada.

Menurut Guswanto, dalam sepekan terakhir bulan April 2024, hujan dengan intensitas lebat hingga sangat lebat masih terjadi di beberapa wilayah.

Misalnya di Kerinci (Jambi) dengan intensitas 83,8 mm/hari, Manado (Sulawesi Utara) 80mm/hari, Aceh Besar (Aceh) 130mm/hari, Sorong (Papua Barat) 91.0 mm/hari, Minangkabau (Sumatera Barat) 84 mm/hari, Kufar (Maluku) 83 mm/hari, dan Indragiri (Riau) sebesar 92 mm/hari.

 


Masyarakat Diimbau Tetap Waspada

Potensi Cuaca Ekstrem di Akhir Tahun, Pemprov DKI Kaji Penerapan WFH
Aktivitas warga saat hujan deras di kawasan Jalan Sudirman, Jakarta, Jumat (9/12/2022). Penjabat Gubernur DKI Jakarta Heru Budi Hartono menyebut pihaknya akan mengkaji penerapan bekerja dari rumah atau work from home (WFH), hal ini berkaitan dengan arahan dari Presiden Joko Widodo atau Jokowi tentang potensi cuaca ekstrem pada penghujung 2022. (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Kepala Pusat Meteorologi Publik, Andri Ramdhani menyampaikan bahwa memasuki awal Mei 2024 ini, potensi hujan dengan intensitas lebat masih dapat terjadi dalam sepekan kedepan di beberapa wilayah Indonesia.

Namun, ia juga mengingatkan, meski potensi cuaca ekstrem berupa hujan lebat masih terjadi di Indonesia dan sebagian wilayah lain masih berpotensi mengalami fenomena suhu panas, masyarakat diimbau tetap tenang dan waspada.

Infografis Habis Hujan Deras Terbitlah Banjir Jakarta
Infografis Habis Hujan Deras Terbitlah Banjir Jakarta (Liputan6.com/Triyasni)
Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya