CEO Google Sundar Pichai Beberkan Perkembangan AI, Bakal Punya Kesadaran Seperti Manusia?

CEO Google Sundar Pichai menjawab berbagai pertanyaan seputar perkembangan AI, salah satunya adalah pertanyaan soal mungkinkan ke depannya AI akan memiliki kesadaran seperti manusia?

oleh Agustin Setyo Wardani diperbarui 29 Mei 2024, 06:30 WIB
Diterbitkan 29 Mei 2024, 06:30 WIB
Sundar Pichai
CEO Sundar Pichai. (Doc: Google HQ)

Liputan6.com, Jakarta - Raksasa perusahaan teknologi bersaing keras di sektor kecerdasan buatan alias artificial intelligence (AI). Perusahaan seperti Google misalnya, berupaya untuk meningkatkan model AI mereka agar tetap relevan di pasar teknologi AI yang kompetitif.

Kondisi pasar ini telah menyebabkan pertumbuhan besar-besaran di AI. Bahkan, kini AI menjadi bagian dari kehidupan pengguna internet.

CEO Google Sundar Pichai pun ikut bicara tentang masa depan AI, termasuk menjawab pertanyaan apakah AI nantinya akan memiliki "kesadaran" seperti yang dimiliki manusia.

Mengutip Gizchina, Selasa (28/5/2024), melalui kanal YouTube Hayls World yang menyelenggarakan wawancara dengan Sundar Pichai, bos Google ini ditanya tentang "kesadaran" atau "consiousness" AI.

"Dalam beberapa tahun ke depan, kita akan memiliki AI yang memiliki ilusi kesadaran. Anda mungkin tidak bisa membedakannya, namun ini berbeda dengan AI yang benar-benar sadar (memiliki kesadaran manusia) yang merupakan topik filosofis yang sangat dalam," kata Pichai menjawab pertanyaan tersebut.

Jawaban ini tentu sangat menarik. Pasalnya AI memang semakin pintar dari waktu ke waktu. Dari jawabannya, jelas kalau AI akan terus menjadi lebih baik.

 

Ungkap Perkembangan AI di Google

Gemini AI Google
Gemini AI milik Google resmi melmuncur. (Dok: Google DeepMind)

Apalagi, perkembangan AI membawa perubahan yang menarik. Selain itu, di podcast itu, Pichai juga mengungkapkan beberapa informasi menarik tentang pendekatan AI versi Google.

Sundar Pichai membahas kemajuan yang berlangsung dan komitmen perusahaan terhadap pengembangan AI.

Pichai pun membeberkan sejumlah hal yang positif tentang keberadaan AI. Termasuk di antaranya adalah membantu pekerjaan manusia.

"Ada banyak kasus penggunaan, contohnya meringkas konten, menghemat waktu dengan bantuan AI, dan banyak lainnya," begitu kata Pichai, dalam video tersebut.

Selain itu, Pichai juga bahas perbandingan antara Gemini dengan ChatGPT. Menurutnya, Gemini bisa meringkas email di Gmail dan mengirim email dengan mudah.

"Gemini terintegrasi dengan sangat baik dengan produk Google lainnya termasuk YouTube. Gemini multimodal dan seiring waktu, pengguna bisa memakai suara untuk mengoperasikan AI," kata Pichai.

Elon Musk Sebut AI Bisa Gantikan Pekerjaan Manusia

Elon Musk. (Patrick Pleul/Pool Photo via AP, File)
Elon Musk. (Patrick Pleul/Pool Photo via AP, File)

Masih tentang AI, miliarder sekaligus bos beberapa perusahaan teknologi, Elon Musk, kembali bicara soal teknologi kecerdasan buatan alias artificial intelligence. 

Kali ini, pria yang baru saja meresmikan Starlink di Bali ini mengungkapkan bahwa kecerdasan buatan alias AI dapat mengambil alih segala jenis pekerjaan.

"Mungkin tidak ada di antara kita yang akan memiliki pekerjaan,” ujar Elon Musk, saat konferensi teknologi tentang AI, seperti dikutip dari CNN

Namun menurutnya hal ini tak selalu berampak negatif. Pasalnya, Elon Musk bilang, di masa depan pekerjaan akan menjadi pilihan. Dengan begitu, seseorang dapat melakukan pekerjaan yang sejalan dengan minat dan hobi mereka.

Elon Musk juga mengatakan, AI dan robot akan menyediakan berbagai barang dan jasa yang diinginkan oleh manusia. Untuk mewujudkan skenario ini, ia menyebutkan perlunya penghasilan yang tinggi secara universal. Sayangnya, Elon Musk tidak bilang, bagaimana skenario tersebut akan diwujudkan. 

 

Perlunya Regulasi dan Penggunaan AI secara Bertanggung Jawab

CEO Tesla dan Space X Elon Musk dalam peresmian peluncuran Starlink di salah satu puskesmas di Denpasar, Minggu (19/5/2024). (Liputan6/Benedikta Miranti)
CEO Tesla dan Space X Elon Musk dalam peresmian peluncuran Starlink di salah satu puskesmas di Denpasar, Minggu (19/5/2024). (Liputan6/Benedikta Miranti)

Namun, Musk meyakinkan bahwa tidak akan ada kekurangan barang dan jasa. Pasalnya, kemampuan AI telah meningkat dengan pesat dalam beberapa tahun terakhir.

Oleh karena itu, regulator, perusahaan, dan konsumen masih mempertimbangkan cara penggunaan teknologi ini secara bertanggung jawab.

Kekhawatiran juga terus meningkat mengenai bagaimana berbagai industri dan pekerjaan akan berubah seiring dengan perkembangan AI di pasar.

Sebuah laporan dari Laboratorium Ilmu Komputer dan Kecerdasan Buatan MIT menemukan bahwa adopsi AI di tempat kerja jauh, lebih lambat dari perkiraan dan ketakutan beberapa pihak.

Laporan tersebut juga menyatakan bahwa sebagian besar pekerjaan yang rentan terhadap AI pada saat itu tidak menguntungkan secara ekonomi bagi perusahaan yang menerapkan otomatisasi.

Menurut para ahli, banyak pekerjaan yang membutuhkan kecerdasan emosional dan interaksi manusia yang tinggi tidak akan digantikan oleh AI. Contohnya adalah pekerja di bidang kesehatan mental, pekerja kreatif, dan guru.

Infografis 4 Rekomendasi Chatbot AI Terbaik. (Liputan6.com/Gotri/Abdillah)
Infografis 4 Rekomendasi Chatbot AI Terbaik. (Liputan6.com/Gotri/Abdillah)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya