Data Medsos Orang yang Sudah Meninggal Dunia Rentan Dicuri, Berbahaya?

Jumlah pengguna media sosial terus meningkat dari waktu ke waktu, hal ini pun memunculkan kemungkinan bahwa data medsos orang yang sudah meninggal ternyata rentan dicuri, apa berbahaya?

oleh Agustin Setyo Wardani diperbarui 27 Agu 2024, 13:00 WIB
Diterbitkan 27 Agu 2024, 13:00 WIB
Ilustrasi media sosial, Instagram
Ilustrasi media sosial, Instagram. (Foto oleh Brian Ramirez: https://www.pexels.com/id-id/foto/smartphone-teknologi-aplikasi-instagram-8886104/)

Liputan6.com, Jakarta - Berdasarkan Laporan Tinjauan Global Digital 2024, 95 persen pengguna internet kini menggunakan media sosial setiap bulan. Masih data yang sama, 282 juta identitas baru bergabung antara Juli 2023 dan Juli 2024. 

Seiiring dengan kian banyaknya orang yang berinteraksi online dan jejak digital mereka meluas, kekhawatiran atas privasi, peninggalan dan penggunaan identitas digital yang etis kini jadi makin penting. 

Studi terbaru Kaspersky, 61 persen konsumen meyakini identitas orang yang sudah meninggal rentan dicuri datanya. Hal ini karena orang kerapkali tidak memantau apa yang terjadi pada informasi yang diunggah secara daring milik almarhum. 

Hasil tinjauan ini mengungkap, lebih dari separuh responden (58 persen) setuju bahwa keberadaan online mendiang dapat diciptakan kembali menggunakan AI.

35 persennya meyakini dan bisa menerima penciptaan kembali identitas digital seseorang yang sudah meninggal melalui foto, video, atau kenang-kenangan lainnya. Sementara, sebagian besar (38 persen) tidak setuju. 

Masih dari hasil studi, 67 persen yakin, dengan melihat gambar atau cerita tentang orang yang sudah meninggal dunia bisa membuat orang terdekat jadi tidak nyaman. 

Kendati begitu, 43 persennya yakin tak ada batasan waktu untuk melihat tiap gambar, video, atau rekaman suara yang pernah dipublikasikan secara daring yang berkaitan dengan orang tertentu. 

Perlunya Wasiat Tentang Layanan Digital yang Dimiliki

Ilustrasi berkomentar di media sosial. (Sumber: freepik)
Ilustrasi berkomentar di media sosial. (Sumber: freepik)

Satu-satunya tindakan yang bisa diambil konsumen untuk mengendalikan jejak digital pengguna yang meninggal adalah menyertakan instruksi dalam pesan wasiat orang yang sudah meninggal. 

Apalagi, 63 persen setuju, siapa pun yang memiliki kehadiran daring harus menentukan dalam surat wasiat mereka tentang apa yang perlu dilakukan dengan data dan akun media sosialnya. 

Pakar Analisis Konten Web Kaspersky Anna Larkina mengatakan, "Masalah pengelolaan jejak digital seseorang kerapkali diabaikan dalam aktivitas online sehari-hari."

 

Bisa Bikin Masalah Besar Kalau Data Dicuri

Meski begitu, hasil survei memiliki poin penting, yakni sejumlah besar responden sadar potensi identitas yang dicuri bisa menyebabkan masalah pribadi yang besar bagi orang yang ditinggalkan. 

"Mengingat risiko ini, sangat bijaksana jika ada tindakan proaktif untuk meningkatkan privasi dan melindungi identitas digital," kata Larkina. 

Ia mengungkap, tindakan proaktif ini bisa meningkatkan privasi dan melindungi identitas digital. "Dengan hal itu, individu bisa memastikan kehadiran daring mereka tetap aman tanpa mengurangi rasa hormat, apa pun yang terjadi," katanya. 

Tips Kaspersky

Berikut tips Kaspersky untuk memperkuat privasi pengguna:

1. Menggunakan solusi keamanan modern memudahkan pemantauan data pribadi apa yang diproses aplikasi dan membatasi pengumpulan data bila perlu

2. Menjaga sistem operasi, browser, dan software keamanan tetap mutakhir akan membuat perbedaan. 

Update kerap kali menyertakan patch untuk kerentanan keamanan yang berpotensi dieksploitasi. 

3. Karena tak semua layanan daring menjelaskan data apa yang mereka kumpulkan dan bagaimana mereka memakainya, pengguna perlu melihat lagi data-data apa saja yang tak perlu dibagikan secara daring.

Infografis 4 Rekomendasi Chatbot AI Terbaik. (Liputan6.com/Gotri/Abdillah)
Infografis 4 Rekomendasi Chatbot AI Terbaik. (Liputan6.com/Gotri/Abdillah)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya