Liputan6.com, Arab Saudi - Kejadian tewasnya ratusan jemaah saat lontar jumrah di Mina tahun 2015 ini, mengingatkan akan berulangnya tragedi di Mina saat ritual lontar jumrah berlangsung. Meski jamarat atau lokasi pelemparan jumrah sudah dibuat bertingkat, arus jutaan manusia yang menuju ke sana rentan berakhir tragedi.
Seperti ditayangkan Liputan 6 Petang SCTV, Kamis (24/9/2015), musim haji 2015 kembali kelabu. Belum usai penanganan tragedi mesin derek di Masjidil Haram dan angin yang merubuhkan maktab di Mina, sebuah tragedi kembali terjadi. Jemaah tewas terinjak-injak di Mina.
Kejadian terjadi saat ritual lontar jumrah mulai dilakukan. Media internasional menyebut setidaknya 220 jemaah haji tewas.
Advertisement
Pada tahun 1990, sebanyak 1.426 jemaah haji tewas akibat berdesakan di terowongan Al Muaisim. Kemudian tragedi saat lontar jumrah pada 23 Mei 1994 menyebabkan 270 jemaah meninggal, dengan 6 jemaah Indonesia di antaranya. Dan, pada April 1998, 118 jemaah meninggal di jembatan Jamarat.
Kejadian kembali terulang pada Maret 2001 dengan 35 korban jiwa, dan pada 2003 ada 14 jemaah meninggal dunia.
10 Tahun berselang dari targedi Mina 1994, 1 Februari 2004, 244 jemaah kembali menjadi korban berdesakan.
Beragam cara sudah dilakukan pemerintah Arab Saudi untuk menghindari tragedi yang sama terjadi. Di antaranya dengan membangun jamarat secara bertingkat hingga bisa mengatur arus jemaah.
Namun mengatur arus jemaah dari dan menuju jamarat, tempat lontar jumrah, masih terus berbuah tragedi. (Nda/Mvi)