Batan Teknologi Diharapkan Kuasai Pasar Tunggal Nuklir Dunia

Pemerintah sedang menyiapkan Batan Teknologi untuk mengembangkan produksi nuklir dengan pengayaan uranium sistem rendah.

oleh Ilyas Istianur Praditya diperbarui 11 Mar 2014, 12:44 WIB
Diterbitkan 11 Mar 2014, 12:44 WIB
PT Batan Teknologi
[Foto: Istimewa]

Liputan6.com, Jakarta - PT Batan Teknologi (Persero) kini menjadi satu-satunya perusahaan di dunia yang mampu memproduksi nuklir dengan pengayaan uranium sistem rendah.

 

Nuklir dengan pengayaan sistem rendah tersebut akan sangat diperlukan dalam proses penelitian dan bahan praktek di kedokteran nuklir di dunia. Untuk mengembangkan nuklir dengan pengayaan uranium sistem rendah membutuhkan dana sekitar Rp 2 triliun.

 

"Ini disambut antusias dunia, karena nuklir dengan uranium pengayaan sistem tinggi meski alasan untuk kedokteran tetep dicurigai, karena pengayaan uranium sistem tinggi itu dengan mudah diubah senjata, tapi pengayaan uranium sistem rendah itu tidak bisa diubah senjata," kata Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN), Dahlan Iskan saat ditemui kantornya, Selasa (11/3/2014).

 

Dengan kemampuan yang berhasil diciptakan oleh Batan Teknologi tersebut, Dahlan menargetkan kepada Batan Teknologi untuk menjadi pemain tunggal dalam pemasaran nuklir khusus untuk penelitian tersebut.

 

Dalam rangka mendukung target tersebut, Batan Teknologi sudah berencana membangun reaktor baru yang tempatnya hingga saat ini masih dirahasiakan.

 

"Kalau pasar ini terus meluas seluruh dunia, kita betul-betul harus membangun reaktor baru, dan Pak Yudi (Dirut Batan Teknologi) bisa menciptakan reaktor baru yang paling modern, tidak untuk senjata. Persetujuan sudah saya keluarkan," kata Dahlan.

 

Saat ini Batan Teknologi sudah memiliki reaktor nuklir di daerah Serpong, hanya saja reaktor baru itu nanti hanya memiliki kapasitas 1/20 dari reaktor yang sudah ada, tapi memiliki kemampuan 20 kali lipat dari sebelumnya.  "Anggaran kita mau kerjasama dengan pihak lain seluruh dunia, jadi ditanggung rame-rame, kira-kira Rp 2 triliun. (Pembangunan) Kalau tahun ini bisa mulai ya tahun ini," pungkas mantan Dirut PLN itu.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya